Nyamuk Wolbachia di Bandung
Fakta-fakta Nyamuk Wolbachia yang Mulai Disebar di Kota Bandung, Apakah Aman untuk Manusia?
Nyamuk wolbachia sudah mulai disebar di Kota Bandung, sebagai salah satu upaya menekan angka kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).
Penulis: Rheina Sukmawati | Editor: Rheina Sukmawati
TRIBUNJABAR.ID - Nyamuk wolbachia sudah mulai disebar di Kota Bandung, sebagai salah satu upaya menekan angka kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).
Nyamuk ber-wolbachia ini telah disebar oleh pemerintah di Kelurahan Pasanggrahan, Kecamatan Ujungberung, beberapa waktu lalu.
Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Bandung, Anhar Hadian mengatakan, ada 123 ribu hingga 154 ribu telur dari 308 ember yang disebar.
Adapun, penyebaran nyamuk wolbachia ini menimbulkan reaksi penolakan dari beberapa warga Kota Bandung.
Puluhan warga yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Anti Nyamuk berunjuk rasa di depan Gedung DPRD Jabar, Senin (18/12/2023).
Para pengunjuk rasa beranggapan, penyebaran nyamuk wolbachia ini meresahkan masyarakat.
Mereka meminta Menteri Kesehatan RI menangkap kembali nyamuk-nyamuk wolbachia yang sudah disebar tersebut untuk kemudian diisolasi di rumah Menteri Kesehatan RI.
Lantas apa itu sebenarnya nyamuk wolbachia? Berikut Tribunjabar.id rangkum fakta-fakta seputar nyamuk wolbachia.
1. Nyamuk dengan Bakteri Alami
Baca juga: Ini Alasan Kota Bandung Jadi Salah Satu Kota Tempat Penyebaran Nyamuk Wolbachia
Dilansir dari laman Centers for Disease Control and Prevention, nyamuk wolbachia adalah nyamuk Aedes aegypti yang telah diinfeksi dengan bakteri Wolbachia.
Adapun, bakteri Wolbachia adalah bakteri alami yang ditemukan pada berbagai jenis serangga, termasuk nyamuk.
Bakteri wolbachia bisa ditransfer melalui telur dan aman untuk manusia.
2. Menghambat replikasi virus dengue
Dilansir dari laman resmi Kemenkes, bakteri Wolbachia dapat menghambat replikasi virus dengue di dalam tubuh nyamuk.
Pertumbuhan bakteri atau virus terjadi melalui mekanisme kompetisi mendapatkan makanan antara virus dengue dan bakteri Wolbachia dalam tubuh nyamuk.
Semakin sedikit mendapatkan suplai makanan, maka semakin sulit virus dengue berkembang biak (replikasi).
Nyamuk dengan bakteri Wolbachia tidak dapat menginfeksi atau menularkan virus dengue ke manusia.
3. Tidak menambah jumlah nyamuk
Masih dikutip dari laman resmi Kemenkes, peningkatan jumlah nyamuk di area pelepasan hanya terjadi saat periode pelepasan.
Tidak ada perbedaan jumlah nyamuk Aedes Aegypti sebelum dan setelah Wolbachia dilepaskan.
4. Bukan Rekayasa Genetik
Nyamuk wolbachia lahir dari telur yang diberikan bakteri alami.
Baik telur nyamuk aedes maupun bakteri wolbachia didapatkan secara alami tanpa manipulasi genetika, dan tidak diternak di laboratorium.
Baca juga: Warga Demo Tolak Program Nyamuk Wolbachia di Bandung, Tuntut Menkes Tangkap Lagi Nyamuknya
Telur yang sudah memiliki wolbachia akan berkembang secara alami menjadi nyamuk jantan dan betina ber-wolbachia di alam.
5. Turunkan Angka DBD
Dilansir dari situs resmi Kemenkes, penggunakan nyamuk wolbachia ini sudah diterapkan di negara seperti Brasil, Australia, Vietnam, Fiji, Vanuatu, Meksiko, Kiribati, Kaledonia Baru, dan Sri Lanka.
Pada 2011, World Mosquito Program (WMP) bersama yayasan Tahija telah melakukan penelitian di Yogyakarta.
Penelitian tersebut melalui fase persiapan dan pelepasan aedes aegypti ber-wolbachia dalam skala terbatas pada rentang periode 2011-2015.
Dari penelitian tersebut diketahui bahwa wolbachia dapat melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk aedes aegypti.
Sehingga, virus dengue tidak akan menular ke dalam tubuh manusia.
Kemudian pada 2022, uji coba penyebaran nyamuk ber-wolbachia juga dilakukan di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul pada 2022.
Hasil dari penelitian tersebut, nyamuk wolbachia terbukti mampu menekan kasus demam berdarah hingga 77 persen.
Selain itu, penanganan DBD dengan nyamuk wolbachia ini menurunkan proporsi dirawat di rumah sakit sebesar 86 persen.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Yogyakarta, Emma Rahmi Aryani, adanya penurunan penyebaran dengue yang signifikan ini beriringan dengan adanya penerapan wolbachia.
"Jumlah kasus di Kota Yogyakarta pada bulan Januari hingga Mei 2023 dibanding pola maksimum dan minimum di 7 tahun sebelumnya (2015–2022) berada di bawah garis minimum," terang Emma.
Sempat ada kekhawatiran di tengah masyarakat soal pelepasan nyamuk karena kurangnya pemahaman.
"Tapi seiring berjalan dan kita sudah ada edukasi, ada sosialisasi, sekarang masyarakat justru semakin paham, bahwa sebenarnya teknologi ini untuk mengurangi DBD," ungkap Sigit Hartobudiono, Lurah Patangpuluhan Yogyakarta.
Meski strategi penyebaran nyamuk dengan teknologi wolbachia dijalankan, metode pencegahan dan pengendalian yang telah ada tetap dilakukan.
Metode yang dimaksud yakni gerakan 3M Plus seperti Menguras, Menutup, dan Mendaur ulang serta tetap menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
6. Hoaks soal Chip
Belakangan, beredar pula narasi yang mengatakan nyamuk wolbachia ini berbahaya karena terdapat chip di dalamnya hingga bisa membunuh manusia.
Kementerian Kesehatan menegaskan bahwa narasi-narasi yang beredar viral di media sosial itu tidak benar.
"Tidak ada chip," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi pada Selasa (15/11/2023), dikutip dari Kompas.com.
Menurut Nadia, bakteri wolbachia tidak menimbulkan penyakit pada manusia.
"Ini ada bakteri wolbachia, bakteri yang memang ada di alam dan tidak menyebabkan penyakit. Bakteri penghancur buah-buahan," terang Nadia.
Baca berita Tribunjabar.id lainnya di Google News.
Ini Alasan Kota Bandung Jadi Salah Satu Kota Tempat Penyebaran Nyamuk Wolbachia |
![]() |
---|
Warga Demo Tolak Program Nyamuk Wolbachia di Bandung, Tuntut Menkes Tangkap Lagi Nyamuknya |
![]() |
---|
Di Ujungberung Bandung, Ini Lokasi Penyebaran Nyamuk Wolbachia, Orang Tua Asuh Ada yang Sempat Ragu |
![]() |
---|
Warga Ujungberung Bandung Unjuk Rasa, Minta Nyamuk Wolbachia Dilepaskan di Rumah Menkes |
![]() |
---|
BREAKING NEWS: Warga Ujungberung Protes Penyebaran Nyamuk Wolbachia: Minta Ditangkap Lagi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.