"Seperti Suara Pesawat Tempur Lewat" Pengakuan Pendaki saat Erupsi Gunung Marapi, Mengaku Trauma
Inilah cerita pendaki saat erupsi Gunung Marapi di Sumatera Barat, yang sempat mengancam nyawanya.
Penulis: Salma Dinda Regina | Editor: Salma Dinda Regina
Di tanggal yang sama, selama pukul 15.54-24.00 WIB terjadi 36 letusan. Tanggal 4 Desember 2023 pukul 00.00-14.00 WIB terjadi 10 kali letusan dan 49 kali embusan.
Letusan terakhir terjadi pukul 8.22 WIB dengan tinggi kolom erupsi 800 meter.
Berdasarkan informasi yang didapat, ada 49 orang berhasil dievakuasi dan selamat dari total 75 pendaki, sedangkan 11 orang menjadi korban jiwa.
Para korban berada pada jarak 1-1,5 km dari kawah. Status Gunung Marapi tetap Level II (Waspada).
"Kita selalu memberikan surat rekomendasi, satu bulan dua kali. Gunung ini selama empat tahun tidak erupsi. Ini yang berbahaya."
"Padahal dari sejarahnya bisa terjadi erupsi. Karenanya kami rekomendasikan tetap di Level II dengan skenario terburuk, yaitu jangan dekati radius 3 km. Karena dari statistik kejadian, jarak 3 km jarang terdampak."
"Dampaknya sekitar puncak," kata Hendra melalui siaran video, Senin (4/12/2023).
Hendra mengatakan, dengan sebegitu banyak peralatan pendeteksi yang dipasang, sifat dari erupsi Gunung Marapi sangat sulit dideteksi. Ditambah pernah ada gangguan pada Maret 2023, pada alat di Stasiun GGSL sempat dicuri.
"Jadi sebetulnya kawah aktif sepeti ini (tidak tampak terlihat aktivitas vulkanik). Ini yang membuat masyarakat mengira gunung ini seperti aman ya tidak ada apa. Ini yang sangat berbahaya, yang diam seperti ini," katanya.
Dengan kondisi seperti ini, pihaknya memberlukan status Level II, artinya lebih berupaya preventif. Karena secara visual memang tampak tidak ada apa-apa pada saat tidak erupsi, dan kegempaan mungkin hanya terjadi satu gempa per bulan.
"Tapi dari sejarah erupsi selalu terjadi. Makanya kita buat rekomendasi 3 km itu berdasarkan statistik adanya erupsi setiap 2 atau sampai 4 tahun. Hanya tanggal bulannya tidak pernah tahu. Makanya boleh mendaki tapi jaga jarak," katanya.
Faktor erupsi, ujatnya, mungkin karena adanya akumulasi gas perlahan. Kalau gasnya tertahan, makin lama tidak erupsi, maka potensi erupsi semakin kuat karena ada akumulasi gas.
Ia mengatakan selalu memberikan surat rekomendasi kepada stake holder di daerah mengenai aktivitas gunung berapi, sebagai dasar pertimbangan. Ia pun memebrikan batasan radius yang aman untuk dijelajahi.
"Tidak bisa diprediksi, apalagi tipe gunung seperti ini. Dan banyak di Indonesia. Dan sayangnya banyak yang menjadi daerah turis."
"Itu yang menjadi bagaimana kita bisa menghadapi seperti ini. Gunungnya sulit diprediksi, masyarakat animonya sangat besar. Dan jarang-jarang meletusnya tapi hanya sekitar puncak. Bukan hanya Marapi, ini menjadi PR kita bersama semua," katanya. (*)
(Tribunjabar.id/Salma Dinda/ Nazmi Abdurrahman) (Kompas.com/Idon Tanjung).
Baca berita Tribun Jabar lainnya di GoogleNews.
Viral Video Penyelamatan Siswi SMP di Gunung Sindoro, Pendaki Digendong Turun Sampai Pos Masuk |
![]() |
---|
Polisi Gadungan Beraksi Gondol Harta Pendaki Gunung di Kota Bogor, Modusnya Tuduh dan Geledah Korban |
![]() |
---|
Saran BPBD Sumedang bagi Pendaki yang Ingin Mendaki Gunung Cakrabuana, Persiapan Jadi Kunci |
![]() |
---|
KRONOLOGI Pendaki Derwati Bandung Tewas di Gunung Cakrabuana Sumedang, Jatuh ke Jurang saat Turun |
![]() |
---|
BREAKING NEWS Pendaki asal Derwati Bandung Tewas Terjatuh di Gunung Cakrabuana, Cedera di Kepala |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.