Kisah Daffa Fasya Sumawijaya, Kiper Timnas U-20 Indonesia, Asal Rancakalong Sumedang

Siapa tak bangga dengan Daffa Fasya Sumawijaya (19). Kiper Timnas U-20 Indonesia ini selalu tangguh menjaga gawang tim besutan Shin Tae-yong

Penulis: Kiki Andriana | Editor: Januar Pribadi Hamel
TRIBUN JABAR/ Kiki Andriana
Daffa Fasya Sumawijaya (19), kiper Timnas Sepakbola RI U-20 saat ditemui TribunJabar.id, di Rancakalong, Sumedang, Minggu (7/5/2023). 

Laporan Kontributor TribunJabar.id Kiki Andriana dari Sumedang

TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Siapa tak bangga dengan Daffa Fasya Sumawijaya (19).

Kiper Timnas U-20 Indonesia ini selalu tangguh menjaga gawang tim besutan Shin Tae-yong ketika bertanding.

Serangan lawan selalu bisa ditepisnya di benteng terakhir itu.

Tetapi ternyata, bagi Daffa, kiper bukan sekedar posisi di lapangan, dia berusaha menjadi "kiper" dunia sepak bola di Rancakalong, Sumedang.

Baca juga: Ulang Tahun Kiper Timnas U-20 Daffa Fasya Dirayakan dengan Peresmian SSB Ranc FC di Sumedang

Ketika usianya genap 19 tahun, Minggu (7/5/2023) dia datang ke Desa Rancakalong, Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang tempat dia lahir dan menghabiskan masa kecilnya dengan bermain sepak bola di samping bersekolah.

Kehadirannya dirayakan dengan peresmian Sekolah Sepakbola (SSB) Ranc FC.

SSB tersebut sebelumnya bernama Putra Kujang, yang pada sekitar tahun 2012, Daffa diasuh pelatih Abanda Suherman di SSB tersebut.

Perhatian Daffa untuk generasi pelanjut sepak bola di Rancakalong sangat terasa dari kata-kata yang diucapkannya.

Kiper Timnas U-20 Indonesia, Daffa Fasya Sumawijaya (tengah) berfoto dengan Bupati Majalengka, Karna Sobahi (kanan), Senin (13/3/2023).
Kiper Timnas U-20 Indonesia, Daffa Fasya Sumawijaya (tengah) berfoto dengan Bupati Majalengka, Karna Sobahi (kanan), Senin (13/3/2023). (Tribun Jabar/Eki Yulianto)

Anak dari pasangan suami istri, yakni Deni Agus Hidayat (51) dan Wiwin Yulianingsih (44) ini mengatakan bahwa adik-adiknya di SSB Ranc FC harus tekun berlatih dan tak meninggalkan sekolah.

"Untuk adik-adik saya, semangat berlatih, yakin pada kemampuan diri dan dukungan orang tua. Jangan tinggalkan sekolah," kata Daffa kepada TribunJabar,id, Minggu.

Ketika pertama kali mengenal sepak bola dan masuk ke SSB Putra Kujang, Daffa mengaku tak bisa apa-apa, tidak bisa menandang bola, dia hanya bisa berlari-lari.

Namun, sepak bola telah menjadi napasnya, seperti juga olahraga itu melekat pada pribadi kakek dan ayahnya. Maka dia tidak minder, dia bersepak bola dengan gembira.

"Saya tak pernah menyangka saat ini bisa bergabung dengan Timnas Indonesia. Saya hanya berlatih, berlatih, dan berlatih," kata Daffa yang saat ini tercatat pula sebagai pemain Borneo FC.

Daffa besar di Rancakalong meski kemudian pindah ke Kabupaten Majalengka, sebab ibunya Wiwin Yulianingsih harus menunaikan tugas mengajar di daerah itu.

"Dulu saya waktu kecil latihan di sini dengan Pak Abanda , beliau sarankan saya jadi kiper sampai sekarang," katanya.

SSB Ranc FC melatih anak-anak usia dini hingga remaja. Kehadiran Daffa di Rancakalong tentu dilihat oleh anak-anak SSB itu.
Pertemuan anak-anak dengan Daffa akan menjadi ingatan positif yang terus memotivasi mereka untuk berprestasi.

"SSB Ranc FC amat membantu untuk berbagi dengan potensi muda," kata Daffa.

Dia kemudian bercerita bagaimana lapangan sepak bola di Desa Rancakalong berkesan baginya.

Di lapangan itu, dia sering bermain sepak bola hingga sore hari, bahkan hingga magrib menjelang.

"Saya mencintai sepak bola. Saya bisa sampai posisi ini berkat kerja keras dan doa orang tua,"

"Saya jadi kiper? PD (percaya diri) saja. Saya ikuti saja saran dari pelatih. Memang enggak langsung jadi kiper, tapi ada tahap-tahap yang saya jalani," katanya. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved