Warga Gaza Kelaparan Tak Punya Pilihan, Makanan Hewan Pun Disantap, Israel Terus Jatuhkan Bom
Situasi makin memburuk bagi warga Gaza. Akibat pengeboman tanpa henti dan bantuan tidak bisa masuk, warga mulai makan makanan hewan.
Penulis: Adi Sasono | Editor: Adi Sasono
TRIBUNJABAR.ID, GAZA - Situasi kemanusiaan di Jalur Gaza sudah berada di titik mengkhawatirkan akibat Perang Israel vs Hamas yang tak kunjung reda. Kelaparan yang makin buruk dan ketiadaan bantuan makanan, memaksa warga makan makanan binatang dan mengais makanan sisa di reruntuhan bangunan.
Ayman Abu Awad, warga lingkungan Zaytoun, Kota Gaza, mengaku tidak bisa bergerak ke mana-mana, karena pengeboman oleh Israel terus berlangsung hingga Minggu (25/2/2024) pagi.
"Kami terjebak. Tidak bisa bergerak karena pengeboman yang bertubi-tubi," katanya.
Ia menambahkan, warga yang kelaparan sudah mulai memakan makanan hewan dan mengais sisa-sisa makanan di reruntuhan bangunan, karena bantuan dari luar belum bisa masuk.
Program Pangan Dunia PBB melaporkan pekan lalu, akses ke sebagian besar Gaza nyaris tertutup total dari aliran bantuan sejak berlangsungnya perang.
Namun, muncul secercah harapan bantuan bisa segera masuk setelah media Israel melaporkan ada tanda-tanda bahwa gencatan senjata segera tercapai.
Baca juga: Militer Israel Hancurkan Seribu Masjid dan Puluhan Kuburan di Gaza Sejak Agresi 7 Oktober 2023
Baca juga: Prihatin Konflik di Ukraina dan Gaza Tak Kunjung Tuntas, Paus Fransiskus Sebut Enam Jalan Perdamaian
Media setempat, Sabtu (24/2/2024), melaporkan usulan perdamaian yang ditengahi Amerika Serikat, Mesir dan Qatar segera disetujui kedua pihak, Palestina dan Israel.
Kesepakatan damai itu meliputi pertukaran tawanan antara 40 warga Israel, sebagian besar perempuan dan manula, dengan 300-an warga Palestina yang juga meliputi perempuan, orang tua dan anak-anak.
Seorang pejabat Mesir yang dikutip menyebutkan, usulan penghentian tembak-menembak selama enam pekan itu akan diikuti pertukaran tawanan dan izin masuknya ratusan truk pengangkut bahan makanan dan obat serta kebutuhan lain ke Gaza.
Kabar yang juga positif terhadap perdamaian adalah bahwa selama enam pekan gencatan senjata itu, perundingan lanjutan terus digelar.
Tujuannya, untuk menyepakati pembebasan tawanan lebih lanjut dan, paling penting, gencatan senjata permanen.
Para negosiator saat ini bekerja keras untuk mendorong tercapainya kesepakatan sebelum bulan Ramadan dimulai pada 10 Maret 2024.
Bagian teralot dalam perundingan tersebut adalah bagaimana Israel menghadapi tuntutan Hamas soal penghentian serangan dan penarikan pasukan dari Gaza serta pembebasan ratusan tawanan yang termasuk tokoh Hamas.
Kalau itu tidak dipenuhi Israel, Hamas tak akan membebaskan semua tawanan. Tentu saja tuntutan itu serta merta ditolak PM Israel Benjamin Netanyahu.
Meski begitu, penolakan itu menyebabkan posisi Netanyahu semakin terjepit di dalam negeri. Warga Israel terus menyatakan kemarahan dan ketidakpuasannya pada pemerintah karena tidak bisa membebaskan keluarga mereka sekapan Hamas.
Dalam insiden serangan kilat ke Israel pada 7 Oktober 2023, Hamas dan sekutunya membawa sekitar 250 sandera. Lebih dari 100 sudah dibebaskan hasil perundingan awal.
Saat ini, masih tersisa sekitar 130 tawanan yang belum dibebaskan Hamas dan kemungkinan sepertiganya sudah meninggal dunia.
Seruan Penuh Keprihatinan dari Vatikan, Paus Leo XIV Kembali Minta Kedamaian di Gaza |
![]() |
---|
Tiba di Yordania, Dompet Dhuafa Distribusi Bantuan Bagi Keluarga Pengungsi Gaza |
![]() |
---|
Kota Doha Diserang Militer Israel Lewat Udara, Qatar Kecam Keras |
![]() |
---|
Misi Internasional Bantuan Untuk Gaza, Dompet Dhuafa Kirim Relawan Kemanusiaan Ke Tunisia |
![]() |
---|
Dompet Dhuafa Hingga Mandla Mandela Sambut Kapal Global Sumud Flotilla, Siap Menembus Blokade Gaza |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.