"Nauzubillahi Min Zalik," kata Pria 83 Tahun Ini, Pilih Jadi Tukang Servis Payung daripada Ngemis

Nyaris semua pakaian yang dikenakannya, mulai dari topi, kemeja, celana, tas berisi onderdil payung yang dibawanya berwarna lusuh.

Penulis: Kiki Andriana | Editor: Januar Pribadi Hamel
Tribun Jabar/Kiki Andriana
Muhammad Supardi (83) tukang servis payung keliling saat ditemui TribunJabar.id, di kawasan Desa Cikeruh, Jatinangor, Sumedang, Rabu (1/11/2023) sore. 

"Sehari paling bisa bawa Rp20-30 ribu. Itu dicukup-cukupkan saja buat sehari-hari, beli beras. Makan dengan lauk asin, cukup," katanya.

Bahkan, Supardi sering dalam sehari tidak dapat pengguna jasanya. Dia hanya berjalan kaki saja, terus berjalan kaki.

Tetapi, tidak mendapatkan pasien sevis bukan berarti dia tidak mendapatkan rezeki.

Di jalanan, sering ada orang menaruh empati kepadanya, lalu memberikan sejumput uang atau kotak berisi makanan.

"Sehari saja, saya tidak pernah keluar dari rumah dan pulang tanpa membawa apapun untuk dimakan. Jika bukan yang nyervis, ada saja yang memberi,"

"Ini saya diberi dua kantong makanan, diberi anak sekolahan tadi," kata Supardi sambil menunjukkan bukti dari perkataanya itu.

Dan jika mendapatkan makanan pemberian, dia tidak makan makanan itu sendirian. Dia simpan di dalam tas berharap anak dan istrinya di rumah akan bahagia menerimanya.

"Biar saya enggak makan, biar saya enggak makan, tapi anak-anak (dan istri) di rumah makan," katanya. (*)

Artikel TribunJabar.id lainnya bisa disimak di GoogleNews.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved