Rekomendasi IMF Ternyata Sesatkan Indonesia, Menteri Bahlil Bahkan Sebut IMF Seperti Lintah Darat

Kebijakan International Monetary Fund atau Dana Moneter Internasional dinilai turut menjerumuskan Indonesia saat krisis ekonomi 1996 silam.

|
Editor: Ravianto
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
Menteri Investasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan utang Indonesia pada IMF sudah diselesaikan pada era Presiden SBY. 

TRIBUNJABAR.ID, JAKARTA - Kebijakan International Monetary Fund atau Dana Moneter Internasional dinilai turut menjerumuskan Indonesia saat krisis ekonomi 1996 silam.

Hal ini disampaikan Menteri Investasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia.

Bahkan, Menteri Bahlil sampai menyebutkan kalau IMF seperti lintah darah.

Beruntung, utang Indonesia kepada Dana Moneter Internasional (IMF) telah lunas.

Menurut Bahlil, utang itu telah lunas sejak pemerintahan sebelum Presiden Joko Widodo (Jokowi) yaitu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Utang kita (Indonesia) sudah selesai ya sama IMF. Kita harus terima kasih sama pemerintahan sebelumnya. Sebelum pak Jokowi. yaitu di jamannya pak SBY," kata Bahlil di Kantor BKPM, dikutip Sabtu (1/7/2023).

Bahlil menyampaikan, utang pemerintah Indonesia kepada IMF ibarat berhutang pada lintah darat.

Terlebih, dia menilai sejumlah kebijakan ekonomi IMF justru tak masuk dalam kondisi di Indonesia.

"Itu berhasil selesaikan utang kita ke IMF. karena menurut kajian mereka juga, ini kayak lintah darat. Jadi banyak paket kebijakan ekonomi dari IMF yang enggak cocok dengan kondisi negara kita," jelasnya.

Di sisi lain, Bahlil menjelaskan, Indonesia memiliki sejarah panjang menyoal IMF sejak tahun 1998 silam.

Ketika krisis ekonomi menerpa, IMF merekomendasikan sejumlah kebijakan.

Faktanya, rekomendasi IMF itu justru menyengsarakan Indonesia.

Hal itu tergambar dari beberapa industri yang harus gulung tikar bahkan negara mengalami pelambatan pertumbuhan ekonomi.

"Dia (IMF) rekomendasikan, industri kita ditutup. Contoh dirgantara. Bansos-bansos ditutup."

"Daya beli masyarakat lemah. Di situlah cikal bakal terjadi deindustrialisasi. Bunga kredit dinaikkan hampir semua pengusaha koleps. Kredit-kredit macet asetnya diambil," tutur dia.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved