Prihatin Konflik di Ukraina dan Gaza Tak Kunjung Tuntas, Paus Fransiskus Sebut Enam Jalan Perdamaian

Paus Fransiskus prihatin pada konflik Hamas-Israel yang sudah 96 hari sejak 7 Oktober dan konflik Rusia - Ukraina yang bulan depan menginjak 2 tahun.

Editor: Adi Sasono
DOK VATIKAN
Paus Fransiskus berjalan di depan para diplomat sebelum menyampaikan pidato perdamaian di Hall of Benedict Vatikan, Senin (8/1/2024) 

TRIBUNJABAR.ID, VATICAN CITY - Pemimpin Gereja Katolik Roma Paus Fransiskus semakin prihatin pada konflik Hamas - Israel yang sudah berlangsung 96 hari sejak 7 Oktober 2023 dan konflik Rusia - Ukraina yang bulan depan bakal menginjak dua tahun.

Tak hanya prihatin, Paus Fransiskus menyebut telah meningkatnya konflik, perpecahan dan apa yang disebut kultur kematian. "Keadaan seperti saat ini seperti Perang Dunia III yang terjadi sedikit demi sedikit," kata Paus Fransiskus dalam pertemuan dengan sejumlah diplomat asing terakreditasi di Hall of Benedict, Vatikan, Senin (8/1/2024).

Dalam pidato bertema pokok perdamaian itu hadir antara lain para Duta Besar Negara ASEAN--Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Filipina. "Memupuk dan mengupayakan perdamaian dunia adalah tanggung jawab individu dan negara," kata Paus Fransiskus.

Kata Paus, setidaknya ada enam jalan untuk menciptakan dan memupuk perdamaian. Pertama, menghormati kehidupan. Kedua, menghormati hak-hak asasi manusia. Ketiga, dialog harus menjiwai komunitas internasional.

Keempat, melalui dialog politik dan sosial. Sebab, dialog merupakan dasar bagi hidup berdampingan secara damai dalam komunitas politik modern saat ini.

Kelima, jalan perdamaian juga harus melalui dialog antaragama. Yang pertama-tama perlunya perlindungan terhadap kebebasan beragama dan penghormatan terhadap kelompok minoritas.

Yang terakhir atau keenam, jalam menuju perdamaian melalui pendidikan, yang merupakan sarana utama untuk investasi masa depan dan generasi muda.

Kultur Kematian
Di bagian awal pidatonya, Paus menyinggung berbagai konflik di berbagai belahan dunia. Perang Gaza dan di Ukraina mendapat sorotan panjang. Dua tahun perang yang dilancarkan Rusia terhadap Ukraina telah mengakibatkan banyak korban dan kehancuran besar-besaran.

Kata Paus, cara-cara kekerasan yang dilakukan Hamas dan Israel bukanlah cara untuk menyelesaikan perselisihan antarmasyarakat. Kekerasan itu hanya akan memperburuk dan menyebabkan penderitaan bagi semua orang. "Karena itu, Paus mendesak dilakukannya gencatan senjata, pembebasan para sandera, dan akses bantuan kemanusiaan bagi rakyat Palestina," katanya.

Paus juga menegaskan dukungannya pada "two state solution" juga "status khusus atas Kota Israel yang mendapat jaminan internasional demi terciptanya perdamaian dan keamanan abadi "

Situasi di Myanmar, Suriah, Lebanon, Sudan dan sejumlah negara Afrika serta ketegangan antar-negara di Amerika Latin, mendapat sorotan. Disinggung pula soal kerusakan lingkungan dan perubahan iklim.

Menurut Paus penderitaan yang dialami warga Rohingya perlu dihentikan. Ia memohon agar setiap upaya dilakukan untuk memberikan harapan bagi tanah tersebut dan masa depan yang bermartabat bagi generasi mudanya. "Dengan tidak mengabaikan keadaan darurat kemanusiaan yang terus dialami oleh warga Rohingya,” katanya. 

Paus Fransiskus mengecam keras pelanggaran hukum humaniter internasional. Ia menyatakan bahwa pelanggaran berat adalah kejahatan perang yang tidak hanya menuntut identifikasi tetapi juga pencegahan.

Kata Paus peperangan modern tidak lagi hanya terjadi di medan perang yang jelas. Ia menyesalkan bahwa perbedaan antara tujuan militer dan sipil tidak lagi dihormati, tidak ada konflik yang tidak berakhir dengan cara tertentu; menyerang penduduk sipil tanpa pandang bulu. "Peristiwa di Ukraina dan Gaza adalah bukti nyata akan hal ini," kata Paus. 

Perlucutan Senjata
Isu lain yang disinggung Paus adalah soal perlucutan senjata. Paus menekankan perlunya perlucutan senjata, dengan menegaskan bahwa senjata tidak memiliki nilai jera melainkan mendorong penggunaannya.

Kata Paus umat manusia harus berupaya mengatasi akar penyebab konflik. Tantangan-tantangan di zaman ini melampaui batas-batas negara. Misalnya, krisis pangan, lingkungan hidup, ekonomi, dan layanan kesehatan.

Karena itu, Paus mengulangi usulannya agar dibentuk dana global untuk menghilangkan kelaparan dan mendorong pembangunan berkelanjutan di seluruh planet ini.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved