Anak Kuli Bangunan di Bandung Lolos Seleksi Polisi, Ayah Tak Percaya: Membayangkan Saja Tak Berani

Dengan segala perjuangannya, akhirnya M Zadani Haykal Taufiq (19) kini berhasil lolos seleksi bintara polisi dan kini sedang mengikuti pendidikan

Istimewa
Orang Tua Zadani Haykal Taufiq yang lolos seleksi polisi, menujukan foto dan sepatu sobek yang digunakan Zadani untuk memngikuti seleksi polisi, di Rumahnya, yang Berada di Kampung Cipicung, Baleendah, Kabupaten Bandung, Selasa (25/7/2023) 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Lutfi Ahmad Mauludin

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG -  Seorang anak kuli bangunan dari Kampung Cipicung, Baleendah, Kabupaten Bandung, berhasil lolos menjadi polisi pada penerimaan Polri 2023.

Meski memiliki keterbatasan ekonomi, pemuda ini pantang menyerah untuk menggapai cita-citanya.

Dengan segala perjuangannya, akhirnya M Zadani Haykal Taufiq (19) kini berhasil lolos seleksi bintara polisi dan kini sedang mengikuti pendidikan.

Orang tua Zadani, yakn Dedy Taufiq dan Fitriani Hasanah, mengaku tak menyangka anaknya bisa lolos seleksi polisi.

Baca juga: Viral Anak Pedagang Sarapan Ikut Tes Seleksi Polisi Pakai Kaos Berlubang, Warganet Terharu

"Yang pasti perasaannya bangga sekali dapat kabar anak saya lulus sebagai Polisi. Mengingat perjuangan dia selama ini, saya sangat menyaksikan sekali," ujar Dedy, saat ditemui di rumahnya, Selasa (25/7/2023).

Dedy mengatakan, awalnya tidak menyangka sama sekali anaknya lolos.

"Soalnya saya hanya sebatas kuli bangunan. Ngebayangin punya anak seorang polisi juga, saya seolah-olah sudah gak berani," ujar Dedi, didampingi Fitriani yang terlihat berkaca-kaca mengingat perjuangan anaknya.

Dedy dan Fitri mengaku sangat bangga, bahagia, dan terharu, kini anaknya bisa menggapai cita-citanya sejak kecil, yakni menjadi seorang polisi.

"Alhamdulillah dengan tekad dan perjuangan anak saya bisa menjadi anggota polisi," kata Dedy.

Dedi menceritakan, ini merupakan seleksi yang kedua bagi anak bungsunya itu, pertama ikut seleksi Polisi tahun 2022.

"Saat ikut seleksi pertama itu posisinya anak saya masih sekolah, sedang ujian akhir. Tapi karena ada perekrutan, dia ngikut, sekolah juga memberikan dispensasi," tuturnya.

Sebab saat seleksi, kata Dedy, berbarengan dengan ujian akhir di sekolahnya, namun saat itu ia tak lolos.

Baca juga: Sosok Sulastri Irwan, Anak Petani yang Lolos Seleksi Polisi Tapi Mendadak Digantikan di Maluku Utara

Tak diterimanya saat itu, kata Dedy, menjadi pemicu anakanya tambah giat berlatih mempersiapkan diri untuk mengikuti seleksi kembali.

Tak lulus seleksi polisi, setelah lulus sekolah, kata Dedy, anaknya langsung bekerja di sebuah kafe.

"Dia mengumpulkan uang dari hasil kerjanya untuk bekal mengikuti seleksi masuk Polisi kembali," ujar dia.

Saat ada perekrutan polisi kembali, Dedy mengatakan, anaknya langsung resign dari tempat kerjanya untuk mengikuti seleksi dan diizinkan oleh bosnya.

"Bagi saya uang yang dikumpulkan anak dari hasil kerjanya cukup besar, Rp 2 sampai Rp 3 juta. Itu digunakannya untuk kebutuhan, membuat berkas bekal seleksi dan lainnya, jadi tak minta ke saya," kata Dedy.

Memang, kata Dedy, tekad anaknya untuk menggapai cita-citanya sangat tinggi, jadi polisi sudah menjadi cita- citanya sejak kecil, bahkan saat ia TK sudah ingin menjadi polisi.

"Saya melihat persiapannya sangat gigih, mulai dari segi fisik dia selalu meluangkan waktunya untuk berolahraga, lari, ngegym, macam-macam," ujarnya.

Untuk mendukung dan membantu anaknya berlatih persiapan seleksi, Dedy mengaku hanya melakukan sesuai kemampuannya.

"Saya bisa ngelas, saya bikinkan buat pull up alakadarnya, saya bikinkan juga buat site up dan lain-lain. Kadang-kadang saya juga yang ngitung atau pegang stopwatch nya pas lagi latihan," ujar Dedi yang terlihat berkaca-kaca saat mengingat perjuangan anaknya.

Memang di depan rumah sederhana yang berukuran sekitar 4x6 meter ini, masih terdapat tiang untuk pull up yang digunakan Zadani berlatih.

Dedy mengatakan, memang banyak orang yang sempat bertanya kepadanya, punya uang berapa anaknya mau masuk polisi.

"Adanya pertanyaan orang tersebut, sempat membuat saya down, maklum pa, saya seorang kuli bangunan, tak banyak pengetahuan. Tapi anak saya bilang biar nanti Dede yang buktiin kalau masuk polisi itu tak pakai uang," kata Dedy.

Dedy mengaku, seorang kuli bangunan tak bisa berkata banyak jika ditanya soal uang, sebab upah sehari dari kerjanya hanya Rp 125 ribu, dan tak setiap hari mendapat pekerjaan.

Sedangkan Istrinya, Fitri, hanya menjadi ibu rumah tangga, dalam mengisi waktunya ia juga mengajar ngaji anak-anak di sekitar rumahnya. Sedangkan kakak Zadani hanya berjualan casing hanphone di pasar kaget.

Jadi, kata Dedy, jika ada yang menanyakan punya uang berapa untuk anaknya jadi polisi, membuatnya ragu dan down.

Baca juga: Pesan Menyentuh Driver Ojol yang Anaknya "Dijebak" Lolos Tes Bintara, Ingin Rizqi Jadi Polisi Jujur

Namun kata Dedy, anaknya ini yang juga memberi motivasi kepadanya, supaya tetap tegar dan mendukung anaknya meski tak memiliki uang karena masuk polisi itu tak bayar.

Dedy mengaku, dirinya terus menerus mendoakan anaknya supaya bisa menggapai cita-citanya. Alhamdulillah kata Dedy, anaknya bisa membuktikannya dan kini masuk polisi.

"Kalau hal bayar membayar, saya tidak merasa membayar sepeser pun. Uang yang dikumpulkan anak saya itu hanya digunakan untuk bekal seleksi soalnya kan berangkat subuh pulang malam, jadi untuk ongkos dan makannya saja, paling mungkin untuk fotocopy berkas dan lainnya," tuturnya.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved