Mengubah Ancaman Menjadi Peluang, Inovasi Pengelolaan Sampah B3 Rumah Tangga di Desa Bojongsoang
Sampah B3 rumah tangga, khususnya yang bersifat infeksius, telah lama menjadi masalah lingkungan yang serius.
Penulis: Nappisah | Editor: Siti Fatimah
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Desa Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, telah menjadi contoh nyata dalam mengatasi masalah sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) rumah tangga infeksius.
Seperti yang diketahui, selama beberapa bulan terakhir di tahun 2023, Bandung sempat dikepung belasan ribu ton sampah menjadi masalah serius, hingga ditetapkan Bandung Darurat Sampah.
Sampah B3 rumah tangga, khususnya yang bersifat infeksius, telah lama menjadi masalah lingkungan yang serius.
Baca juga: Keren, Warga RW 05 Cicendo Inovasi Bank Sampah, Melly Goeslaw: Bisa Jadi Inspirasi Masyarakat Luas
Mulai dari popok sekali pakai hingga pembalut, limbah ini tidak hanya menumpuk di tempat pembuangan akhir, tetapi juga berpotensi menyebarkan penyakit dan mencemari sumber daya alam.
Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Skema PPDS, Kemenkes RI, Elanda Fikri, mengatakan, melalui program Pengabdian Pengembangan Desa Sehat (PPDS), desa ini telah mengimplementasikan metode daur ulang yang inovatif dengan pendekatan Life Cycle Assessment (LCA), mengedepankan pemberdayaan masyarakat setempat.
Ia mengungkapkan, prevalensi penyakit infeksi di Kabupaten Bandung masih sangat tinggi, tahun 2020 tercatat 30.954 kasus diare yang ditangani untuk semua usia atau sebesar 38,06 persen dari target penemuan diare di Kabupaten Bandung.
Faktor lingkungan penanganan sampah rumah tangga yang tidak tepat berpengaruh terhadap 83,3% prevalensi diare.
79 persen sampah rumah tangga adalah sampah B3 RT infeksius dan merupakan hal yang sangat perlu perhatian.
"Di Desa Bojongsoang, warga telah berhasil mendirikan bank sampah dan dapat mengelola sampah lebih efektif," ujarnya, beberapa waktu lalu.
Melalui pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan serta keterampilan, warga mampu mengurangi dampak lingkungan, bahkan mendapatkan pendapatan tambahan dari penjualan sampah yang telah dipilah.
Baca juga: Warga Singaraja Indramayu Gunakan Maggot Untuk Kurangi Sampah, Warga Pun Bisa Setor Sampah Jadi Uang
Elanda Fikri menyebut, tujuan yang dibangun untuk merubah perilaku masyarakat terhadap penanganan sampah B3, dengan target penurunan angka penyakit infeksi dan peningkatan pendapatan dari penjualan sampah.
Menurutnya, setelah dilakukan pendampingan dan edukasi menunjukkan bahwa tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan strata ekonomi mempengaruhi pola konsumsi dan timbulan sampah B3 rumah tangga.
"Oleh karena itu, penyuluhan dan pelatihan menjadi kunci untuk meningkatkan kesadaran dan keterampilan masyarakat dalam mengelola sampah B3," katanya.
Ia menilai, kunci keberhasilan terletak pada pemberdayaan masyarakat. Melalui pendirian bank sampah dan serangkaian pelatihan, warga Desa Bojongsoang diajarkan untuk tidak hanya memilah sampah, tetapi juga mengolahnya menjadi produk yang bernilai.
"Ini bukan hanya tentang pengelolaan sampah, tetapi juga tentang transformasi ekonomi sosial," ungkapnya.
Ketua Komisi 3 DPRD Jabar Minta Evaluasi BUMD Tidak Parsial |
![]() |
---|
Telkom Perkuat Ekosistem Digital, Kolaborasi dengan Perguruan Tinggi untuk Cetak Talenta Digital |
![]() |
---|
Tanggapi Wacana Pembubaran BUMD, Ketua Komisi 3 DPRD Jabar Ingatkan Soal Konsekuensi |
![]() |
---|
Musim Haji Telah Usai, Dua Jemaah Haji Masih Tertahan di Tanah Suci Karena Sakit |
![]() |
---|
Inovasi Mahasiswa Politeknik STIA LAN Solusi Sampah & Pembangunan Berkelanjutan di Desa Pagerwangi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.