Cerita di Balik Penamaan Obrog-obrog di Majalengka, Tradisi Membangunkan Sahur di Bulan Ramadan

Bulan Suci Ramadan kerap diisi dengan tradisi sekelompok orang yang membangunkan sahur keliling kompleks yang sudah berlangsung secara turun-temurun.

Penulis: Eki Yulianto | Editor: Darajat Arianto
TRIBUNCIREBON.COM/EKI YULIANTO
Kegiatan obrog-obrog yang dilakukan sekelompok remaja di Desa Jatisura, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Rabu (5/4/2023). Obrog-obrog, merupakan kegiatan bermusik yang dilakukan sekelompok orang dengan tujuan membangunkan warga untuk sahur di bulan suci Ramadan. 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto

TRIBUNJABAR.ID, MAJALENGKA - Bulan Suci Ramadan kerap diisi dengan tradisi sekelompok orang yang membangunkan sahur keliling kompleks.

Kegiatan itu sudah berlangsung secara turun-temurun.

Aksi membangunkan sahur juga disebut berbeda di setiap daerah.

Di Majalengka, kegiatan membangunkan sahur tersebut dikenal dengan istilah obrog-obrog.

Aktivitas obrog-obrog biasa digelar setiap harinya dari pukul 02.00-03.30 WIB.

Cara membangunkan sahurnya pun kerap dilakukan secara heboh.

Jika dulunya hanya menggunakan alat seadanya, di era modern obrog-obrog bak grup musik yang konser dengan berkeliling.

Ketua Group Majalengka Baheula (Grumala) sekaligus Pegiat Sejarah, Nana Rohmana mengungkapkan sejarah obrog-obrog hingga kini jadi tradisi.

Baca juga: Tradisi Bangunkan Sahur di Indramayu, Polisi Pun Ikut Obrog-obrog Bersama Pemuda, Keliling Kampung

Pria yang kerap disapa Naro itu menceritakan, obrog-obrog mulai menjadi tradisi membangunkan sahur warga Majalengka sekitar tahun 90-an.

Namun sebelum tahun 90-an, nama membangun sahur di Majalengka belum disebut obrog-obrog.

"Kira-kira tahun 90-an (obrog-obrog mulai jadi tradisi di Majalengka). Sebelumnya mah saya pas masih muda sekitar tahun 70 sampai 80-an sebutannya itu ngahelar atau ngelar," ujar Naro saat berbincang dengan Tribun, Rabu (5/4/2023).

"Sebutan obrog-obrog itu populernya di Cirebon dan Indramayu sebenarnya," katanya.

Nama obrog-obrog sendiri tercipta dari suara alat musik tradisional zaman dulu, yakni Rebana dan Gembyung.

Bunyi yang dihasilkan dari alat musik tersebut kemudian melekat kuat dibenak masyarakat sehingga sekelompok orang yang membangunkan sahur di Majalengka disebut obrog-obrog.

Halaman
12
Sumber: Tribun Cirebon
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved