RENUNGAN RAMADHAN Menghadirkan Ikhlas, Penentu Ibadah Diterima atau Tidak

Walau Nampak sepele, tetapi ikhlas menjadi penentu diterima atau tidaknya ibadah.

|
Editor: Ravianto
ISTIMEWA
Kelik N Widianto, Dosen dan Pengurus Pusat Studi Media Digital dan Kebijakan Publik LPPM Universitas Muhammadiyah Bandung 

Kedua, laksana budak dan tuannya, yang beribadah karena diperintah.

Ketiga, ia beribadah tidak mengharap pahala dan juga bukan karena perintah semata, tetapi  ia beribadah karena kecintaannya kepada Allah Swt. Lalu, di manakah kita berada?

Ikhlas pula yang menenangkan diri saat segala harapan tidak berjalan sesuai dengan yang kita inginkan.

Tidak jarang kita kecewa bahkan berburuk sangka pada Allah Swt ketika rencana tidak berjalan mulus. Bahkan sebaliknya, jauh dari harapan.

Ketika itu terjadi mudah sekali kita mengumpat, menyalahkan keadaan, diri sendiri bahkan Allah Swt menjadi sasaran pelampiasan kekecewaan. Bila ini terjadi, jelas ketika di awal tidak menyandarkan diri sepenuhnya kepada Allah Swt.

Kita hanya menggunakan cara dan logika manusia semata, padahal ada cara dan logika yang lebih baik yang sedang dipersiapkan bagi kita oleh Allah Swt tetapi justru kita menyalahkannya.

Ikhlas berhubungan dengan ketauhidan. Sedikit saja terpeleset, bisa menjadi riya. Riya dan ikhlas ini sangat berdekatan. Bahkan sulit membedakannya dihadapan manusia.

Hanya hati dan Allah Swt yang tahu. Karena keikhlasan ini mudah sekali tergelincir, seyogyanya kita menguatkan diri dalam beribadah dengan menguatkan niat. Sayyidina Umar pernah berkata, semua perbuatan tergantung dari niatnya.

Apakah amal yang dilakukan ditujukan untuk Allah Swt semata atau ingin mendapat pujian dari makhluk.  

Muhammad bin Shalih Al Munajjid membedakan ibadah dari tradisi dan membedakan antara satu jenis ibadah dari jenis ibadah yang lain. “Sesungguhnya Allah tidak menerima amal perbuatan kecuali amal perbuatan yang diniatkan dengan ikhlas demi meraih rida-Nya.” (HR. Nasa’i).

Semoga amal ibadah kita senantiasa diiringi keikhlasan dan dijauhkan dari perbuatan riya, ujub, sum’ah dan takabur. Ya Allah, Tuhan yang membolak-balikan hati, teguhkanlah hatiku pada agama-Mu. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved