Film 'Keluar Main 1994' Akan Ajak Penonton Nostalgia Remaja Tahun 90-an yang Suka Main Bola
Melalui film 'Keluar Main 1994', penonton akan dibawa ke dunia remaja pada tahun 90-an dengan nuansa Makassar yang kental.
Penulis: Putri Puspita Nilawati | Editor: Seli Andina Miranti
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Bermain bola di lapangan yang luas menjadi sebuah hal yang sulit ditemukan di daerah perkotaan saat ini.
Melalui film 'Keluar Main 1994', penonton akan dibawa ke dunia remaja pada tahun 90-an dengan nuansa Makassar yang kental.
Produser film 'Keluar Main 1994', Liani Kawati mengatakan film ini bisa menjadi tontonan yang fresh, dan banyak hal di balik pembuatannya.
"Film ini bisa menjadi topik yang menarik sekali untuk kita bahas bersama, tentang hubungan anak dan orang tua, tentang bagaimana orang tua melihat dan mengembangkan bakat anak, dan hal-hal lain yang juga bisa kita bahas sambil bernostalgia,” kata Liani saat jumpa pers virtual, Rabu (6/3/2024).
Baca juga: Mitos Pasar Setan di Pegunungan Digarap Dalam Film Bioskop, Ini Tantangan Sang Sutradara
Sementara itu sutradara, Ihdar Nur mengungkapkan pengalamannya saat harus mengarahkan film ini.
“Menyenangkan sekali, mengerjakan film ini seperti kembali hidup di masa 90-an. Hadirnya film Keluar Main 1994 ini berusaha untuk menjembatani dengan menyadarkan masyarakat bahwa sebenarnya ada jalan tengah yang bisa diambil oleh kedua belah pihak untuk menghindari konflik," kata Ihdar.
Di film ini, sang sutradara bekerja sama dengan sejumlah nama seperti Arif Brata sebagai Ibo, Arie Kriting sebagai Kaka Frengky, Alisa Safitri sebagai Vivi, Adi Surya sebagai Ippang, Oki Palu sebagai Jufri dan nama-nama lainnnya.
Di 'Keluar Main 1994', Arif Brata yang berperan sebagai Ibo akan memperkenalkan dunianya, di mana bagi Ibo, satu-satunya hal yang menyenangkan adalah bermain sepak bola.
Namun keluarganya menuntut Ibo lebih fokus untuk menuntut ilmu di sekolah.
"Diawali dengan komunikasi yang baik, pada akhirnya anak akan menyadari bahwa membahagiakan orang tua tidak harus dengan jalan mengubur impian mereka,” ujarnya.
Sementara itu Arif Brata mengatakan di film ini menggambarkan rasa nostalgia dan remaja di tahun 90-an mencari jati diri.
"Ibo, karakter yang saya perankan di sini, begitu cinta kepada sepak bola, tapi di sisi lain dia juga harus utamakan sekolahnya, sesuai dengan keinginan orang tuanya, Disanalah ada Vivi yang datang di hidup Ibo, yang ternyata justru menimbulkan sebuah dilema," ujar Arif.
Film berbahasa Indonesia dengan dialek Makassar ini siap menghibur penonton di bioskop dengan ceritanya yang lahir dari keprihatinan akan masalah minat bakat anak yang seringkali berbenturan dengan visi dan rencana orang tua terhadap masa depan anaknya.
Baca juga: Audi Marissa Jajal Film Horror lewat Pasar Setan, Ngaku Tertarik karena Cerita yang Beda
Di satu sisi, anak merasa memiliki hak untuk memilih jalur karir yang di impikannya sementara di sisi lain orang tua yang merasa sudah memiliki pengalaman hidup di masa lalu merasa berkewajiban untuk mengarahkan anaknya ke jalur terbaik menurut mereka.
Film Tegar, Raih Berbagai Penghargaan Internasional Lewat Film Inklusif |
![]() |
---|
Film Teman Tegar: Dari Bandung ke Papua, Belajar Menyelamatkan Hutan Adat |
![]() |
---|
Film Animasi Merah Putih: One For All Bertahan di Bioskop hingga Hari ke 6, Dapat Rating Rendah |
![]() |
---|
Sedihnya Atalia Praratya, Tak Henti Menangis Hinga Wajah Sembab: Sampai ke Hati |
![]() |
---|
Komentar Penonton Film Merah Putih: One For All, Penayangan Perdana Disaksikan Hanya Tiga Orang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.