Merawat Alam Melalui Helaran "Asih Ka Bumi", Abah Undang Berharap Perhatian dari Pemerintah Daerah
Asih Ka Bumi yang digelar di Gunung Nagara Padang merupakan adat yang dilaksanakan setiap tahun sebagai ungkapan rasa syukur kepada alam.
TRIBUNJABAR.ID - Manusia harus menyadari bahwa alam telah memberikan berbagai kebaikan dan manfaat bagi kehidupan manusia.
Alam yang memiliki sumber daya melimpah menjadi bagian dari sumber kehidupan seluruh mahluk di bumi, terutama bagi manusia. Dengan demikian, menjaga dan merawat alam menjadi kewajiban mutlak manusia sebagai khalifah yang dipercaya Tuhan YME menjaga bumi.
Menyadari melimpahnya manfaat alam, warga di Kecamatan Ciwidey tak pernah lupa bertafakur untuk mensyukuri manfaat alam bagi kehidupan mereka sehari-hari. Tafakur ini dilakukan melalui sebuah helaran yang disebut Asih Ka Bumi.
Helaran Asih Ka Bumi digelar di Gunung Nagara Padang yang terletak di perbatasan antara Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, dengan Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat.
Menurut salah satu tokoh setempat, Abah Undang (56), yang menjadi Juru Kunci Gunung Nagara Padang, Asih Ka Bumi merupakan adat yang dilaksanakan setiap tahun sebagai ungkapan rasa syukur kepada alam.
Nama Asih Ka Bumi sebetulnya merupakan sebuah istilah baru karena sebelumnya ritual adat tahunan ini disebut Hajat Bumi.
Baca juga: Teka-teki Pemain Asing Persib yang Hilang Misterius Terjawab Sudah, Kini On Fire Hadapi ACL 2
"Semacam Hajat Bumi dulu, tapi karena istilah 'hajat' kurang banyak dipahami masyarakat umum secara mendalam, makan istilah Hajat Bumi diganti menjadi Asih Ka Bumi," ujar Abah Undang di sela acara Asih Ka Bumi, Kamis (11/9/2025).
Asih Ka Bumi memiliki arti luas. Namun menurut Abah Undang, istilah sederhananya sama dengan menyayangi bumi atau alam. Sehingga diharapkan manusia tidak bertindak semena-mena terhadap alam bahkan sebaliknya, harus menjaga alam.

Asih Ka Bumi digelar dengan melibatkan masyarakat dari dua kabupaten yaitu Kabupaten Bandung dan KBB, tepatnya diikuti warga sekitar Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan Sindangkerta.
Helaran diikuti berbagai ritual adat, baik tembang maupun seni, diskusi budaya, serta doa-doa melibatkan tokoh agama.
"Harapan saya dan kami masyarakat adat di sekitar Gunung Nagara Padang adalah semoga kita semua bisa selalu menjaga dan merawat alam, menghindari hal-hal yang bisa merusak alam dan tentunya dukungan penuh dari pemerintah daerah dalam berbagai hal," kata Undang.
Apresiasi Pemda
Sementara Camat Ciwidey, Nardi Sunardi, mengapresiasi adanya helaran adat Asih Ka Bumi di Gunung Nagara Padang yang merupakan situs budaya yang sangat berharga.
Nardi menegaskan bahwa budaya Asih Ka Bumi patut dilestarikan terutama karena keterkaitannya dengan Situs Gunung Nagara Padang yang diprediksi memiliki usia ribuan tahun.
"Kami pun dari pihak kecamatan tentunya berharap ada respons positif dari pemda, khususnya dari Dinas Kebudayaan untuk turut mendukung pelestarian adat dan situs di sini," kata Nardi.
Baca juga: Bupati Purwakarta Wanti-wanti Penempatan Pejabat Harus Berjalan Bersih dan Profesional
Mengapa Suhu Udara di Bandung Sangat Dingin Beberapa Hari Ini? Berikut Penjelasan BMKG |
![]() |
---|
Kisah Dramatis Polisi saat Mengevakuasi Remaja yang Hipotermia di Sunan Ibu Gunung Patuha Bandung |
![]() |
---|
Resahkan Warga dan Pedagang, Polresta Bandung Tegas: Tak Ada Ruang untuk Premanisme |
![]() |
---|
Petani Temukan Mortir Aktif di Perkebunan Stroberi, Ciwidey, Bandung, Langsung Dimusnahkan Polisi |
![]() |
---|
Menelusuri Stasiun Dayeuhkolot di Balik Wacana Reaktivasi KA Bandung-Ciwidey |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.