Kisah Pelajar Indonesia Terjebak Perang di Sudan, Evakuasi Lewat Darat Butuh 16 Jam

Pelajar Indonesia di Sudan, kata Nila, tak pernah menyangka pertempuran yang berlangsung pagi itu akan berlangsung selama ini.

Editor: Ravianto
afp
Asap hitam tebal membumbung dari Kota Khartoum, ibu kota Sudan yang sedang dilanda perang saudara, Sabtu (15/4/2023). Perang terjadi antara Angkatan Bersenjata Sudan dengan Rapid Support Force atau RSF 

TRIBUNJABAR.ID, KHARTOUM - WAKIL Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Sudan, Nila Angelina, mengaku tak pernah menyangka perang saudara militer akan kembali pecah di tengah bulan suci Ramadan.

Tak ada peringatan apa-apa. Perang pecah begitu saja, Sabtu (15/4) pagi sekitar pukul 08.30.

NILA adalah satu dari 385 WNI yang tiba di Tanah Air, Jumat (28/4). Mereka diterbangkan dari Jeddah, Kamis (27/4), setelah dievakuasi dari Sudan beberapa hari sebelumnya.

Pelajar Indonesia di Sudan, kata Nila, tak pernah menyangka pertempuran yang berlangsung pagi itu akan berlangsung selama ini.

Mulanya mereka pikir itu hanya berlangsung sebentar. Namun dugaan mereka keliru. Perang justru semakin mencekam. Pasokan listrik dihentikan dan semua toko untuk kebutuhan hidup ditutup.

"Dari hari pertama saja sudah mati listrik dan mati air, jadi otomatis kita mencari area yang bisa mencukupi kebutuhan itu hingga akhirnya KBRI Khartoum memberikan kabar evakuasi," kata Nila saat ditemui di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, beberapa saat setelah tiba di Indonesia.

Kondisi para WNI di Sudan. Pemerintah Indonesia mulai melakukan evakuasi terhadap ratusan WNI di Sudan.
Kondisi para WNI di Sudan. Pemerintah Indonesia mulai melakukan evakuasi terhadap ratusan WNI di Sudan. (Kemlu RI)

Evakuasi ternyata juga bukan sesuatu yang mudah. Dari Khartoum mereka harus menempuh jalur darat selama 16 jam menuju Kota Port Sudan. Dari sana dilanjutkan melalui jalur laut selama 20 jam menuju Jeddah.

"Jalur darat itu normalnya 12 jam. Tetapi karena kita cari jalan yang aman bahkan ada yang sampai 20 jam," ungkapnya.

Nila mengatakan perang militer telah membuat infrastruktur di Sudan hancur, termasuk sebagian kampus International University of Africa (IUA) yang terhantam rudal. Beruntung pelajar Indonesia yang tinggal di asrama selamat.

Nila berharap dapat kembali ke Sudan untuk menyelesaikan pendidikannya. Sebagai mahasiswi semester akhir, ia ingin ada kepastian agar studinya dapat dilanjutkan melalui jalur online.

"Kami ingin konflik ini segera berakhir dan kampus kembali normal. Saya meyakini kampus akan mengupayakan daring," ujar perempuan asal Pagar Alam Palembang itu.

Suara Tembakan

Mencekamnya suasana di Sudan juga diungkapkan Lutfiana, mahasiswi semester tujuh International University of Africa yang juga ikut dievakuasi. Wanita asal Semarang Jawa Tengah ini bahkan masih tidak percaya situasi perang bisa terjadi.

"Kami tinggal di asrama yang di mana di situ dekat dengan pusat militer dan penuh suara tembakan setiap harinya, penjarahan juga mulai terjadi setiap hari," tutur Lutfiana.

Ia bersyukur KBRI Khartoum segera mengevakuasi karena logistik makanan sudah terbatas. Selama bertahan di asrama, ujarnya, mereka hanya mengonsumsi nasi dan mi instan.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved