Terminal Leuwipanjang Mulai Seperti Terminal Hantu, Bus Lebih Suka Ambil Penumpang di Gerbang Tol

Pakar Transportasi mengatakan, tanda-tanda "terminal hantu" juga mulai terlihat di Terminal Tipe A Leuwipanjang, Kota Bandung.

|
Tribun Jabar/Muhamad Nandri Prilatama
Terminal Leuwipanjang Kota Bandung. Ribuan orang masuk Bandung melalui Terminal Leuwipanjang pada masa libur Natal dan tahun baru kali ini. 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Terminal yang sepi mirip "terminal hantu", ternyata tak hanya terjadi di Terminal Tipe A Indihiang, Kota Tasikmalaya.

Pakar Transportasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Sony Sulaksono, mengatakan tanda-tanda "terminal hantu" juga mulai terlihat di Terminal Tipe A Leuwipanjang, Kota Bandung.

"Sekarang, Terminal Tipe A Leuwipanjang itu kosong karena bus-bus lebih suka mengambil penumpang di mulut Tol Pasirkoja, sementara bus angkutan antarpulau yang mengangkut penumpang ke Sumatra juga lebih suka di pool yang ada di sepanjang jalan Soekarno-Hatta," ujarnya kepada Tribun Jabar saat dihubungi melalui telepon, belum lama ini.

Sony mengatakan, ada sejumlah hal yang membuat terminal-terminal tipe A ini sepi penumpang.

Mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub), sejak 2016, pengelolaan terminal tipe A diserahkan kepada pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Perhubungan.

Baca juga: Sepi Penumpang, Terminal Indihiang Tasikmalaya Akan Dijadikan Terminal Terpadu

Ini berarti asetnya harus diberikan ke Pusat.

"Pusat kemudian yang akan mengelola aset dan segala macamnya," ujar Sony.

Terminal di Indihiang tidak jalan, ujat Sony, karena pengelolaan terminal tersebut tidak ditunjang dengan aksesibilitas yang memudahkan pengelola bus dan penumpangnya.

"Terminal tersebut dikelola Kemenhub, tapi kadang-kadang pemerintah daerah itu tidak terlalu support," katanya.

Sony mencontohkan, akses menuju terminal Indihiang Tasikmalaya itu, tidak ditunjang dengan angkutan umum dari Kota Tasik sampai terminal.

"Masih banyak angkot yang tidak sampai ke situ (terminal), memang alasannya sepi. Jadi, penumpangnya turun di tengah jalan, (penumpang bus) nunggunya di pinggir jalan atau dekat pintu tol, busnya pun tidak mau masuk ke terminal karena penumpangnya ada di situ (pinggir jalan, pintu tol)," ucapnya.

Selama ini, ujar Sony, belum ada integrasi kebijakan antara pemerintah pusat yang mengelola terminal tipe A dengan pemerintah daerah yang menata aksesibilitas untuk terminal tipe A tersebut.
Oleh karena itu, solusinya harus ada kerjasama dengan pemerintah daerah yang mendorong angkot dan perusahaan bus agar masuk ke terminal.

"Jadi, seharusnya dengan dioperasikan terminal tipe A, pemerintah daerah memaksa semua pool berada di terminal. Pool tidak boleh menaikkan dan menurunkan penumpang, harusnya seperti itu biar terminal itu ramai," ucapnya.

Selain itu, harus ada ketegasan dari petugas Dinas Perhubungan dan kepolisian untuk berani menindak bus yang menaikkan dan menurunkan penumpang.

Baca juga: Terminal Indihiang Tasik Selalu Sepi Bagai Terminal Hantu, Akan Diusulkan Jadi Terminal Terpadu

"Tinggal masalah petugas untuk penegakan aturan. Kan, ada Dinas Perhubungan Provinsi dan Dishub Kota/Kabupaten. Bisa bekerja sama dengan polisi untuk menilang bus yang menaikan dan menurunkan penumpang di mulut tol, apalagi di dalam tol," katanya.

Sebelumnya diberitakan, situasi memprihatinkan terjadi di Terminal Tipe A Indihiang.

Sejak dioperasikan 2007 lalu, Terminal Tipe A ini tak pernah ramai. Saking sepinya, terminal ini seperti kompleks yang tak bertuan. Area parkirnya dipenuhi rumput liar dan ilalang. Pos jaganya kusam dan kosong.

Memasuki ruangan depan bangunan, kesan sepi tak berpenghuni juga sangat terasa. Front office sekaligus tempat informasi tak dijaga petugas.

Dua ruang untuk bermain anak-anak juga kosong-melompong meski fasilitasnya terbilang lengkap.

Di ruang tunggu penumpang, deretan kursi juga terlihat kosong. Hanya ada beberapa pegawai loket, yang lebih banyak kongkow karena tak ada penumpang datang membeli tiket.

Sejumlah warga Kota Tasikmalaya mengatakan, terminal ini tak pernah ramai karena lokasinya yang terlalu jauh. Kondisi ini diperparah dengan adanya dua pool bus raksasa Kota Tasikmalaya, PO Budiman dan PO Primajasa, yang tak hanya berfungsi sebagai garasi, tapi juga sebagai "terminal bayangan".

Dengan kondisi seperti itu, warga pun akhirnya memilih naik di pool-pool bus yang lokasinya lebih dekat dan mudah dijangkau angkot maupun ojol.

Akibatnya, para sopir bus AKDP dan bus tiga perempat yang melayani trayek dekat pun menjadi enggan masuk terminal.

Mereka memilih mangkal di luar terminal, karena di situ lah ternyata penumpang menunggu.

(nazmi abdurahman/firman suryaman)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved