"Seperti Suara Pesawat Tempur Lewat" Pengakuan Pendaki saat Erupsi Gunung Marapi, Mengaku Trauma
Inilah cerita pendaki saat erupsi Gunung Marapi di Sumatera Barat, yang sempat mengancam nyawanya.
Penulis: Salma Dinda Regina | Editor: Salma Dinda Regina
TRIBUNJABAR.ID - Inilah cerita pendaki saat erupsi Gunung Marapi di Sumatera Barat, yang sempat mengancam nyawanya.
Cerita ini berasal dari salah satu di antara 75 pendaki yang berada di kawasan Gunung Marapi saat terjadi erupsi.
Pemuda bernama Muhammad Afif (19) mengaku merasakan masih trauma meski selamat dari erupsi Gunung Marapi tersebut.
Diketahui, Afif mendaki bersama dengan orang teman sebayanya, Lingga Duta Andrefa dan Muhammad Faith Ewaldo (19).
Afif dan teman-teman mendaki Gunung Marapi pada hari Minggu (3/12/2023) pukul 11.00 WIB.
Afif mengaku pada saat itu cuaca di Gunung Marapi masih cerah dan situasinya aman.
"Kami naik Gunung Marapi hari Minggu (3/12/2023), jam 11.00 WIB. Saat itu situasi masih aman dan lancar dan cuaca cerah," ujar Afif, Senin (4/12/2023), dikutip dari Kompas.com.
Kemudian pada pukul 15.00 WIB, Afif dan dua temannya posisisnya sudah sampai di dekat pintu angin Gunung Marapi.
Baca juga: Korban Erupsi Gunung Marapi di Sumbar yang Sudah Diidentifikasi Bertambah Lima, Dua dari Riau
Namun, tak lama terdengar suara gemuruh yang kuat dan bergetar.
Pemuda 19 tahun itu menyebut suara gemuruh itu bak suara pesawat tempur lewat.
Tak lama dari gemuruh hebat itu, tiba-tiba ada hujan batu.
"Kuat bunyinya. Seperti suara pesawat tempur lewat. Tak lama setelah itu ada hujan batu," sebut Afif.
Afif dan dua temannya pun langsung panik ketakutan.
Mereka pun lari ke arah 'jalan tikus' yang banyak pepohonan untuk berlindung dari hujan batu.
"Waktu hujan batu, kami sembunyi ke 'jalan tikus' yang banyak pohonnya. Kami bertiga ketakutan dan panik," sebut Afif.
Hujan batu akibat erupsi gunung berlangsung sekitar 10 menit.
"Alhamdulillah, kami bertiga tidak yang ada kena batu," ucap Afif.
Setelah hujan batu itu berhenti, Afif dan temannya pun menenangkan diri dan kemudian turun gunung menuju posko.
Kini, ia mengaku sudah berada di Padang dan akan kembali ke rumahnya di Kota Bangkinang, Kabupaten Kampar, Riau.
Diberitakan sebelumnya, Erupsi Gunung Marapi terjadi pada Minggu (3/12/2923) sekitar pukul 14.54 WIB. gunung itu menyemburkan abu vulkani sekitar 3.000 meter.
Gunung Marapi Meletus, Perlu Perhatian bagi Para Pendaki

Erupsi Gunung Marapi di Provinsi Sumatra Barat, Minggu (3/12/2023), yang berdampak pada keselamatan para pendaki menjadi pengingat bagi semua pihak untuk memperhatikan rekomendasi batasan aktivitas di sekitar gunung api.
Terlebih gunung-gunung api tersebar di berbagai daerah di Indonesia, termasuk Jawa Barat.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Hendra Gunawan, pun menjelaskan kronologinya.
Ia mengatakan, sejak 2011 sampai kini, Gunung Marapi berstatus Level II atau Waspada. Berdasarkan data, Gunung Marapi sempat meletus pada 2012, 2014, 2017, dan 2018.
Aktivitas vulkanik Gunung Marapi pada awal 2023 pun sempat terjadi, didominasi oleh terjadinya erupsi eksplosif yang berlangsung sejak 7 Januari 2023 sampai 20 Februari 2023, dengan tinggi kolom erupsi 75-1.000 meter dari puncak.
Selanjutnya erupsi berhenti dan aktivitas kegempaan lebih didominasi oleh gempa tektonik lokal dan tektonik jauh.
Kemudian, pada 18 November dan 1 Desember 2023, PVMBG mengirim laporan evaluasi Gunung Marapi dua mingguan kepada stake holder bahwa status Gunung Marapi Waspada (Level II) dengan jarak aman 3 kilometer.
Pada 3 Desember 2023 pukul 14.54, terjadi erupsi Gunung Marapi dengan ketinggian 3.000 meter.
Pos PGA Marapi kemudian melakukan koordinasi dengan Basarnas untuk penyelamatan pendaki yang masih terjebak di puncak Marapi.
Di tanggal yang sama, selama pukul 15.54-24.00 WIB terjadi 36 letusan. Tanggal 4 Desember 2023 pukul 00.00-14.00 WIB terjadi 10 kali letusan dan 49 kali embusan.
Letusan terakhir terjadi pukul 8.22 WIB dengan tinggi kolom erupsi 800 meter.
Berdasarkan informasi yang didapat, ada 49 orang berhasil dievakuasi dan selamat dari total 75 pendaki, sedangkan 11 orang menjadi korban jiwa.
Para korban berada pada jarak 1-1,5 km dari kawah. Status Gunung Marapi tetap Level II (Waspada).
"Kita selalu memberikan surat rekomendasi, satu bulan dua kali. Gunung ini selama empat tahun tidak erupsi. Ini yang berbahaya."
"Padahal dari sejarahnya bisa terjadi erupsi. Karenanya kami rekomendasikan tetap di Level II dengan skenario terburuk, yaitu jangan dekati radius 3 km. Karena dari statistik kejadian, jarak 3 km jarang terdampak."
"Dampaknya sekitar puncak," kata Hendra melalui siaran video, Senin (4/12/2023).
Hendra mengatakan, dengan sebegitu banyak peralatan pendeteksi yang dipasang, sifat dari erupsi Gunung Marapi sangat sulit dideteksi. Ditambah pernah ada gangguan pada Maret 2023, pada alat di Stasiun GGSL sempat dicuri.
"Jadi sebetulnya kawah aktif sepeti ini (tidak tampak terlihat aktivitas vulkanik). Ini yang membuat masyarakat mengira gunung ini seperti aman ya tidak ada apa. Ini yang sangat berbahaya, yang diam seperti ini," katanya.
Dengan kondisi seperti ini, pihaknya memberlukan status Level II, artinya lebih berupaya preventif. Karena secara visual memang tampak tidak ada apa-apa pada saat tidak erupsi, dan kegempaan mungkin hanya terjadi satu gempa per bulan.
"Tapi dari sejarah erupsi selalu terjadi. Makanya kita buat rekomendasi 3 km itu berdasarkan statistik adanya erupsi setiap 2 atau sampai 4 tahun. Hanya tanggal bulannya tidak pernah tahu. Makanya boleh mendaki tapi jaga jarak," katanya.
Faktor erupsi, ujatnya, mungkin karena adanya akumulasi gas perlahan. Kalau gasnya tertahan, makin lama tidak erupsi, maka potensi erupsi semakin kuat karena ada akumulasi gas.
Ia mengatakan selalu memberikan surat rekomendasi kepada stake holder di daerah mengenai aktivitas gunung berapi, sebagai dasar pertimbangan. Ia pun memebrikan batasan radius yang aman untuk dijelajahi.
"Tidak bisa diprediksi, apalagi tipe gunung seperti ini. Dan banyak di Indonesia. Dan sayangnya banyak yang menjadi daerah turis."
"Itu yang menjadi bagaimana kita bisa menghadapi seperti ini. Gunungnya sulit diprediksi, masyarakat animonya sangat besar. Dan jarang-jarang meletusnya tapi hanya sekitar puncak. Bukan hanya Marapi, ini menjadi PR kita bersama semua," katanya. (*)
(Tribunjabar.id/Salma Dinda/ Nazmi Abdurrahman) (Kompas.com/Idon Tanjung).
Baca berita Tribun Jabar lainnya di GoogleNews.
Viral Video Penyelamatan Siswi SMP di Gunung Sindoro, Pendaki Digendong Turun Sampai Pos Masuk |
![]() |
---|
Polisi Gadungan Beraksi Gondol Harta Pendaki Gunung di Kota Bogor, Modusnya Tuduh dan Geledah Korban |
![]() |
---|
Saran BPBD Sumedang bagi Pendaki yang Ingin Mendaki Gunung Cakrabuana, Persiapan Jadi Kunci |
![]() |
---|
KRONOLOGI Pendaki Derwati Bandung Tewas di Gunung Cakrabuana Sumedang, Jatuh ke Jurang saat Turun |
![]() |
---|
BREAKING NEWS Pendaki asal Derwati Bandung Tewas Terjatuh di Gunung Cakrabuana, Cedera di Kepala |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.