Bocah SD Tewas Dikeroyok Kakak Kelas

Autopsi Jenazah Bocah SD yang Diduga Dikeroyok di Sukabumi, Forensik Temukan Luka Dalam Mencurigakan

Dokter Forensik RSUD Syamsudin SH mengambil 10 sampel saat autopsi jenazah MHD (9), yang meninggal diduga dikeroyok.

Penulis: Dian Herdiansyah | Editor: Darajat Arianto
TRIBUNJABAR.ID/DIAN HERDIANSYAH
Nurul Aida Fathia, dr Forensik RSUD Syamsudin SH Kota Sukabumi. Pihaknya mengambil 10 sampel saat autopsi jenazah MHD (9), bocah SD yang meninggal diduga dikeroyok. 

Laporan Kontributor Tribunjabar.id, Dian Herdiansyah

TRIBUNJABAR.ID, SUKABUMI - Dokter Forensik RSUD Syamsudin SH mengambil 10 sampel saat autopsi jenazah MHD (9), yang meninggal diduga dikeroyok.

dr Nurul Aida Fathia, mengatakan, dari autopsi pemeriksaan jenazah terdapat luka dalam yang dianggap mencurigakan.

Sampel yang diambil oleh forensik, untuk memastikan adanya luka dalam dialami MHD sehingga korban meninggal dunia.

"Perbedaan warna yang saya temukan di laboratorium nanti, apakah benar memar atau bukan. Jadi kami pastikan dulu warna yang berbeda itu bukan karena pembusukan apakah itu memar atau bukan," ucapnya.

Saat disinggung luka dalam yang ducurigai apakah dari luka kekerasan, Aida belum bisa memastikannya karena perlu pemeriksaan laboratorium.

Baca juga: Kuasa Hukum Sebut Alasan Ekshumasi Karena Kematian Bocah SD di Sukabumi Dinilai Tak Wajar

"Kalau itu belum tau, kalau misalnya dari hasil laboratorium dikatakan bahwa itu adalah tanda perlukaan kemungkinan akibat kekerasan tumpul," ucapnya.

Dia mengatakan, apabila hasil laboratorium menyatakan itu sebagai tanda perlukaan maka dapat dipastikan penyebabnya dari kekerasan benda tumpul.

Polisi melakukan ekshumasi jenazah MHD, Rabu (31/5/2023). MHD adalah bocah kelas II SD di Sukabumi yang meninggal diduga dianiaya kakak kelasnya.
Polisi melakukan ekshumasi jenazah MHD, Rabu (31/5/2023). MHD adalah bocah kelas II SD di Sukabumi yang meninggal diduga dianiaya kakak kelasnya. (Tribun Jabar/ Dian Herdiansyah)

"Itu kan pasti akibat kekerasan tumpul. Mau dihantam, bergesek atau apa kita nggak tahu karena itu kan proses," jelasnya.

Rencananya 10 sampel tersebut, akan diperiksa di laboratorium yang ada di Bandung dan hasilnya baru bisa diketahui dalam kurun waktu dua minggu mendatang.

“Sampelnya dari mulai kulit yang kita curigai perlukaan, kemudian organ-organ dalam. Nanti kita konfirmasi (patah tulang rahang dan pecah pembuluh darah di kepala) karena kalau tadi pembuluh darah yang pecah di kepala kita ambil jaringan otaknya, kemudian tadi yang di rahang kita ambil otot rahangnya," jelasnya.

Kapolsek Sukaraja, Kompol Dedi Suryadi menjelaskan, ekshumasi ini dilakukan untuk mengungkap perkara dugaan penganiayaan yang menewaskan seorang bocah.

"Ini langkah yang berikutnya atas permintaan pihak keluarga, awalnya keluarga menolak untuk dilakukan autopsi dan laporan ternyata sekarang membuat laporan juga serta dilaksanakan sesuai permohonannya untuk autopsi," jelasnya.

Baca juga: Viral, Kisah Amel Bocah 12 Tahun di Majalengka, Pingsan di SD, Pilu Urus Kakek dan Adik, Ortu Cerai

Untuk memastikan hasil dari ekshumasi tersebut, pihaknya menunggu hasil pemeriksaan labolatorium.

"Selanjutnya menunggu hasil beberapa minggu, nanti dokter forensik yang memberikan hasil lebih jelasnya," ucap Dedi. (*)

Silakan baca berita terbaru Tribunjabar.id, klik GoogleNews

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved