Berita Viral

Kisah Surahman 10 Tahun Bekerja di Atas 'Gunung Sampah', Kini Penglihatannya Rabun, Harus Operasi

Begini kisah perjuangan Surrahman demi menyambung hidup bekerja di atas 'gunung sampah'.

(KOMPAS.com/FIRDA JANATI)
Surahman (35) yang bekerja di tempat pengelolaan sampan terpadu (TPST) Bantargebang, Kota Bekasi, menceritakan suka duka bekerja menjadi pemulung selama 10 tahun. 

TRIBUNJABAR.ID - Begini kisah perjuangan Surrahman demi menyambung hidup bekerja di atas 'gunung sampah'.

Pria 35 tahun itu bekerja sebagai pemulung di gunung sampah atau tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST) Bantargebang, Kota Bekasi.

Setiap harinya Surahman mengais plastik di atas 'gunung sampah' tersebut.

Baca juga: Kisah Aditya Pedagang Bakso di Jakarta, Dicap Anak Gagal oleh Keluarga, Kini Siap-siap ke Jepang

Surahman mengaku telah bekerja sebagai pemulung hampir 10 tahun.

"Mulai tahun 2013 akhir, sudah hampir 10 tahunan. Nyari limbah keresek, jadi saya pilih terus dimasukin ke karung, kita kilo (jual)," ujar Surahman, Selasa (5/3/2024), dikutip dari Kompas.com.

Sebelum mengais rezeki menjadi pemulung, Surahman sempat berdagang.

Kemudian, ia diajak oleh temannya ke TPST Bantargebang.

Kini, ia sudah 10 tahun mengais plastik-plastik untuk dijual.

Penglihatan rabun

Setiap hari bekerja di atas 'gunung sampah' membuat debu dan kotoran yang beterbangan pun merusak penglihatan mata kanannya.

Surahman mengaku sudah hampir satu tahun tidak bisa melihat dengan jelas.

Namun, ia tidak memiliki biaya untuk berobat, Surahman hanya bisa mengandalkan obat warung dengan harapan bisa sembuh.

"Mata saya kurang bisa lihat jelas, kena kotoran-kotoran sampah gitu, kita kan orang kecil enggak tahu, paling (minum) obat warung terus. Sejak Lebaran kemarin (mata sakit)," cerita dia.

Sambil menunjukkan mata kanannya, pria yang mempunya anak tiga itu mengaku gejala awalnya terasa perih saat bekerja.

"Ya kan dari sampah awalnya kalau musim hujan kena air, biasanya kalau kena itu perih, saya siram air minum kayak gitu," imbuh dia.

Meski belum ada diagnosis dokter, Surahman menduga, penglihatannya semakin merabun lantaran paparan bahan kimia dari sampah.

Kemampuan inderanya yang berkurang itu kini menjadi halangan Surahman untuk bekerja. Jika terkena matahari, matanya terasa perih.

"Namanya kita enggak tahu ya kalau sampah ada bahan kimia tercampur-campur, tahunya gatal-gatal, putih. Kalau kena panasnya kuat gini ngelihatnya pudar kena air hujan juga," imbuh dia.

Di manta Surahman bagian pinggi bola matanya itu terdapat titik berwarna putih.

Surahman mengaku sempat memeriksakan diri ke dokter.

Ia disarankan untuk menjalani operasi.

"Kalau dokter itu kan suruh saranin operasi, kita enggak ada biaya, ya kita obat manual saja," kata dia.

Sampai sekarang, Surahman masih getol bekerja. Dia tak mau bermalas-malasan demi istri dan ketiga anaknya.

"Kalau di sini asal badan kita sehat punya kemauan itu dapat rezeki, yang penting kan halal. Kalau malas-malasan, cuma cukup buat makan," ujarnya sambil tersenyum.

Meski hanya mendapat penghasilan bersih Rp 1 jutaan, Surahman tetap bersyukur masih diberikan kesehatan untuk bekerja.

"Yang penting saya enggak patah semangat," imbuh dia.

Baca berita Tribun Jabar lainnya di GoogleNews.

Sumber: Kompas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved