Kesehatan

Inilah Bahaya Self Diagnose yang dapat Berpengaruh pada Kesehatan Mental

Self diagnose adalah fenomena ketika seseorang mendiagnosis penyakit yang sedang dialami berdasarkan informasi-informasi yang tidak valid.

Penulis: Magang Tribunjabar | Editor: Hermawan Aksan
freepik.com
Ilustrasi seseorang yang sedang mencari tahu penyakitnya di internet, dan melakukan self diagnose. 

TRIBUNJABAR.ID – Pernahkah kamu merasa lelah, cemas berlebih, atau emosi mudah berubah, kemudian mencari tahu penyakitnya lewat internet?

Lalu menyimpulkan bahwa kamu mengalami bipolar atau gangguan kesehatan mental lainnya, padahal hal tersebut belum tentu benar.

Hal ini kerap terjadi di zaman sekarang, orang-orang memilih mencari tahu sendiri penyakitnya di internet ketimbang konsultasi pada dokter.

Fenomena ini disebut self diagnose.

Istilah ini digunakan ketika seseorang mendiagnosis penyakit yang sedang dialami berdasarkan pengalaman orang lain atau informasi dari internet.

Alih-alih bermanfaat, self diagnose justru dapat membahayakan kesehatan fisik dan berpengaruh pada kesehatan mental.

Menarik kesimpulan sendiri pada kesehatan fisik ataupun kesehatan mental tidak dapat dilakukan hanya berdasarkan informasi-informasi yang didapat dari internet, bahkan dua dokter saja bisa mengeluarkan diagnosis yang berbeda pada gejala yang sama.

Self diagnose dapat berpengaruh pada kesehatan mental dengan menyebabkan kamu mengkhawatirkan hal yang sebenarnya tidak perlu dan menimbulkan kecemasan yang berlebih.

Mengetahui gejala penyakit yang berat atau mendapatkan diagnosis yang salah, seperti tumor atau kanker, akan membebani pikiran dan membuat stres.

Kesadaran otak akan terganggu dengan ketakutan dan gangguan kecemasan yang nantinya akan berujung pada depresi.

Berikut bahaya self diagnose yang harus kamu simak.

Bahaya Self Diagnose

Dilansir dari alodokter.com dan halodoc.com, ada beberapa pengaruh buruk yang mungkin muncuk ketika melakukan self diagnose, antara lain:

1.     Salah Diagnosis

Menetapkan diagnosis tidaklah mudah, kita memerlukan analisis yang menyeruruh dari gejala, riwayat kesehatan, faktor lingkungan, serta temua pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Tidak jarang, dibutuhkan observasi mendalam untuk mengetahui masalah fisik maupun mental seseorang.

Ketika melakukan self diagnose, faktor-faktor di atas yang harus kita ketahui bisa terlewat sehingga akhirnnya kamu menyimpulkan diagnosis yang salah.

Terlebih jika informasi-informasi yang diperoleh berasal dari sumber yang tidak valid atau terpercaya.

2.     Salah Penanganan

Jika diangnosis salah, kemungkinan besar penanganannya akan keliru.

Setelah melakukan self diagnose, seseorang bisa saja membeli obat atau melakukan mengobatan yang diyakini benar, padahal penanganan tersebut salah.

Setiap penyakit memiliki penanganan, obat dan dosis yang berbeda-beda.

3.     Memicu Gangguan Kesehatan yang Lebih Parah

Karena salah diagnosis dan mendapatkan penanganan yang salah, penyakit yang diderita justru bisa lebih parah atau menimbulkan penyakit baru (komplikasi).

Hal ini terjadi karena penanganan atau obat yang dikonsumsi dapat berdampak buruk, apalagi jika terdapat zat atau senyawa yang seharusnya tidak boleh ada di dalam tubuh.

4.     Menyebabkan Komorbiditas

Ketika dua atau lebih sindrom terjadi bersamaan pada orang yang sama, hal ini disebut komorbiditas.

Nah, self diagnose menyebabkan seseorang melewatkan komorbiditas yang ada. Itulah bahaya self-diagnosis terhadap kesehatan mental.

Sebaiknya jangan menjadi dokter bagi diri sendiri dengan melakukan self diagnose. Apabila kamu merasakan suatu gejala yang mengganggu, segera konsultasikan ke pakar atau dokter ahli untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

(MagangTJ/Chyntia Risdayandini)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved