Tokoh Agama Yahudi Pro Netanyahu Ancam Keluar dari Israel Bila Dipaksa Wajib Militer Lawan Hamas
Yitzhak Yosef, pemuka agama dari kelompok Yahudi Sefardi mengancam serukan eksodus kelompoknya bila dipaksa ikut wajib militer.
Penulis: Adi Sasono | Editor: Adi Sasono
TRIBUNJABAR.ID, TEL AVIV - Rabi kepala Sefardi, Yitzhak Yosef mengancam akan menyerukan kelompoknya untuk keluar dari Israel bila pemerintah mewajibkan mereka ikut wajib militer.
Seperti dikutip dari Haaretz, ancaman Yosef ini dilontarkan menyusul gagasan pemerintahan PM Benjamin Netanyahu untuk menghapus pengecualian wajib militer bagi para anggota Yahudi Ortodoks, termasuk kelompok Sefardi.
"Orang-orang sekuler itu perlu mengerti, tanpa Taurat dan yesifa, tidak akan ada eksistensi, tidak akan ada kesuksesan untuk tentara. Tentara bisa sukses karena ada orang-orang yang belajar Taurat," kata Yosef, Sabtu (9/3/2024).
"Kalau kalian memaksa kami masuk militer, kami akan pindah keluar negeri," kata Yosef.
Baca juga: Warga Gaza Kelaparan Tak Punya Pilihan, Makanan Hewan Pun Disantap, Israel Terus Jatuhkan Bom
Sefardi adalah kelompok Yahudi ortodoks yang berasal dari Spanyol dan Portugal. Mereka diusir keluar dari Spanyol ketika kerajaan Katolik bisa mengalahkan dan merebut kembali Spanyol dari penguasa Islam pada 1496.
Dalam konteks modern, Yahudi Sefardi bisa jadi bukan keturunan langsung Yahudi usiran dari Spanyol, tetapi mereka, bahkan, non Yahudi yang mengikuti ibadah di Sinagoga dan mempraktikkan tradisi Sefardi.
Sedangkan yesifa adalah semacam sekolah khusus bagi mereka yang ingin belajar Taurat.
Ancaman Yosef ini bisa jadi akan mempengaruhi kebijakan wajib militer itu, lantaran ia punya pengaruh kuat dalam koalisi pemerintahan Netanyahu.
Untuk diketahui, Yosef adalah putra dari almarhum pemimpin spiritual partai Shas, Ovadia Yosef yang sangat berpengaruh pada sebuah faksi pendukung koalisi Netanyahu.
Bila ancaman Yosef itu benar-benar dilakukan, eksodus besar-besaran akan terjadi dan bisa mengguncang stabilitas Israel. Untuk diketahui, kelompok Yosef itu meliputi 1,3 juta jiwa atau sekitar 13,3 persen populasi Israel.
Rencana pencabutan pengecualian bagi kelompok ortodoks itu mengemuka seiring dengan mengganasnya perang melawan Hamas.
Direktorat Personel di IDF (tentara nasional Israel) melaporkan pada sebuah komite di Knesset bulan lalu bahwa sebanyak 66 ribu anak muda dari kelompok ortodoks telah menerima pengecualian dari wajib militer selama 2023.
Namun, dalam laporan itu juga disebutkan, 540 orang dari mereka telah mendaftar masuk militer sejak perang dengan Hamas dimulai.
Saat ini, IDF kemungkinan besar sedang membutuhkan tambahan personel dalam jumlah besar, karena perang melawan Hamas sudah cukup banyak makan korban personel militernya.
Baru-baru ini, IDF mempublikasikan 588 nama prajurit dan perwira yang tewas dalam perang melawan Hamas. Dari jumlah itu, 248 di antaranya kehilangan nyawa saat menyerbu Hamas di Gaza.
Saat ini Israel terancam terlibat perang, tidak hanya dengan Hamas di Gaza, tetapi juga melawan Hezbullah di Lebanon.
Legenda Sepakbola MU Eric Cantoa Minta Publik Dunia Boikot Israel, Pertanyakan FIFA dan UEFA |
![]() |
---|
Kota Doha Diserang Militer Israel Lewat Udara, Qatar Kecam Keras |
![]() |
---|
Usulan Sanksi Tambahan ke Israel Ditolak, Menlu Belanda dan Pejabat di Partai NSC Tanggalkan Jabatan |
![]() |
---|
Seruan Boikot Produk Israel Mencuat Lagi dalam Aksi Massa "BIP Berdarah" di Kawasan Jalan Merdeka |
![]() |
---|
SOSOK Suleiman Al Obaid, Pemain Timnas Palestina yang Tewas Dibom Israel saat Antre Bantuan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.