Kisah Yova, Influencer Inspiratif Bagikan Kisah Gangguan Mental Hingga Masuk RSJ
Influencer yang aktif membicarakan soal kesehatan mental ini justru berani mengungkapkan jika dirinya memiliki gangguan mental bipolar
Penulis: Putri Puspita Nilawati | Editor: Siti Fatimah
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Kesehatan mental menjadi salah satu isu yang menjadi prioritas generasi masa kini. Jika beberapa orang takut jika diketahui punya gangguan penyakit mental dan takut memeriksakannya, berbeda halnya dengan Yovania Asyifa Jami (21).
Influencer yang aktif membicarakan soal kesehatan mental ini justru berani mengungkapkan jika dirinya memiliki gangguan mental bipolar, bahkan pernah masuk rumah sakit jiwa.
Video berupa pengalaman yang dibagikan Yova melalui media sosialnya ini viral hingga akhirnya justru menginspirasi banyak orang karena akhirnya Yova bisa berhasil sembuh dan stabil.
Baca juga: Kisah Salsa Didiagnosis Gangguan Mental Usai Dilecehkan Guru di Usia 10 Tahun, Kini Putuskan Bangkit
Yova mengatakan awal mula ia mendapatkan gangguan mental ini karena ada perasaan trauma perceraian orang tua dan sempat mengalami perundungan saat duduk di bangku SMP.
"Saat itu aku belum bisa memvalidasi emosi aku, sering mendem perasaan, dan itu nggak baik karena ternyata emosi aku nggak tersalurkan. Ketika orang tua cerai, aku anggap itu biasa meskipun saat itu aku kecewa, saat di bully, aku merasa bisa melaluinya padahal dalam hati aku marah," kata Yova saat ditemui di Trans Hotel, Jalan Gatot Subroto, Sabtu (17/2/2024).
Ketika merasa sedih dan marah, Yova mengatakan jika dirinya tidak pernah menceritakan emosinya tersebut kepada keluarga ataupun teman dekatnya.
Ketika marah, ia menahan rasa tersebut, bahkan rasa sedih untuk menangis pun ia tahan supaya air mata tidak keluar.
Sama halnya seperti balon yang terus diisi oleh angin, Yova yang terus membendung emosinya pun meledak, hingga harus masuk rumah sakit jiwa.
"Kondisi aku saat usia 16 tahun itu parah banget. Aku sampai halusinasi dan delusi karena jika ditanya nama pun nggak bisa jawab. Saat itu aku berpikir aku adalah puteri kerajaan yang diculik, ada yang mata-matain aku," tuturnya.
Melihat kondisi Yova yang seperti itu, orang tuanya menyangka Yova kerasukan jin sehingga membawa Yova ke tempat rukyah, yang penganganannya tidak tepat.
Di tempat tersebut, Yova mengatakan ia pun di borgol dan membuat keluarganya tersadar dan akhirnya membawa Yova ke rumah sakit jiwa.
"Di rumah sakit jiwa aku dapat penanganan yang tepat, aku terapi, dapat obat hingga kesadaran aku perlahan kembali dan normal," ujarnya.
Jauh dari keluarga dan harus tinggal di rumah sakit jiwa tentu tidak mudah bagi Yova.
Ia pun merasa terkurung seperti di dalam penjara. Hal ini membuatnya selalu ingin mengakhiri hidupnya saja.
Namun Yova masih mengingat ada seorang suster yang datang kepadanya dan memotivasinya untuk jangan berpikir ingin mengakhiri hidup, tetapi justru bilanglah ingin tetap hidup.
"Treatment suster itu membantuku banget dan perlahan kesadaran aku kembali dan mempertanyakan aku ada dimana? kok aku bisa ada disini?" ujarnya.
Mahasiswi yang kini sedang kuliah di Universitas Indonesia Fakultas Vokasi jurusan Hubungan Masyarakat ini pun merasa rindu dengan keluarga dan teman-temannya.
Namun di lubuk hatinya ada ketakutan jika kembali ke sekolah akan dijauhi oleh teman-temannya karena selama 3 bulan belakangan harus berada di rumah sakit jiwa.
"Alhamdulillah ternyata semuanya itu cuma ketakutan aku saja. Aku tetap bisa main sama mereka dan sekolah aku pun mendukung dengan tetap naik kelas," ujarnya.
Baca juga: Pemuda Nyaris Dihakimi Massa Disangka Penculik Anak di Sukabumi Ternyata Alami Gangguan Mental
Yova mengatakan sebagai penyintas gangguan mental, hal yang harus dilakukan adalah konsisten melakukan konsultasi dengan psikiater.
Ia mengatakan untuk menyembuhkan sebuah trauma tidak bisa instan seperti penyakit pada umumnya.
"Masalah mental itu gangguan dan nggak bisa sembuh. Tapi bukan berarti nggak bisa stabil. Karena aku didiagnosa bipolar maka ada fase manic dan depresi dan aku tahu cara mengatasinya," ucapnya.
Yova pun memberikan pesan jangan pernah membandingkan orang lain dengan diri sendiri karena setiap orang pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Justru yang harus diutamakan adalah menerima diri sendiri dan memahami diri seutuhnya.
ITB Tetapkan Perkuliahan Secara Daring untuk Seluruh Kampus Mulai 1 Hingga 5 September 2025 |
![]() |
---|
Disdik Jabar Pastikan Sekolah Tetap Belajar Seperti Biasa, PJJ Hanya Parsial |
![]() |
---|
Organisasi Kepemudaan Lintas Iman Jawa Barat Serukan 7 Pernyataan Sikap! |
![]() |
---|
Prof Didi Turmudzi Kembali Pimpin PB Paguyuban Pasundan Periode 2025–2030 |
![]() |
---|
Kolaborasi Wakaf Salman dan Mandiri Amal Insani Jabar Bangun MCK di Desa Bayongbong |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.