Pilkada 2024

Hasil Survei IPRC Gen Y dan Z Kota Bandung Jelang Pilwalkot 2024: Istri Gubernur di Puncak Klasemen

IPRC merilis hasil survei yang mereka lakukan per 17-27 Juli 2023 soal peta dukungan Gen Y dan Z Kota Bandung menjelang pemilihan wali kota Bandung

|
Penulis: Muhamad Nandri Prilatama | Editor: Darajat Arianto
TRIBUNJABAR.ID/MUHAMAD NANDRI PRILATAMA
Indonesian Politics Research & Consulting (IPRC) kembali merilis hasil survei yang mereka lakukan per 17 Juli sampai 27 Juli 2023 tentang peta dukungan Gen Y dan Z Kota Bandung menjelang pemilihan wali kota Bandung 2024. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Nandri Prilatama

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Indonesian Politics Research and Consulting (IPRC) kembali merilis hasil survei yang mereka lakukan per 17 Juli sampai 27 Juli 2023 tentang peta dukungan Gen Y dan Z Kota Bandung menjelang pemilihan wali kota Bandung 2024 alias Pilwalkot Bandung 2024.

Direktur Eksekutif IPRC, Firman Manan menjelaskan bahwa survei tersebut menyasar generasi muda lantaran mereka memiliki peran elektoral signifikan sebagai pemilih dengan jumlah terbanyak di pilkada 2024.

"Generasi muda ini cenderung aktif dalam model partisipasi non elektoral, isu-isu tunggal, isu-isu konkret, dan efektivitas aktivitas. Generasi muda juga menggunakan media baru sebagai kanal aktivitas politik," ujarnya, Rabu (23/8/2023) di Gelanggang Generasi Muda, Jalan Merdeka, Kota Bandung.

Manajer Riset IPRC, Indra Purnama menambahkan, survei yang dilakukan pihaknya menyasar responden mulai usia 17 tahun sampai 42 tahun yang tersebar di 30 kecamatan Kota Bandung, dengan jumlah responden 880 orang secara random sampling.

"Ternyata ada sekitar 71 persen Gen Y dan Z yang tahu bahwa akan ada pemilihan umum 2024, sehingga tak ada masalah untuk angka partisipasi," katanya.

Baca juga: Maju di Pilwalkot Bandung, Muhammad Farhan Sudah Siapkan Modal Politik

"Tapi, yang jadi masalah itu terkait tanggal dan bulan penyelenggaraan pilpres, pilkada (pilgub dan pilwalkot), dan pileg, mereka tak mengetahuinya," ujarnya.

"Mereka cenderung terpaku pada pemilu yang digelar Februari 2024, sedangkan pelaksanaan pilkada mereka cenderung tak terlalu banyak yang tahu," ucap Indra.

"Jadi, ini salah satu temuan dan menjadi pekerjaan rumah untuk penyelenggara pemilu guna lakukan sosialisasi ke masyarakat," katanya.

Gen Y dan Z untuk pilwalkot maupun pilgub 2024 masih ada sebanyak 54 persen menganggap figur atau sosok yang asal daerah atau etnis menjadi suatu hal yang penting untuk dipilih.

Selain memang latarbelakang agama yang menarik sebesar 70-80 persen menjadi alasan mereka memilih figur di pilwalkot dan pilgub 2024.

"Gen Y dan Z itu unik. Mereka melihat informasi figur atau calon melalui internet sebesar 73,1 persen, lalu 25,8 persen lewat televisi," katanya.

"Sebanyak 40 persennya itu Gen Y dan Z sering berjam-jam melihat informasi tentang isu-isu politik dan lainnya," ujar Indra.

Mengenai politik uang di pilkada 2024, Indra menegaskan ada 80 persen responden mengaku tak menerima tawaran politik uang.

Tapi sebanyak 80 persen pula mereka akan menerima politik uang itu saat pilkada 2024, tetapi soal pilihan tergantung keinginan mereka saat pencoblosan di TPS.

Baca juga: 3 Tokoh Muda Penantang Yana Mulyana di Pilwalkot Bandung 2024, Ada Bobotoh Persib dan Wanita Cantik

"50 persen responden ini mengatakan wajar soal politik uang saat pemilu. Tapi soal efektif atau tidak, ternyata tidak karena mereka akan menerima (uang, barang atau hadiah), namun tak akan memilih," katanya.

"Sebab, calon yang akan dipilih itu sesuai keinginan mereka saja yang persentasenya sebanyak 81 persen," ujarnya.

Adapun untuk calon wali kota yang tertinggi dalam survei IPRC ini lewat simulasi terbuka, antara lain:

- Atalia Praratya 25,2 persen

- M Farhan 9 persen

- Raffi Ahmad 3,6 persen

- Budi Dalton 3,4 persen

- Nurul Arifin 3,0 persen.

"Kalau simulasi terbuka, Atalia itu 36,5 persen surveinya, disusul M Farhan 12,0 persen, Budi Dalton 7,2 persen, Raffi Ahmad 6,4 persen, dan Nurul Arifin 4,5 persen. Semua kecamatan itu dari survei kami dikuasai Atalia," katanya.

Firman Manan pun menyatakan bahwa politik identitas masih akan tinggi untuk pemilu 2024, lantaran politik identitas terbangun lama dari pemilu-pemilu sebelumnya.

Terlebih politik identitas yang muncul di media termasuk media sosial yang sulit dihilangkan jejak digitalnya.

Baca juga: Ditanya Soal Pilwalkot, Atalia Ingin Kota Bandung Lebih Cantik dan Barokah, Ada Pertimbangan Ini

"Pillwalkot Bandung 2024 itu konteks pilihan hari ini petanya tak ada sosok petahana yang mengakibatkan muncul figur alternatif, salah satunya figur yang berasosiasi," ucap Firman.

Dewan Pembina Sekoper Cinta Atalia Praratya Ridwan Kamil membuka pelatihan vokasional Sekoper Cinta (Sekolah Perempuan Capai Impian dan Cita-cita) Tahun 2023 di Kota Bandung, Jumat (4/8/2023).
Dewan Pembina Sekoper Cinta Atalia Praratya Ridwan Kamil membuka pelatihan vokasional Sekoper Cinta (Sekolah Perempuan Capai Impian dan Cita-cita) Tahun 2023 di Kota Bandung, Jumat (4/8/2023). (Tribun Jabar/ Muhamad Syarif Abdussalam)

"Nama Atalia masih diasosiasikan oleh sosok Ridwan Kamil yang merupakan mantan wali kota Bandung sekaligus suami dari Atalia," ujarnya.

"Apalagi, kriteria anak muda itu melihatnya pada sebuah ikatan yang kemudian muncul nama Atalia dari asosiasi RK," katanya.

Pada survei sebelumnya yang sempat dilakukan IPRC pun, lanjut Firman, Atalia sudah bagus suaranya namun masih ada nama petahana, Yana Mulyana.

Jadi wajar ketika petahana itu tak ada, maka Atalia yang unggul. (*)

Baca juga: Sejumlah warga Dorong Dokter Raendi Rayendra Maju di Pilwalkot Bogor

 

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved