Ridwan Kamil Gabung Golkar

Ridwan Kamil Gabung Golkar, Pengamat Politik Philips J Vermonte: Simbiosis Mutualisme Jelang 2024

Pengamat politik Philips J Vermonte mengatakan, keputusan Ridwan Kamil merupakan langkah strategis dan menguntungkan.

Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Hermawan Aksan
Tribunnews/Fersianus Waku
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto memakaikan jas kuning khas partainya kepada Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil di Kantor DPP Golkar, Jakarta Barat, Rabu (18/1/2023) sore. Pengamat politik Philips J Vermonte mengatakan, keputusan Ridwan Kamil merupakan langkah strategis dan menguntungkan jika dilihat dari latar belakang Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, yang teknoratis. 

Laporan Wartawan TribunJabar.id, Muhamad Syarif Abdussalam

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Langkah politik Ridwan Kamil dalam memutuskan untuk bergabung dengan Partai Golkar dinilai sebagai langkah yang tepat dan strategis bagi kedua belah pihak.

Keduanya akan saling menguntungkan menjelang Pemilu 2024.

Pengamat politik Philips J Vermonte mengatakan, keputusan Ridwan Kamil merupakan langkah strategis dan menguntungkan jika dilihat dari latar belakang Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, yang teknoratis.

"Orang seperti Kang Emil bisa mewarnai bagaimana partai politik melakukan fungsinya. Ada beberapa fungsi, pengawasan, pembuat undang-undang, fungsi perwakilan, dan budgeting. Dari empat itu tiga di antaranya fungsi teknoratis," katanya kepada wartawan, Rabu (18/1/2023).

Baca juga: BREAKING NEWS Ridwan Kamil Resmi Gabung Golkar, Langsung Dipakaikan Jas Kuning dan Dapat KTA

Menurutnya, pengalaman Kang Emil di bidang eksekutif sebagai kepala daerah akan menambah kemampuan Golkar untuk bisa tetap menjadi partai teknokrat sebagaimana awalnya dibentuk oleh Golongan Karya.

"Jadi seperti natural Kang Emil masuk Golkar, sudah waktunya."

"Yang kita inginkan adalah partai politik yang kuat, demokratis dan inovatis."

"Kalau partai tidak diperkuat oleh orang-orang seperti Kang Emil, tujuan itu tidak akan tercapai," katanya.

Di sisi lain, langkah ini juga tepat bagi karier politik Ridwan Kamil.

Philips menilai setelah adanya era otonomi daerah, banyak muncul calon pemimpin nasional dari daerah.

"Jokowi itu anak kandungnya desentralisasi, sebagai presiden buah dari desentralisasi," tuturnya.

Desentralisasi mendorong masyarakat untuk bisa mengevaluasi kepala daerah yang baik atau yang tidak cakap memimpin.

Kepala daerah yang baik akan mendapatkan kepercayaan sekaligus penghargaan dari masyarakat meniti karir kepemimpinan.

"Kang Emil gubernur yang demikian, lahir dari otonomi daerah, terpilih sebagai wali kota, kemudian gubernur."

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved