Geliat Wisata Budaya di Saung Angklung Udjo, Pengelola Sebut Wisata Ini Tak Mengenal Low Session

Denting alat musik sunda yang berasal dari angklung mampu menyedot wisatawan dari berbagai daerah untuk singgah di Saung Angklung Udjo.

Penulis: Nappisah | Editor: Darajat Arianto
Tribun Jabar/ Nappisah
Pertunjukan di Saung Angklung Udjo, Jalan Padasuka, Kota Bandung. 

Laporan Wartawan TribunJabar, Nappisah

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Denting alat musik sunda yang berasal dari angklung mampu menyedot wisatawan dari berbagai daerah untuk singgah di Saung Angklung Udjo di Jalan Padasuka, Kota Bandung.

Deretan bus dari berbagai kota sudah terparkir sejak siang hari, rombongan wisatawan disuguhkan penampilan budaya kebanggaan Tanah Pasundan, wayang golek.

Pengunjung pun dapat menjajal keseruan memainkan angklung.

Calon legislatif dari Partai PDIP Nomor urut 7 Dapil 1 Kota Bandung-Cimahi, Taufik Hidayat Udjo sekaligus pengelola Saung Angklung Udjo, mengatakan, wisata seni budaya tidak mengenal low-session.

Bahkan, cenderung suistanable.

"Alhamdilillah hampir tidak ada low-session karena kalau hari biasa ada pengunjung study tour, saat liburan sekolah kebanyakan datang bersama keluarga," ujarnya, kepada Tribunjabar.id, Minggu (24/12).

Baca juga: Taufik Hidayat Udjo Beri Tiket Gratis Nonton Angklung untuk Warga Kota Bandung dan Kota Cimahi

"Patut kami syukuri, karena melibatkan hampir seribu orang masyarakat. Memang tidak semua kebudayaan bisa menggaet atensi masyarakat," katanya.

Melenggang ke panggung legeslatif, Taufik memperjuangkan kesenian daerah yang kerap dipandang sebelah mata.

"Sekarang bersyukur sudah banyak yang mengapresiasi. Dengan seni tradisional, bisa menjadi industri yang bagus, unjuk kebolehan hingga luar negeri," kata Taufik.

Ke depan, Taufik berharap, banyak seni tradisional lainnya, tak hanya angklung yang eksis di kancah Internasional.

"Hal yang diandalkan oleh semua negara adalah pariwisata maupun kebudayaan. Karena tidak mengeruk kekayaan alam, malah pemberdayaan masyarakat akhirnya belajar kebudayaan tradisional," ucapnya.

"Mereka menjadi pintar, otomatis dalam berkesenian melatih kemampuan otak kiri-kanan," kata Taufik.

28 tahun lamanya Taufik menjadi estafet kepengelolaan warisan budaya oleh sang ayah.

Ia mengatakan, mempelihara nilai budaya dan menciptakan sesuatu yang baru menjadi kunci utama.

Baca juga: Wisata Kuliner Baru di Kuningan Jadi Pilihan, Padukan Panorama Indah Danau, Gunung dan City Light

"Kami kelola budaya sunda, tetap harus dipelihara dan kreatif agar ada nilai jual. Namun, tetap menciptakan sesuatu yang baru," kata Taufik. (*)

Silakan baca berita Tribunjabar.id lainnya di GoogleNews

 

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved