Warga Sukabumi Jadi Korban Dukun
Mbah Slamet sampai Tak Ingat Siapa Saja yang Dibunuhnya, Identitas Para Korban Belum Diketahui
Hingga kemarin, sudah 12 jenazah yang ditemukan. Hampir semuanya tinggal tulang belulang.
TRIBUNJABAR.ID, BANJARNEGARA - Korban pembunuhan berantai Mbah Slamet Tohari, dukun pengganda uang di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, kembali bertambah.
Hingga kemarin, sudah 12 jenazah yang ditemukan. Hampir semuanya tinggal tulang belulang. Makamnya dangkal, tak lebih dari satu meteran.
Kabid Humas Polda Jawa Tengah, Kombes Iqbal Alqudusy, mengatakan jasad para korban sudah terpendam selama lebih dari enam bulan.
Sebagian besar belum diketahui identitasnya. Polisi masih bekerja menemukan detail semua korban lewat tim Disaster Victim Identification (DVI).
"Ada yang tinggal tengkorak saja," ujarnya, Selasa (4/4).
Mbah Slamet diduga mulai membunuh korbannya sejak 2020.

Mbah Slamet mengaku tak ingat siapa saja yang telah dibunuhnya.
Terlebih para korban kebanyakan bukan warga Banjarnegara.
"Makanya di sini kami juga ada kendala melakukan identifikasi korban," kata Kapolres Banjarnegara, AKBP Hendri Yulianto.
Baca juga: Mbah Slamet Ternyata Punya Masa Lalu Kelam sebelum Beraksi Jadi Dukun Pengganda Uang
Mbah Slamet dalam menjalankan aksinya dengan cara mengiming-imingi para korbannya dengan keuntungan besar bila menggandakan uang di tempatnya.
Misalnya, jika korban menyetor uang Rp 40 juta hingga Rp 70 juta, maka mereka dijanjikan uangnya akan digandakan menjadi Rp 5 miliar.
Namun, bukannya menepati janji, para korban malah dibunuh secara keji dengan dikubur di satu liang lahat di area perkebunan di Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara.
Selain Mbah Slamet, polisi juga telah menangkap satu tersangka lain, yakni BS, yang berperan sebagai perantara pemasaran alias marketing.
Dalam aksinya, BS menawarkan jasa penggandaan uang lewat media sosial seperti Facebook.
"Barusan kami tangkap satu tersangka BS. Perannya sebagai marketing atau perantara. Kerjanya dia menawarkan jasa lewat sosmed. Ada Facebook dan lainnya. Jadi ada korban yang tahu soal Mbah Slamet dari BS ini," jelas Hendri.
Kasus pembunuhan yang dilakukan Mbah Slamet terungkap menyusul laporan keluarga Paryanto (53), warga Sukabumi.
Paryanto dikabarkan hilang setelah berangkat ke Banjarnegara untuk menemui Slamet, Kamis, 23 Maret lalu.
Polisi yang segera melakukan penyelidikan kemudian mengetahui bahwa Paryanto ternyata telah dibunuh oleh Mbah Slamet pada 24 Maret.
Seperti para korban Mbah Slamet lainnya, Paryanto juga dikubur di lahan perkebunan di Desa Balun, Kecamatan Wanayasa.
Dibantu sejumlah relawan, polisi kemudian melakukan pencarian terhadap para korban. Polisi melakukan penggalian sejak Senin (3/4) siang.
Dalam proses penggalian itu, Mbah Slamet berperan menunjukkan lokasi penguburan jenazah.
Lokasi penggalian berada di lereng bukit yang ditanami singkong dan pohon puspa.
Untuk mencapai lokasi penguburan, polisi dan para relawan harus menempuh jalan berlumpur dan berjalan kaki sejauh 100 meter dari jalan raya Kalibening Wanayasa.
Namun hasilnya tak sia-sia. Pada saat penggalian, polisi kemudian menemukan tulang belulang dan jenazah yang masih utuh tapi sudah mulai membusuk.
Pada setiap titik atau lubang, setidaknya terdapat dua hingga tiga jenazah yang dikubur di kedalaman 80 sentimeter hingga 1 meter.
Kirim Pesan
Kapolres Banjarnegara, AKBP Hendri Yulianto, mengatakan gelagat bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi sepertinya sudah dirasakan Puryanto sebelum berangkat ke Banjarnegara untuk bertemu Mbah Slamet untuk kedua kalinya.
Hal itu tersirat dari pesan singkat yang dikirim Puryanto kepada anaknya melalui aplikasi WhatsApp.
Selain mengirimkan pesan singkat, Puryanto juga mengirimkan lokasi terakhirnya saat ia bersama Mbah Slamet. Korban mengirimkan pesannya, Rabu (23/3), sehari sebelum ia dibunuh.
"Isinya, 'takut ayah mati, ini share loc Pak Slamet',” ujar Hendri menirukan isi pesan Puryanto kepada anaknya. "Ini di rumah Slamet. Btw jaga-jaga kalau umur ayah pendek,” tulis Purwanto dalam pesan WhatsApp lainnya yang ia kirimkan kepada anaknya.
Puryanto berpesan agar keluarganya segera mencari dirinya ke rumah Slamet bersama polisi jika ia tak juga kembali hingga Minggu.
Puryanto berangkat sendirian ke Banjarnegara untuk menagih janji Mbah Slamet. Korban berangkat tanggal 20 Maret dengan mengendarai mobil Wuling warna hitam dengan nomor polisi D-1277-SAT.
Dimakamkan
Kemarin, jasad Paryanto sudah kembali dimakamkan keluarganya di tempat permakaman umum (TPU) Kebonjati, Desa Karangtengah Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi.
Pemakaman berlangsung sekitar pukul 08.00 WIB, tak lama setelah jenazah tiba dari Banjarnegara usai diotopsi.
Kuasa hukum keluarga Paryanto, Heri Purnama Tanjung, mengatakan hingga Minggu 26 Maret lalu, keluarga masih melakukan pencarian ke tempat-tempat yang diperkirakan akan dikunjungi korban.
"Setelah lama kami lakukan pencarian tidak mendapatkan kabar, kami pun akhirnya lapor polisi," ujar Heri, kemarin.
Pihak keluarga mendapatkan kabar kematian korban dari polisi, Minggu (2/4).
"Lalu kita ke sana, kondisinya memang sudah meninggal dunia. Namun kondisinya masih utuh," ujarnya.
Usai diotopsi, jenazah langsung dibawa Sukabumi.
"Tadi pagi sudah dimakamkan. Kita harapannya pelaku dihukum seberat-beratnya," ujar Heri.(tribun network/dian herdiansyah/put/dod)
SOSOK Kuwat Santoso Korban Kesembilan Mbah Slamet yang Sudah Teridentifikasi, Tukang Bikin Sumur |
![]() |
---|
UPDATE Korban Mbah Slamet Dukun Pengganda Uang dari Banjarnegara, Teridentifikasi Lagi 1 Korban |
![]() |
---|
Update Kasus Mbah Slamet Dukun Pengganda Uang, Ada 28 Laporan Orang Hilang ke Posko Ante Mortem |
![]() |
---|
Korban Selamat Sebut Sosok Utama yang Bikin Mbah Slamet Sukses Gaet Klien Penggandaan Uang |
![]() |
---|
Update Kasus Mbah Slamet Banjarnegara, 2 Korban asal Magelang Sudah Dimakamkan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.