Wisata Kepulauan Riau
Wisata Sejarah Religi di Pulau Penyengat Kepualan Riau, Ada Masjid Unik yang Dibuat dari Putih Telur
Destinasi wisata yang patut dikunjungi di Kepulauan Riau adalah Pulau Penyengat. Salah satunya, ada masjid unik yang terbuat dari putih telur.
Penulis: Rheina Sukmawati | Editor: Rheina Sukmawati
TRIBUNJABAR.ID - Salah satu destinasi wisata yang patut dikunjungi di Kepulauan Riau adalah Pulau Penyengat.
Pulau Penyengat ini berlokasi di Kota Tanjungpinang, Kepualuan Riau. Sekitar 20 menit menyebrang menggunakan perahu dari dermaga Tanjung Pinang.
Salah satu daya tarik wisata yang dimiliki Pulau Penyengat ini adalah sejarah, karena pulau ini pernah dijadikan pusat pemerintahan oleh Kerajaan Riau, Lingga Johor, dan Pahang.
Termasuk juga sejarah religi karena kerajaan-kerajaan tersebut adalah kerjaan Islam.
Ada beberapa tempat yang bisa dikunjungi untuk mengulik sejarah religi di Pulau Penyengat.
Salah satu yang paling utama yaitu Masjid Raya Sultan Riau Penyengat yang terletak di dekat dermaga.
Bangunan masjid ini memiliki penampakan yang begitu megah dari luar.

Pembangunan Masjid Raya Sultan Riau Penyengat ini juga dilakukan secara gotong royong dari semua elemen masyarakat.
Baik pihak kerajaan maupun rakyat biasa, semua bekerja sama demi mendirikan bangunan ini.
"Jadi dulu itu laki-laki dan perempuan juga ikut membantu untuk pembangunan masjid di sini," terang terang Tetua Adat Pulau Penyengat, Raja Al Hafiz dikutip dari TribunBatam.id, Minggu (8/1/2023).
Pembangunan pertama masjid di Pulau Penyengat yaitu pada tahun 1803.
Namun saat itu bangunannya masih kecil dan berada di tepi laut.
"Tapi dulu Masjidnya masih Kecil dan berada di tepi laut. Namun, dengan perkembangan Pusat Pemerintahan saat ini, masjid dipindahkan dan dibangun pada tahun 1832 hingga saat ini berdiri," tutur Al Hafiz.
Selain itu, Masjid Raya Sultan Riau Penyengat ini memiliki salah satu ciri khas unik.
Keunikan tersebut ialah bahan bangunan masjid yang salah satunya terbuat dari putih telur.
Hal itu lantaran saat masa dibangunnya masjid ini belum ada semen seperti sekarang.
"Tapi dulu Masjidnya masih Kecil dan berada di tepi laut. Namun, dengan perkembangan Pusat Pemerintahan saat ini, Masjid dipindahkan dan dibangun pada tahun 1832 hingga saat ini berdiri," kata Al Hafiz.

Adapun alasan di balik penggunaan putih telur ini menurut Raja Al Hafiz karena Sultan Mahmud, pemimpin Kesultanan Johor-Pahang-Riau Lingga XVI, meminta bantuan kepada seluruh masyarakat di pulau-pulau.
Ia tidak mematok bantuan seperti apa, termasuk pasokan tenaga, bahan makanan, dan sebagainya.
Namun saat itu yang paling banyak diberikan oleh masyarakat adalah telur untuk pasokan makanan pekerja.
"Karena telor itu terlalu banyak, dan tidak habis di makan. Maka pekerjanya hanya memakan Kuning telor saja. Jadi putihnya dibuang," jelas Al Hafiz.
Melihat stok telur yang melimpah, arsitek yang bertugas pada pembangunan masjid itu memberikan ide untuk menggunakan putih telur sebagai campuran perekat pengganti semen.
Dalam prakteknya, putih telur dicampur bersamaan dengan pasir, tanah liat, dan kapur.
Hasilnya pun memuaskan karena bisa menjadi suatu perekat yang amat kuat.
Hingga akhirnya putih telur tersebut digunakan sebagai salah satu bahan material pembangunan Masjid Raya Sultan Riau Penyengat.
“Nah jadi kalau orang Singapura menanyakan kalau dia lihat kita punya pasport dari Pulau Penyengat jika berkunjung ke sana, pasti mereka sebut kita dari Masjid Telor,” ungkapnya.
Selain Masjid Raya, ada pula destinasi wisata lain yang bisa dikunjungi untuk napak tilas sejarah Kerajaan Riau.
Destinasi lainnya yaitu makam-makam para raja, makam Raja Ali Haji, kompleks Instana Kantor, Balai Adat, dan benteng pertahanan di Bukit Kursi.
Menurut Raja Al Hafiz, Balai Adat menjadi salah satu yang kerap dikunjungi oleh para wisatawan.
"Nah untuk Balai Adat ini merupakan salah satu kunjungan wisatawan yang ramai juga dikunjungi, karena di bawah balai adat itu ada sumur tua," ujar Al Hafiz.
Konon sumur tua tersebut merupakan sumur ajaib karena menyimpan air tawar yang bisa diminum langsung.

Sebagai informasi, pemanfaatan bangunan-bangunan bersejarah sebagai destinasi wisata di Pulau Penyengat ini tidak lepas dari upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata Kepri, Raja Hery Mokhrizal, SH, MH menyebutkan, Pulau Penyengat selain wisata religi, banyak sejarah yang ada di sana.
"Apalagi pulau kebanggan masyarakat Tanjungpinang khususnya, juga sudah dinobatkan sebagai cikal bakal lahirnya bahasa Indonesia," ucapnya.
Sebab itu, Gubernur Kepri, Ansar Ahmad sangat fokus dalam melakukan pembenahan agar destinasi wisata tersebut lebih menarik lagi.
"Pak Gubernur sangat menginginkan, pulau penyengat menjadi wisata yang lebih baik lagi. Maka banyak penataan yang akan dilakukan, " ucapnya.
Gubernur Kepri, Ansar Ahmad menyampaikan, bahwa ia sudah meninjau langsung beberapa titik pekerjaan di Pulau Penyengat ini. Menurutnya Pekerjaan sudah selesai dan hasilnya baik.
"Alhamdulillah kemarin saya keliling, pekerjaannya sudah selesai dengan bagus. Saat ini tinggal menyelesaikan revitalisasi masjid. Karena ini tidak gampang urusannya. Catnya saja kita impor dari Jerman, ini rekomendasi dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB). Karpetnya juga kita pesan dari Turki. Mudah-mudahan 2 atau 3 minggu lagi ini selesai" jelasnya.
Pada kesempatan itu, Gubernur Ansar mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Pulau Penyengat atas dukungan dilaksanakannya pekerjaan tersebut.
Ia berharap dengan kondisi yang ada sekarang, masyarakat ikut menjaga kebersihan pulau, minimal mulai dari halaman rumahnya masing-masing.
"Agar tidak kembali semrawut, juga kita harapkan adanya pengawasan, jangan ada lagi yang bangun itu kios-kios yang atapnya sampai ke jalan. Pak Camat dan Bu Lurah bantu awasi ini, saya pun ikut mengawasi" kata Gubernur Ansar.
Gubernur pun mengungkapkan rencananya begitu seluruh Pulau Penyengat selesai proses revitalisasinya. Seperti pembentukan Badan Pengelola dan perekrutan tenaga kebersihan.
"Melalui Badan Pengelola itu nanti kalau ada tamu-tamu datang bisa difasilitasi. KIta juga akan segera merekrut 15 orang tenaga, nanti dikoordinir oleh Dinas PUPP. 12 orang sebagai tenaga kebersihan, dua orang khusus menangani lampu-lampu dan satu orang untuk utusan kebersihan masjid" ungkap Gubernur Kepri.
Sebelumnya, Kepala BPPW Kepri Fasri Bachmid menyampaikan, untuk pekerjaan lanjutan di tahun anggaran 2023, Kementerian PUPR telah mengalokasikan anggaran sebesar lebih kurang Rp 43 miliar.
(Tribunjabar.id/Rheina Sukmawati) (TribunBatam.id/Alfandi Simamora)
Baca berita Tribunjabar.id lainnya di Google News.
42 Jenis Ikan Tersaji di Festival Padang Melang 2024 Anambas, Kadispar Kepri Takjub dan Apresiasi |
![]() |
---|
Lebih Dekat dengan Nongsa Point Marina Batam, Tempat Parkir Yacht Sekaligus Gerbang Wisman ke Kepri |
![]() |
---|
Wisata Kelong Apung Bintan Jaya Pantai Trikora Kepri, Bisa Snorkeling hingga Main Perahu Kano |
![]() |
---|
Aktivitas Wisata di Gurun Pasir Telaga Biru Bintan Kepri, Bisa Naik Buggy hingga ATV Mulai Rp10.000 |
![]() |
---|
Wisata Tangga 1000 Batam Kepri Cocok untuk Berburu Sunset, Bisa Lihat Gedung-gedung Singapura |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.