Flu Singapura Sedang Merebak di Indonesia, Kenali Ciri-cirinya yang Mirip dengan Cacar Air

Meski gejala awalnya hampir serupa, namun ada beberapa perbedaan gejala cacar air dan flu Singapura.

Editor: Ravianto
shutterstock
Ilustrasi penyakit flu singapura atau HFMD (Hand Foot Mouth Disease). Dr Erlina menyatakan, pada prinsipnya flu Singapura dapat diobati dengan suportif dan pemberian obat sesuai gejala. 

TRIBUNJABAR.ID, JAKARTA - Kasus flu Singapura dilaporkan meningkat selama 3 bulan awal di 2024 ini.

Hingga Minggu ke-11 2024, terdapat 5.461 orang terjangkit flu singapura di Indonesia.

Meski tak memiliki tingkat fatalitas tinggi, penyakit menular ini tetap perlu diwaspadai, terutama bagi anak-anak.

Ketua Satgas Covid PB IDI & Anggota Bidang Kajian Penanggulangan Penyakit Menular PB IDI Prof DR Dr Erlina Burhan, SpP(K) menerangkan bahwa flu singapura (Hand, Foot, and Mouth Disease -HFMD) merupakan sebuah penyakit akibat virus yang dapat menyerang anak dan dewasa.

"Umumnya menginfeksi anak berusia 10 tahun, tetapi juga dapat menginfeksi dewasa," kata dia dalam kegiatan PB IDI via zoom, Rabu (27/3/2023).

Seseorang yang tertular flu singapura biasanya didahului dengan demam, sakit tenggorokan, dan batuk.

"Penyakit ini dicirikan dengan adanya lenting pada tangan dan kaki yang apabila pecah menjadi ulkus (luka) dan krusta (koreng). Jika lenting di mulut pecah, akan menjadi sariawan. Saat anak tertular biasanya anak mengeluhkan sulit makan," jelas dokter spesialis paru ini.

Adapun gejala flu singapura sebagai berikut:
1. Ruam
2. Munculnya ruam lenting kemerahan pada telapak tangan, kaki, dan mulut, berdiameter sekitar 2-6 mm
3. Lenting dapat pecah dan menyisakan luka pada kulit
4. Lenting pada mulut bersifat nyeri dan bisa terdapat pada tenggorokan, langit-langit mulut.
5. Lesi dapat membaik sekitar 7 hingga 10 hari.
6. Terkadang lenting juga dapat dijumpai di sekitar pusar dan anus

Sementara faktor risikonya berupa usia sebagai faktor risiko dimana anak-anak sebagai sumber penularan virus flu Singapura yakni Coxackie virus A16.

"Semakin buruk sosioekonomi, balita dan anak-anak dapat terinfeksi lebih awal," sebut dia.

Ia menuturkan, anak yang terinfeksi tanpa gejala mengeluarkan virus melalui feses selama beberapa minggu, berperan sebagai sumber virus dalam jangka waktu lama.

Di lingkungan, Coxsackievirus dapat ditemukan pada air permukaan, limbah, tanah, sayuran mentah, dan kerang.

Penularan utamanya melalui makanan dan kotoran manusia (fekal-oral).

Selain itu, menyentuh benda atau permukaan yang terkontaminasi virus tanpa mencuci tangan menyebabkan virus masuk melalui makanan.

Dapat juga menular melalui droplet ketika batuk, bersin, dan bicara. Kontak langsung dengan luka dan cairan tubuh penderita.

"Semakin buruk sanitasi, semakin tinggi tingkat kontaminasi dan laju infeksi," kata dr Erlina.

Pencegahan dapat dilakukan dengan cara:

1. Gaya hidup higienis menjadi kunci utama pencegahan
2. Cuci tangan pakai sabun/hand sanitizer
3. Pastikan kebersihan makanan dan kolam renang
4. Membangun jamban sehat di rumah lengkap dengan septic tank-nya
5. Menghindari mandi cuci kakus di sungai, kolam, pantai
6. Makan makanan matang
7. Coxsackievirus mati pada suhu di atas 50°C
8. Hindari konsumsi seafood mentah
9. Disinfeksi toilet dan benda-benda yang berada dalam jangkauan anak
10. Vaksin coxsackievirus belum tersedia dan masih diteliti

Pengobatan Flu Singapura:

Dr Erlina menyatakan, pada prinsipnya flu Singapura dapat diobati dengan suportif dan pemberian obat sesuai gejala.

Obat minum misalnya Parasetamol untuk menurunkan demam. Kemudian penanganan Lainnya.

"Menjaga kesehatan anak dengan mandi setiap hari. Pastikan anak cukup nutrisi, cairan, dan istirahat."

"Bawa ke dokter untuk penanganan yang tepat. Sterilisasi mainan anak agar tidak menularkan virus, melakukan etika batuk. Serta kurangi kontak langsung dengan individu lain," jelas dr Erlina.

Penyakit cacar dengan Flu Singapura atau penyakit Hand, Foot, and Mouth (HFMD) sering dianggap sebagai situasi yang sama. 

Meski gejala awalnya hampir serupa, namun ada beberapa perbedaan gejala cacar air dan flu Singapura.

Hal ini diungkapkan oleh Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Infeksi Penyakit Tropik IDAI & Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin  Prof. Dr. dr. Edi Hartoyo, Sp.A(K). 

Pertama, dari bentuk lesi. Ruam dan lesi di kulit karena cacar air biasanya berawal dari dada, punggung, dan wajah, kemudian menyebar ke seluruh tubuh.

Sedangkan ruam akibat flu Singapura kerap disertai lesi yang muncul di telapak tangan, telapak kaki, mulut, dan bokong, serta sariawan di mulut atau bintik merah di sekitar bibir

"Kalau cacar air (lesi) dari badan, baru keluar. Lokasinya pada flu Singapura, paling sering telapak kaki, tangan dan di mulut,"ungkapnya pada media briefing virtual, Selasa (2/4/2024).

Kedua, pada cacar air di sekitar lesi bewarna kemerahan. 

Sedangkan pada flu Singapura tidak sama sekali. Sehingga kelihatan lenting atau cairan bening pada lesinya. 

Perbedaan lain adalah dari penyebabnya. 

Cacar air dan flu Singapura merupakan jenis penyakit yang terjadi akibat infeksi virus. 

Meski begitu, jenis virus yang menyebabkannya berbeda. Cacar disebabkan  virus Varicella-zoster. 

Sedangkan flu Singapura disebabkan oleh infeksi Coxsackievirus A16 dan Enterovirus 71. 

Namun, cara penyebaran kedua virus ini serupa. 

Yaitu melalui udara ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin.

Bisa juga karena kontak dengan orang yang terinfeksi.

Atau, kontak dengan permukaan dan benda yang telah terkontaminasi virus.(*)

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved