Banyak Perempuan Gaza Terpaksa Minum Pil Penunda Haid Saat Perang karena Keterbatasan Sanitasi

Para wanita di Gaza terpaksa menggunakan pil penunda menstruasi karena tidak adanya privasi dan keterbatasan air.

Penulis: Magang Tribunjabar | Editor: Hermawan Aksan
aljazeera /[Mahmud Hams/AFP]
Para wanita di gaza terpaksa menggunakan pil penunda mentruasi karena keterbatasan sanitasi. 

TRIBUNJABAR.ID - Para wanita di Gaza terpaksa menggunakan pil penunda menstruasi karena tidak adanya privasi dan keterbatasan air. 

Tablet yang digunakan untuk menunda menstruasi dapat menyebabkan efek samping negatif. 

Tanpa akses ke air dan produk kebersihan, para perempuan di Gaza mengatakan bahwa mereka tidak punya pilihan lain selain menggunakannya.

Dilansir dari aljazeera.com, banyak perempuan Palestina yang terpaksa mengonsumsi pil penunda menstruasi.

Mereka melakukannya karena keadaan yang tidak sehat dan putus asa akibat serangan Israel yang terus berlanjut di Gaza.

Mereka menghadapi pengungsian, kondisi kehidupan yang penuh sesak, dan kurangnya akses terhadap air dan produk kebersihan menstruasi seperti pembalut wanita dan tampon.

Para wanita telah menggunakan tablet norethisterone yang biasanya diresepkan untuk kondisi-kondisi seperti pendarahan menstruasi yang parah, endometriosis.

Bahkan ada juga yang mengonsumsi obat yang digunakna saat menstruasi yang menyakitkan serta untuk menghindari ketidaknyamanan dan rasa sakit saat menstruasi.

Dr Walid Abu Hatab, seorang konsultan medis kebidanan dan kandungan di Nasser Medical Complex di kota selatan Khan Younis, memberikan keterangan bahwa pil-pil tersebut menjaga kadar hormon progesteron tetap tinggi untuk menghentikan rahim meluruhkan lapisannya sehingga menunda menstruasi.

Pil-pil tersebut mungkin memiliki efek samping seperti pendarahan vagina yang tidak teratur, mual, perubahan siklus menstruasi, pusing dan perubahan suasana hati, menurut para ahli medis.

Tetapi beberapa wanita di Palestina seperti Salma Khaled mengatakan, wanita tidak memiliki pilihan selain mengambil risiko di tengah pengeboman dan blokade Israel yang tak kunjung usai terhadap Gaza.

Salma mengatakan bahwa tidak ada cukup pembalut yang tersedia di beberapa toko dan apotek yang tetap buka. 

Sementara itu, berbagi rumah dengan puluhan kerabat di tengah-tengah kekurangan air telah membuat kebersihan yang teratur menjadi sebuah kemewahan.

Penggunaan kamar mandi harus dijatah dan mandi dibatasi hanya beberapa hari sekali.

Apotek dan toko-toko menghadapi persediaan yang semakin menipis karena pengepungan total yang diberlakukan oleh Israel, menyusul serangan oleh sayap bersenjata kelompok Palestina Hamas pada tanggal 7 Oktober. 

Selain itu, pengeboman Israel di jalan-jalan utama di Jalur Gaza telah membuat pengangkutan produk dari gudang medis ke apotek menjadi tugas yang mustahil.

Perempuan menggunakan pil penunda haid untuk menghindari rasa malu karena kurangnya kebersihan, privasi, dan produk kesehatan yang tersedia. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved