Cara Kerja Operator Bendungan Jatiluhur Distribusikan Air Saat Kemarau Untuk Sawah hingga Air Minum

Tinggi muka air di Bendungan Jatiluhur masih terkendali meski di musim kemarau dan mampu mengirim sawah di Pantura.

Editor: Mega Nugraha
Istimewa
PT Jasa Tirta II raih rekor baru yang tercatat di Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri), membentangkan bendera merah putih raksasa di tengah Bendungan Jatiluhur saat hari kemerdekaan Indonesia Agustus lalu. 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Tinggi muka air di Bendungan Jatiluhur masih terkendali meski di musim kemarau dan mampu mengirim sawah di Pantura.


Direktur Operasi dan Pemeliharaan Jasa Tirta II, Anton Mardiyono, Sabtu (23/9/2023), mengatakan,  kondisi tinggi muka air (TMA) Bendungan Jatiluhur  pada 21 September 2023 pukul 07.00 WIB berada di elevansi 94,36 mdpl dari garis batas operasi normal 93,59 mdpl. 


Ketersediaan air untuk kebutuhan layanan di bawah Bendungan Jatiluhur, Anton mengatakan, secara prinsip pendistribusian air baik saat musim kemarau atau musim hujan memiliki prinsip pemberian air secara efektif.


"Pemberian air harus dilakukan dengan prinsip tepat uang, tepat waktu, dan tepat guna. Dalam pelaksanaannya, pemberian air pada musim kemarau memang harus ada effort yang lebih dari pemanfaat air di areal irigasi, karena pemberian air sudah ditentukan waktu, kubikasi, dan tempatnya, artinya alokasinya sudah ditentukan," ujarnya.

Baca juga: Presiden Jokowi Groundbreaking Proyek Strategis IKN, PLN Hadirkan Listrik Tanpa Kedip


Metode seperti itu dikenal pula dengan giring air. Pola pemberian air semacam itu sudah normatif dirumuskan dan disepakati bersama dengan komisi irigasi dan petani pemanfaat air.


"Kedisiplinan para petani ini yang mungkin jadi perlu effort lebih sehingga alokasi air yang diberikan bisa optimal. Petani bisa mendapatkan informasi jadwal giring gilir air dari petugas di lapangan kemudian setiap kabupaten kota memiliki Komisi Irigasi yang biasanya selalu standby apabila dalam kondisi seperti ini,” kata Anton Mardiyono.


Anton menyebut, pasokan air untuk irigasi air minum melalui PDAM dan industri dapat dipasok sampai akhir 2023 dengan catatan semua pihak mematuhi kesepakatan alokasi air yang sudah disepakati bersama.


Sedangkan apabila hujan belum kunjung turun, maka Jasa Tirta II bersama PT PLN Indonesia Power dan PT PLN Nusantara Power, BBWS Citarum (Kementerian PUPR) dibantu BMKG, BRIN akan menyiapkan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).


“TMC kami rencanakan di Oktober dan target menghasilkan air efektif di November dengan target menambah tampungan air di tiga waduk ± 450 juta m⊃3;,” ucap Anton Mardiyono.


TMC akan dilaksanakan untuk 30 hari operasi dan pelaksanaannya masih fleksibel apabila memang potensi awannya masih cukup tinggi dan kebutuhan air di tiga waduk masih diperlukan tambahan.


“Saya mewakili pengelola tiga waduk (Saguling, Cirata, Jatiluhur), Kementerian PUPR, BBWS Citarum menyampaikan kondisi per hari ini sesuai dengan apa yang direncanakan dan dioperasikan sehingga tidak perlu ada kekhawatiran berlebih terhadap pasok air irigasi, air minum melalui PDAM, dan air untuk dunia industri,” ucap Anton Mardiyono.

 

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved