Santri Jatuh dari Lantai 3 di Tasik

Kisah Pilu Santri Hafiz Jatuh dari Lantai 3 di Tasikmalaya, Pimpinan Ponpes: Guncangan Psikis

Anak tersebut merupakan yatim piatu sehingga diduga sang anak mengalami goncangan psikis lantaran kondisi yang dimaksud.

Penulis: Aldi M Perdana | Editor: Hermawan Aksan
Tribun Jabar
Ilustrasi. Seorang santri berusia 16 tahun menjatuhkan diri dari lantai 3 bangunan salah satu pondok pesantren yang berlokasi di Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, WIB, Sabtu (24/3/2024) pukul 14.30. 

Laporan Jurnalis TribunPriangan.com, Aldi M Perdana

TRIBUNJABAR.ID, TASIKMALAYA - Seorang santri berusia 16 tahun menjatuhkan diri dari lantai 3 bangunan salah satu pondok pesantren yang berlokasi di Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, WIB, Sabtu (24/3/2024) pukul 14.30.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kabupaten Tasikmalaya bersama pihak pondok pesantren yang tidak memungkinkan disebut nama kelembagaannya menuturkan kisah pilu di balik peristiwa tersebut.

“Motifnya, kami menduga bahwa anak ini masih bersedih begitu dalam setelah ditinggal wafat oleh ayahnya pada 2020-2021,” ungkap pimpinan pondok pesantren melalui Ketua KPAID Kabupaten Tasikmalaya, Ato Rinanto, Selasa (26/3/2024).

Keesokan harinya, Minggu (25/3/2024), ada acara penjemputan pulang para santri dari pondok pesantren tersebut.

Baca juga: BREAKING NEWS: Santri Yatim Piatu di Tasikmalaya Jatuh dari Lantai 3: Mah, Pa, Aa Sudah Hafal 30 Juz

“Nah, anak ini merupakan anak berprestasi, dia baru mengkhatamkan Al-Quran 30 juz. Saya menduga, biasanya kan anak yang punya prestasi itu selalu melaporkan prestasinya kepada kedua orangtuanya, karena dia merasa bangga ya,” jelasnya.

Namun anak tersebut merupakan yatim piatu sehingga diduga sang anak mengalami goncangan psikis lantaran kondisi yang dimaksud.

“Tambah lagi dia dihadapkan pada peristiwa penjemputan, di mana penjemputan itu kan hari yang bahagia buat anak-anak santri, karena bisa pulang, sementara anak ini tidak bisa pulang,” katanya.

Oleh sebab itu, baik dari KPAID Kabupaten Tasikmalaya maupun dari pihak pondok pesantren sama-sama menyimpulkan hal tersebut.

“Dari informasi yang lain juga bahwa anak ini selalu menyebut ingin menyusul kedua orang tuanya ke surga,” ujarnya.

Kalimat tersebut tidak hanya diucapkan oleh anak tersebut saat tidak sadarkan diri tatkala dilarikan ke IGD rumah sakit setempat, melainkan juga sejak jauh-jauh hari.

“Iya, sebelum kejadian juga, informasi dari teman-temannya juga bahwa anak ini sering menyampaikan seperti itu, dan itu dalam kondisi sadar,” ungkapnya.

Ia juga menambahkan bahwa anak tersebut bukan sebatang kara, melainkan yatim piatu, dan anak ini juga memiliki kakak serta keluarga lainnya.

“Hanya saja, ya itu tadi, dia masih belum move on setelah ditinggalkan kedua orang tuanya beberapa tahun yang lalu. Saya rasa itu pemicunya sehingga dia menjatuhkan diri,” jelasnya.

Saat ini, kata dia, pihak KPAID Kabupaten Tasikmalaya dan pondok pesantren telah melakukan komunikasi dengan pihak keluarga sang anak.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved