Ribuan Rumah di Dayeuhkolot Terendam Lagi, Terparah Berada di RW 02 Kampung Citeureup

Ribuan rumah di Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, terendam banjir, Senin (8/1/2024).

Penulis: Lutfi Ahmad Mauludin | Editor: Giri
Tribun Jabar/Lutfi Ahmad Mauludin
Ribuan rumah di Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, kembali terendam banjir, Senin (8/1/2023) tinggi muka air (TMA) di titik terdalam mencapai 1,2 meter. 

Saeful berharap, pemerintah kembali membuat folder serupa di titik lainnya, supaya banjir daur ulang tak terus terjadi.

"Sebab adakalanya malam banjir, siang surut, dan sore kembali banjir, " katanya.

Mungkin dengan pembuatan folder kembali di perbatasan RW 14 dan RW 5, kata Saeful, bisa menanggulangi banjir yang kerap terjadi ini.

"Jadi air yang merendam permukiman bisa mengalir ke sana dan bisa dialirkan ke Sungai Citarum, " katanya.

Sedangkan folder yang ada sekarang, dijelaskan Saeful, antara folder Cipalasari 1 dan Folder Cipalasari 2, terlalu jauh jaraknya sekitar 1 kilometer dan ukurannya terlalu kecil.

"Maka alternatifnya, dibangun lagi folder air lainnya supaya banjir tertanggulangi, " ujarnya.

Rendam sekolah

Kemarin, banjir juga membuat anak-anak di Desa Dayeuhkolot kerepotan untuk sampai ke sekolah pada hari  pertama masuk sekolah setelah libur pergantian semester dan tahun baru.

Mereka harus menenteng sepatu supaya tak basah terkena air, bahkan sebagian mereka membawa celana ganti untuk melewati banjir yang merendam kampungnya.

Walau demikian mereka tetap semangat berangkat ke sekolah. Air yang menggenang di perjalanan menuju sekolah dan pulang ke rumah, mereka terjang dengan berjalan kaki.

Beberapa anak yang tidak terlalu tinggi, terlihat kerap menyingsingkan baju dan mengangkat tangannya yang memegang sepatu supaya tak basah. Namun, ada beberapa anak juga yang memilih memasukan sepatunya ke dalam tas.

"Sekarang hari pertama sekolah, saya sekolah di SDN 5 Zipur (Dayeuhkolot), " ujar Arka (8), yang masih duduk di bangku kelas satu SD.

Arka mengaku rumahnya di Kampung Bojongasih. "Sekarang mau pulang. Jadi basah celana juga enggak apa-apa. Tadi pas berangkat juga banjir," kata Arka.

Sandi (12) yang duduk di kelas 6 SD  dan Aip (10) yang duduk di kelas 5 SD juga mengatakan hal serupa.

Menurut Sandi, banjir sekarang masih bisa ia lewati dengan berjalan. Namun, ia dan Aip terpaksa menenteng sepatu mereka.

"Sepatu saya dicopot, ini enggak pake sandal dan sepatu," kata Sandi sambil menunjukkan kakinya saat melintasi jalan Bojongasih yang terendam banjir.

Sandi mengaku, harus tetap sekolah meski rumah dan jalan menuju sekolah banjir.

"Iya sekolah aja, di sini mah emang suka banjir, " katanya. (lutfi ahmad mauludin)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved