WAWANCARA EKSKLUSIF Sandiaga Uno: Pak Prabowo Mentor, Pak Anies Sahabat, Mas Ganjar Mitra Kerja
MENTERI Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, mengaku mengenal dekat sosok Ganjar Pranowo, bakal calon presiden yang diusung PDIP.
MENTERI Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, mengaku mengenal dekat sosok Ganjar Pranowo, bakal calon presiden yang diusung PDI Perjuangan.
Tak cuma dekat, Sandi juga mengaku memiliki chemistry dengan Ganjar karena sama-sama pernah menjadi pemimpin daerah.
Ia juga menyinggung kemungkinannya berpasangan dengan Ganjar pada Pilpres 2024 nanti.
Berikut ini lanjutan petikan wawancara Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra dengan Sandiaga Uno, belum lama ini.
Kini sudah ada tiga kandidat capres, Pak Anies, Pak Prabowo, dan Mas Ganjar. Bagaimana Pak Sandi mengomentari tiga orang ini dalam satu kata?
Pak Prabowo mentor, Pak Anies sahabat, Mas Ganjar mitra kerja.
Pak Sandi kenal dekat tidak dengan Mas Ganjar. Seberapa besar chemistry-nya?
Saya dekat sekali. Kalau saya melihat dari interaksi bersama Pak Ganjar di tengah masyarakat, baik itu bertemu UMKM dan desa wisata, ya chemistry-nya sangat dapet.
Kita bersahabat, sama-sama suka lari jarak jauh.
Ada lomba-lomba maraton, sepedaan juga suka bareng.
Kita punya kesamaan hobi, beliau juga pernah menjadi pejabat pimpinan daerah.
Beliau gubernur sementara saya wakil gubernur. Tapi tentunya kan keputusan ada di pimpinan partai politik.
Jadi kalau chemistry, ya.
Saya merasa mudah-mudahan Pak Ganjar merasa yang sama sangat nyaman.
Itu kan kalau dalam hal pekerjaan, sedangkan kalau urusan politik ,itu ranahnya pemimpin dari parpol.
Baca juga: Wawancara Eksklusif Sandiaga Uno, Soal Cawapres dan Hubungannya dengan Prabowo saat Ini
Orang saat ini didera ketakutan polarisasi politik 2019 kembali terjadi 2024. Ada keterbelahan di situ, ada politik identitas, komentar Pak Sandi bagaimana?
Sebagai alumni pilkada 2017 dan pilpres 2019, saya punya pengalaman dan saya punya banyak catatan.
Apa yang kita lakukan di 2019 dengan membentuk unity government atau Kabinet Indonesia Maju yang merupakan gabungan dua rival pemilu adalah sebuah kemajuan.
Ini sebuah inovasi karena negara-negara lain sangat kagum dan juga terkejut di Indonesia bisa terjadi.
Tapi bangsa Indonesia ini sebetulnya guyub, rukun, gotong royong, serta nilai-nilai lurug bangsa kita bhinneka tunggal ika.
Saya juga pengalaman di 2019 untuk membangun kebersamaan itu.
Saya meyakini jika kita mengawal narasi dengan penuh kedisiplinan dan hati-hati sekali tidak menyentuh isu yang berpotensi polarisasi politik maka kita bisa mendorong keberlanjutan.
Jadi bukan perubahan dari arah pembangunan kita. Tapi melanjutkan dan juga mempercepat. Kalau ada masukan kita koreksi bersama sehingga tidak winner takes all.
Saya sangat optimistis 2024 kita akan bisa menoreh sejarah.
Baca juga: Sandiaga Uno Disebut Calon Terkuat Pendamping Ganjar Pranowo, Megawati Bilang Ada 10 Nama
Model unity government ini menurut Pak Sandi harus dilanjutkan ya di 2024?
Bertarung untuk bersanding, berkompetisi untuk berkolaborasi, berkontestasi tapi pada saatnya kita bermitra.
Seberapa mahal kontestasi pilpres di Indonesia menurut pengalaman Pak Sandi?
Mahal banget. Itu sudah banyak dikupas, semuanya tercatat.
Karena waktu saya maju jadi calon wakil presiden, saya sudah jadi wakil gubernur, sehingga harta kekayaan saya tercatat di LHKPN.
Saya tercatat jumlah dana yang saya cairkan dan saya setorkan kepada tim Badan Pemenangan Nasional (BPN).
Itu jumlahnya, silakan teman-teman Tribun lebih hebat.
Tapi mahal sekali karena kenapa? Kampanyenya panjang sekali, 8,5 bulan, sudah gitu kegiatannya sangat beragam.
Nah sekarang kampanyenya jauh lebih singkat hanya 60-an hari.
Jadi ini sudah satu inovasi lagi. Kita berharap politik kita tidak semahal tahun 2019.
Baca juga: Kata Ganjar Pranowo setelah Diwacanakan Duet dengan Sandiaga Uno di Pilpres 2024
Kalau memang politik Indonesia ini mahal betul, lalu kemudian orang mulai berdebat mengenai sistem Pemilu yang lebih murah proporsional tertutup. Kata Pak Sandi sebagai politisi, mana yang baik?
Pandangan pribadi saya dua pemikiran ini ada justifikasinya.
Pertama, partai itu dalam melakukan kaderisasi dia harus mencari tokoh-tokoh terbaik.
Perhitungannya bukan hanya populer tapi bagaimana dia bisa berkontribusi bagi bangsa dan negara.
Sementara masyarakat ini juga ingin memilih calon berdasarkan hati nuraninya.
Jadi misalnya dia ingin memilih Pak Febby tapi posisi Pak Febby ada di nomor 5 di dalam partai A.
Kalau proporsional terbuka dia bisa memilih karena ada mekanisme untuk memilih langsung.
Tapi ini ditiadakan dengan proporsional tertutup.
Saya melihat ini ada plus dan minusnya tapi saya yakin jika keputusannya akan tertutup maka partai harus berbenah, kalau tidak akan ditinggalkan oleh masyarakat.
Party identity ini paling rendah kita, di Indonesia itu di bawah 50 persen.
Banyak sekali yang tidak merasa bagian dari partai. Kenapa? Salah satunya itu tugas dari parpol untuk membangun identifikasinya kepada masyarakat.
Sehingga masyarakat Indonesia merasa terwadahi oleh kehadiran partai politik.
Jadi kesimpulannya Pak Sandi pilih mana?
Saya kan tidak memilih karena yang berhak menentukan itu yang mulai di Mahkamah Konstitusi, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Komite Pemilihan Umum.
Tapi apapun yang dipilih jangan kita jangan sampai terpecah belah.
Kalau tertutup, partai harus berbenah. Misalnya terbuka ya kandidat yang harus berbenah bahwa dia harus berkontribusi kepada bangsa dan negara.
Dia harus menunjukkan bahwa dia laik serta ada loyalitas kepada partai.
Saya berbicara loyalitas ini dituduh kutu loncat, padahal saya ini justru sangat menyadari kanalisasi perjuangan ini melalui partai politik.
Di saat parpol sudah memiliki pemikiran tersendiri dan saya ada tugas lain, nah saya justru harus pamit dari parpol tersebut.
Parpol yang saya tinggalkan ini kuat.
Mungkin salah satu yang terkuat di pemilu ke depan, punya sosok Pak Prabowo yang fenomenal dan saya perjuangkan selama ini untuk menjadi presiden.
Baca juga: Sandiaga Uno Paling Berpeluang Jadi Cawapres Ganjar Pranowo Jika Prabowo Menolak, kata Pengamat
Nama Pak Sandi muncul dan beri pengantar di Musra, termasuk disebut sebagai cawapres rangking atas. Apa komentar hal itu? Karena indikatornya banyak ini membahagiakan atau dinamika politik?
Pertama saya harus apresiasi Musra, pertama kali terjadi, biasanya nominasi atau pencalonan dari seseorang capres atau cawapres itu murni dilakukan melalui proses pembentukan koalisi dan komunikasi politik antara pimpinan dan gabungan pimpinan partai politik menggunakan alat ukur survei, dan alat ukur berbagai macam.
Musra menurut saya suatu ide yang brilian karena memberikan ruang bagi rakyat Indonesia memberikan pendapatnya secara langsung melalui fasilitas musra ini dan berkeliling ke seluruh Indonesia.
Apa yang ditampung itu merupakan harapan dari masyarakat kita Indonesia dan tentunya kita harus mendengar apa yang disuarakan rakyat, dan mudah-mudahan ini menjadi masukan bagi para pengambil keputusan pimpinan parpol atau gabungan parpol yang menentukan nominasi di bulan Oktober 2023. (tribun network/reynas abdila)
Alasan PDIP Absen di Rapat Paripurna DPRD Jabar, Ono Surono Singgung KDM: Tidak Konsisten Juga |
![]() |
---|
Fraksi PDI Perjuangan Kompak, Termasuk Ono Surono Absen Ikuti Rapat Paripurna DPRD Jabar |
![]() |
---|
Ineu Purwadewi Serap Banyak Aspirasi saat Reses, dari Infrastruktur, Irigasi hingga Pendidikan |
![]() |
---|
Megawati Kembali Pimpin PDI Perjuangan, Ineu Purwadewi: Konsisten Perjuangkan Keadilan Sosial |
![]() |
---|
Fenomena Bendera One Piece: Dulu Dipakai Gibran dan Anies Kampanye, Kini Dilarang Pemerintah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.