Terkait Bus Antimacet BRT di Bandung Raya, Organda Mengaku Tak Pernah Diajak Bicara

Neneng mengatakan, Organda adalah satu-satunya organisasi angkutan yang diakui Pemerintah. 

Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Ravianto
istimewa
Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Bandung, mengaku belum pernah diajak bicara terkait rencana Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat, mengoperasikan Bus Rapid Transit (BRT) seperti TransJakarta di Bandung Raya mulai 2025 nanti. 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Bandung, mengaku belum pernah diajak bicara terkait rencana Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat, mengoperasikan Bus Rapid Transit (BRT) seperti TransJakarta di Bandung Raya mulai 2025 nanti.

Ketua Organda Kota Bandung, Neneng Dzuraidah, mengaku sudah mendengar rencana BRT Bandung Raya itu sejak lama.

“Itu dari rencana dua tahun lalu,” ujar Neneng, saat dihubungi melalui sambungan telepon, Selasa (7/3).

Neneng mengatakan, pada prinsipnya Organda mendukung rencana pemerintah ini asal dilibatkan.

Sebab, ujarnya, saat ini Organda di Kota Bandung membawahi tiga koperasi yakni Kobanter, Kobutri, dan Kopamas yang terdiri dari 5.521 izin angkutan kota serta 27 jalur angkutan kota. 

“Setuju saja, tapi tolong diperhatikan angkutan yang sudah ada, yang merintis jalur-jalur itu mau seperti apa? Kalau benar program Pemerintah akan benar berjalan, mungkin pengusaha juga tidak dirugikan,” ujar Neneng.

Neneng mengatakan, Organda adalah satu-satunya organisasi angkutan yang diakui Pemerintah. 

"Jadi, mau bagaimana pun angkot, bilamana angkutan massal sudah datang, tolong diperhatikan,” ujarnya.

Sebelumnya, Analis Angkutan Darat Dishub Jabar, Teviani Wulansari mengatakan, kebutuhan akan transportasi massal di kawasan Bandung Raya sudah sangat mendesak.

Salah satunya untuk mengurai kemacetan lalu lintas di berbagai jalur utama aglomerasi Bandung Raya.

Seperti halnya TransJakarta, Teviani, BRT  akan menggunakan jalur khusus atau dedicated street. Dengan demikian, pengoperasiannya tidak terkendala kemacetan lalu lintas sehingga masyarakat tertarik untuk pindah dari penggunaan kendaraan pribadi ke kendaraan umum.

Untuk trayeknya, "bus antimacet" ini akan meluncur dari perbatasan Cimahi-Bandung atau sekitar Elang menuju ke Terminal Cicaheum. Namun, selain itu, ada juga beberapa kawasan yang dilalui seperti Ciroyom, Asia Afrika, Ahmad Yani, hingga terakhir di Cicaheum.

"Untuk jalur yang kecil tidak akan pakai pembatas yang ditanam. Nanti ada skemanya sendiri," ujar Teviani. Secara keseluruhan terdapat 17 rute yang nanti akan dilayani BRT

Selain membuat jalan sendiri, BRT akan menyediakan halte khusus. Untuk Seksi 1 dari Cimahi menuju Cicaheum ada 30 halte yang disiapkan. Dalam rangka pengurangan emisi karbon, BRT Bandung Raya pun bakal memaksimalkan penggunaan bus listrik. Dari total seluruh bus yang dipakai rencananya 50 persen memakai bus listrik dan sisanya bus diesel. Namun, jika tidak mencapai presentase tersebut, maka minimal 30 persen bus BRT nantinya memakai tenaga listrik.

"Jadi masih kita persiapkan berapa banyak yang memakai bus listriknya. Tapi skema itu sudah diperhitungkan oleh Dishub Jabar. Karena memang mahal ya kendaraan listrik ini sehingga butuh perencanaan penganggaran yang matang juga," ujarnya.

(nazmi abdurahman/muhamad syarif abdussalam)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved