Benang Merah Asta Cita Prabowo Subianto dan Nawa Cita untuk Indonesia Maju

Pengamat sosial dan politik RAj Mayyasari Timur Gondokusumo menjelaskan bahwa hal tersebut dinilai sebagai sikap kenegaraan Prabowo

Youtube KPU RI
Capres nomor urut 2, Prabowo Subianto. 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Pada debat Calon Presiden Republik Indonesia yang terkahir dilaksanakan pada Minggu 04 Februari 2024, Capres nomor urut 2, Prabowo Subianto meminta maaf.

Menanggapi hal tersebut, pengamat sosial dan politik RAj Mayyasari Timur Gondokusumo menjelaskan kepada Tribun Jabar bahwa hal tersebut dinilai sebagai sikap kenegaraan Prabowo Subianto.

"Pada "closing statement " Prabowo meminta maaf. Itu menurut saya sebagai jiwa negarawan. Momen tersebut memang cukup mengharukan. Meminta maaf merupakan tanda memiliki sikap sopan santun yang tinggi . Beliau juga memiliki paradigma kebangsaan yang membangun bangsa tanpa konflik dan intrik," kata RAJ Mayyasari Timur Gondokusumo kepada Tribun Jabar, Kamis (08/2/2024).

Mayyasari juga menanggapi terkait sikap Prabowo yang sepakat dengan beberapa pernyataan pasangan calon nomor urut 1 Anies Baswedan dan pasangan nomor urut 3 Ganjar Pranowo.

Namun, secara keseluruhan, Ia menilai bahwa debat Capres yang terakhir bisa berjalan lebih santai dan adem, minim saling serang dan menjatuhkan pasangan lain.

Pengamat ini juga membahas tentang program Asta Cita Prabowo Gibran yang dinilai sebagai lanjutan dari Nawa Cita Presiden Jokowi.

"Benang merahnya dengan nawa cita ialah sama - sama memiliki komitmen Pancasila, membangun dari desa, mereformasi birokrasi, hukum serta politik, pembangunan sumber daya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta perluasan hilirisasi komoditas unggulan Indonesia yang tidak hanya tambang serta nikel, namun sampai ke komoditas rempah-rempah dan rumput laut," katanya.

Berdasarkan pengamatannya, Prabowo merupakan negarawan yang berhasil membuat rekonsiliasi politik bersama Presiden Jokowi melalui bersatunya oposisi dengan pemerintah untuk membangun Bangsa Indonesia.

Sebagai penutup, Mayyasari berpesan agar rakyat Indonesia terbuka pola pikirnya untuk bijak memilih calon Presiden dan pemimpin ke depan.

"Pilihlah pemimpin yang tidak menjatuhkan , tetap bermartabat, dan tidak menyerang. Semoga saat pemungutan suara nanti hingga pasca pemilu , Indonesia tetap aman dan rakyatnya tetap damai," ujarnya.

Mayyasari juga memaparkan, bahwa sistem pertahanan Indonesia menempati urutan 13 di dunia, urutan 1 di Asia Tenggara dan urutan 8 di tingkat Asia. Hal tersebut berdasarkan Global Firepower.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved