Sosok Brigjen TNI Nugraha Gumilar Anak Yatim Jadi Jenderal: Selalu Ditolong Tuhan Sejak Lahir

Brigjen TNI Nugraha Gumilar meluncurkan buku yang bercerita tentang perjuangannya sebagai yatim hingga menjadi jenderal bintang satu.

Editor: Adi Sasono
DOK PRIBADI NUGRAHA GUMILAR
Brigjen TNI Nugraha Gumilar saat bedah buku “Anak Yatim Jadi Jenderal: Tragedi Pesawat Nurtanio”, Sabtu (24/6/2023). 

Pertolongan Tuhan melalui tangan orang di sekitar Gumilar kembali terjadi saat ia lulus SMA. Sadar kemampuan finansial keluarga, Gumilar berusaha mencari pendidikan lanjut yang tidak memungut biaya alias gratis.

Mulai dari Akmil, Ilmu Gizi, Ilmu Pelayaran, hingga keperawatan. Pilihan jatuh ke Akmil. Mengetahui anak bungsunya itu mendaftar ke Akmil, sang ibu memberikan secarik kertas yang isinya berpesan agar Gumilar menemui seseorang di Kantor Komando Pemeliharaan Materiil Angkatan Udara (Koharmatau) di Husein Satranegara. Ia adalah Marsekal Pertama TNI Soemarno PS, Wakil Komandan Koharmatau saat itu yang ternyata adalah mantan komandan mendiang ayahnya, Nazar Gumbira.

Singkat cerita setelah ia menghadap dan mendapat pesan untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin menghadapi test, Gumilar lolos menjadi tentara.

“Itu yang terjadi saya bisa masuk tentara bukan karena hebat tapi karena Tuhan bekerja melalui orang lain. Pemahaman saya begini misalnya kita punya anak buah kinerjanya jelek banget terus dia kesulitan minta tolong, kita tentu males kan mau menolong. Nah, kalau bapak saya kerjanya jelek gak mungkin kan saya dibantu. Itu kesimpulan saya. Coba kalau bapak saya korupsi, orangnya begajulan, dan hal jelek lainnya Komandan itu tentu bilang ah ini anak pasti kayak bapaknya,” jelas Gumilar seraya tertawa.

Lebih jauh Brigjen TNI Gumilar mengungkapkan bahwa sukses juga berarti berani menolak suap dan tidak pernah punya utang.

Menurut dia, sang ayah Nazar Gumbira merupakan orang jujur. Ia bekerja di industri pesawat bagian sparepart. Nazar memiliki prinsip sparepart itu harus nomor satu, karena menyangkut keselamatan penerbangan.

“Kalau ada yang menawarkan sparepart pesawat no 2 sambil ngasih uang beliau gak mau. Soal ini bapak saya tegas,” ucap Gumilar.

Ia lantas bercerita di saat sang ayahnya tidak ada di rumah, ibunya menerima tamu yang memberikan sesuatu barang plus amplop berisi uang. “Begitu tau bapak saya marah besar. Beliau bilang kepada ibu saya: ‘kalau kamu makan uang ini anak-anak kelak hidupnya bakal susah’.

Kisah itu sangat berkesan kepada saya dan saya jadikan pegangan hidup. Tidak terima suap dan juga jangan pernah punya utang. Itu yang sangat saya kenang dari bapak saya,” cerita Gumilar.

Bukan sekadar basa-basi, Gumilar mengaku sama sekali belum pernah berutang sepanjang perjalanan hidupnya.

Lantas bagaimana dengan kebutuhan mendadak atau darurat? Untuk ini ia punya kiat. “Kalau butuh duit saya bisa jual apa yang saya punya untuk memnuhi kebutuhan hidup. Misalnya mobil bisa saya jual terus beli yang lebih murah, selisih uang itulah untuk memenuhi kebutuhan hidup,” aku Gumilar.

“Sampai sekarang seperak pun saya gak pernah punya utang,” sambung dia.

Tertempa hidup yang keras sejak kecil membuat Brigjen TNI Nugraha Gumilar lebih memilih menjalani hidup sederhana meski saat ini berkecukupan. Mapan secara karir dan ekonomi, menyandang bintang satu dan gelar S3.

“Saat tentara pangkat letnan, ketika ekonomi sulit saya bisa makan cuma nasi dan telor ceplok pakai kecap dan bawang merah. Saya pikir makan mewah atau sederhana yang keluar di belakang kan sama juga kotornya. Bau juga kenapa harus makan enak?” katanya tertawa.

Di samping kejujuran, bekerja keras, tidak mempunyai utang juga ia ajarkan kepada anak-anaknya. “Mungkin karena saya tidak berbisnis ya, jadi tidak perlu berutang. Kalau pebisnis mungkin harus utang untuk modal usaha,” ujarnya.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved