Telkom University Ciptakan Alat Deteksi Bencana Alam Banjir Hingga Gempa, Bisa Ketahui Lokasi Korban
Untuk mengantisipasi bencana tersebut, civitas akademik Telkom University, membuat alat pendeteksi bencana yang dinamai PATRIOT-Net yakni Prevention
Penulis: Lutfi Ahmad Mauludin | Editor: Darajat Arianto
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Lutfi Ahmad Mauludin
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG- Indonesia memiliki potensi bencana, mulai dari banjir, longsor, gempa bumi, dan tsunami, dan Jawa Barat juga memiliki potensi bencana itu.
Untuk mengantisipasi bencana tersebut, civitas akademik Telkom University, membuat alat pendeteksi bencana yang dinamai PATRIOT-Net yakni Prevention and Recovery Networks for Indonesia Natural Disasters based on Internet of Things.
Dengan PATRIOT-Net, bisa melakukan antisipasi ketika terjadinya bencana, dan meminimalisasi dampaknya. Sebab alat tersebut bisa mendeteksi sebelum terjadi bencana banjir, longsor, tsunami, dan gempa bumi.
Rektor Telkom University, Adiwijaya, mengungkapkan, PATRIOT- Net ini, alat yang berbasis Internet of Thinks.
"Bisa melakukan pencegahan dan penanggulangan recovery dari adanya bencana, yang sering terjadi di Indonesia," ujar Adiwijaya, di Kampus Telkom University, Selasa (14/2/2022).
Baca juga: Keren! Mahasiswa Universitas Majalengka Ciptakan Alat Deteksi Wajah, Disebut Bisa Cegah Pencurian
Adiwijaya mengatakan, di Indonesia kerap terjadi bencana, maka mesti mengantisipasi itu semua.
"Alhamdulilah hasil riset yang dipimpin oleh Prof Khoirul Anwar, didanai oleh LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) sebesar Rp 4,8 miliar dan sudah bisa dikomersialisasi dan insya Allah sangat bermanfaat, dan akan mendapatkan keberkahan untuk Indonesia," ucapnya.
Lebih rinci ketua peneliti PATRIOT- Net, Eng Khoirul Anwar, menjelaskan, PATRIOT- Net ini alatnya satu, namun perangkatnya ada lima.
"Dari satu sampai empat, itu sensor monitoring bencana seperti, longsor, banjir, gempa, dan tsunami. Jadi 4 yang kita launching sekarang bagian dari early warning system," kata Khoirul.
Khoirul mengatakan, sedangkan yang ke 5 MCLBS (Mobile Cognitive Radio Base Station) alat yang seandainya bencana benar telah terjadi, alat kelima langsung diturunkan.
"Ini memberikan layanan (jaringan internet) 2G, 4G, 5G, dan wifi. Untuk perangkat seluler yang tidak ada, wifi akan kami bantukan juga," kata Khoirul.
Sebab menurutnya, jika terjadi bencana, kerap tak ada jaringan, maka pihaknya membuat alat tersebut.
Tak hanya itu, dipaparkan Khoirul, alat tersebut juga bisa mendeteksi lokasi korban.
"Untuk mengetahui lokasinya sendiri tambah scanning antena, agar bisa mendeteksi dia dimana.Tapi tanpa itu, hanya dengan call dan memberikan lokasi, nanti tim rescue bisa menemukan mereka," katanya.
Baca juga: 98 Bencana Alam Terjadi di Purwakarta Sepanjang 2022, Pergerakan Tanah Mendominasi
Adapun alat tersebut ditempatkan di mobil, terlihat terdapat kotak di bawah dilengkapi dengan lampu, dan terdapat scaning antena yang tingginya sekitar 2 meter.
Khoirul menjelaskan secara ringkas, sensor untuk mendeteksi gempa, pihaknya membuat sensor untuk mendeteksi getaran.
"Langsung kami mengkonversi ke skala liter, tapi kamk juga ikuti dari BMKG untuk gempa," tuturnya.
Khoirul, mengatakan, sedangkan cara kerja sensor untuk tsunami mendeteksi surutnya air laut, pihaknya tidak meletakan di tengah laut karena komunikasi di tengah laut lumayan mahal.
"Telkom bersedia membantu, kalau mau membuat di tengah laut. Tapi kami sekarang, menerapkan di pinggir, untuk mendeteksi tsunami, kami mendeteksi tiba-tiba surutnya air laut," kata Khoirul.
Khoirul mengatakan, untuk longsor mendeteksi dua posisi tanah, jadi setiap detik disampaikan kalau posisinya sama tidak ada longsor.
"Tapi jika ada geser- geser sedikit, itu akan diinformasikan potensi terjadinya longsor," ujarnya.
Baca juga: Ratusan Peristiwa Bencana Alam Terjadi di Cimahi Selama 2022, Banjir Masih Mendominasi
Sedangkan banjir, kata Khoirul, pihaknya mendeteksi dari ketinggian air.
"Kalau melebihi ketinggian (yang telah ditentukan), akan kami berikan warning," kata Khoirul.
Khoirul mengatakan, dari 4 bencana tadi, dinyatakan akan masuk ke aplikasi PATRIOT-Net, sehingga bisa memantaunya lewan ponsel.
"Bisa juga mendeteksi, sensor mana yang rusak, mana yang baik karena ada notifikasinya," ujarnya.
Alat tersebut kata Khoirul, sudah diuji di Kota Padang, dan di Bandung, dipasang di Citarum.
"Sampai sekarang masih ada," katanya.
Ke depan kata Khoirul, pihaknya akan menambah sensor untuk angin puting beliung.
"Di Jabar, berpotensi angin puting beliung, pihaknya akan menambah sensor dan memberi notifikasi juga ke dalam aplikasi," kata dia.
Baca juga: Masya Allah, Korban Gempa Turki ini Tertimpa Reruntuhan sebelum Dievakuasi Minta Hijab Ketimbang Air
Adapun alat tersebut, terlihat berbentuk kotak berwarna hijau loreng seperti warna baju tentara.
Alat itu disimpan di dalam kotak besi. Di atas kotak tersebut terlihat terdapat panel surya karena alat tersebut dapat menggunakan energi matahari, generator, atau listrik. (*)
Silakan baca berita Tribunjabar.id terbaru lainnya, klik GoogleNews
Menelusuri Jalur Sesar Lembang di Bandung Barat, dari Lembang Meluas hingga Padalarang |
![]() |
---|
Daryono Ingatkan Ada Potensi Gempa Kuat di Jawa Barat dari Aktivitas Sesar Citarik |
![]() |
---|
Sosok Atin, Ibu Tunggal Korban Banjir Sukabumi 8 Bulan Nunggu Perbaikan Rumah, Hanya Berakhir Difoto |
![]() |
---|
Tekan Dampak Sesar Lembang, Bupati Bandung Barat Bakal Bahas Pengadaan Alat Deteksi Getaran Gempa |
![]() |
---|
Kisah Haru Atin Terpaksa Mengontrak karena Rumah Rusak Akibat Banjir Besar di Sukabumi Setahun Lalu |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.