Pemilik Penggilingan Beras di Majalengka Sengaja Datangkan Gabah dari Ciamis hingga Cilacap

"Untuk menghasilkan beras satu ton rata-rata membutuhkan 1,4 ton gabah, sehingga penghitungan harga gabah ke beras menggunakan margin 65 persen"

Penulis: Ahmad Imam Baehaqi | Editor: Adityas Annas Azhari
Tribun Cirebon/Ahmad Imam Baehaqi
Pekerja saat mengangkut persediaan beras di PB Sri Rahayu, Jalan Pemuda, Kelurahan Cijati, Kecamatan/Kabupaten Majalengka, Jumat (22/9/2023). 

TRIBUNJABAR.ID, MAJALENGKA - Pemilik Penggilingan Beras (PB) Sri Rahayu, Dede Koswara (48), mengakui sengaja mendatangkan gabah dari Ciamis, Banjar, Pangandaran, hingga Cilacap.

Pasalnya, harga gabah di wilayah Kabupaten Majalengka dinilai terlalu mahal, sehingga dikhawatirkan tidak menutupi biaya produksi penggilingan beras miliknya.

Menurut dia, harga gabah dari sejumlah wilayah selatan Jawa Barat relatif lebih terjangkau dibanding gabah di Majalengka yang kini harganya mencapai Rp 850 ribu per kuintal.

Baca juga: Harga Beras Naik di Majalengka Disebut Dipicu Kenaikan Harga Gabah, Naik Sejak Awal Agustus

"Dari Ciamis, Banjar, Pangandaran, dan Cilacap harganya berkisar antara Rp 800 ribu - Rp 810 ribu perkwintalnya," ujar Dede Koswara saat ditemui di PB Sri Rahayu, Jalan Pemuda, Kelurahan Cijati, Kecamatan/Kabupaten Majalengka, Jumat (22/9/2023).

Ia mengakui, harga gabah tersebut juga sebenarnya masih lebih tinggi apabila dibandingkan harga normalnya di Majalengka yang mencapai Rp 630 ribu per kuintal.

Baca juga: Pedagang di Majalengka Mulai Rasakan Dampak Harga Beras Tinggi, Pembeli Berkurang, Stok Beras Awet

Ia mengatakan, jika dihitung menggunakan margin 65 persen maka didapat harga Rp 13 ribuan per kilogram, sehingga harga jual ke pasarannya bakal lebih tinggi lagi.

"Untuk menghasilkan beras satu ton rata-rata membutuhkan 1,4 ton gabah, sehingga penghitungan harga gabah ke beras menggunakan margin 65 persen," kata Dede Koswara.

Baca juga: Harga Beras di Pasar Sindangkasih Cigasong Majalengka Masih Tinggi, Pedagang Sebut Pasokan Menurun

Dede menyampaikan, saat ini tidak berani membeli gabah dari Majalengka, dan memilih gabah dari luar daerah yang harganya relatif lebih murah demi menutupi biaya produksi.

Bahkan, gabah yang sempat dibeli belum lama ini seharga Rp 830 ribu per kuintal juga hingga kini belum digiling menjadi beras, karena dikhawatirkan harga jualnya bakal lebih tinggi.

Baca juga: Bupati Instruksikan Seluruh ASN di Majalengka Salurkan Zakat Mal ke Baznas Setiap Bulan

Saat ini, ia menjual beras kualitas medium ke pasaran seharga Rp 12600 perkilogram, sedangkan beras kualitas premium dijual seharga Rp 12800 per kilogramnya.

"Jika harga gabahnya melebihi Rp 810 ribu maka diperkirakan harga jual berasnya mencapai Rp 13 ribu perkilogram, bahkan bisa lebih," ujar Dede Koswara. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved