Air Laut di Jayapura Surut setelah 2 Hari Dihantam Gempa, Muncul Hoaks Tsunami, Ini Penjelasan BMKG

Gempa bumi tektonik dengan kekuatan 5.2 Skala Magnitudo terjadi di Jayapura, Papua pada Selasa (3/1/2023), sekira pukul 21.55 WIT.

Editor: Ravianto
shutterstock
Seismograf yang merekam adanya gempa. Gempa bumi tektonik dengan kekuatan 5.2 Skala Magnitudo terjadi di Jayapura, Papua pada Selasa (3/1/2023), sekira pukul 21.55 WIT. 

TRIBUNJABAR.ID, JAYAPURA - Gempa bumi tektonik dengan kekuatan 5.2 Skala Magnitudo terjadi di Jayapura, Papua pada Selasa (3/1/2023), sekira pukul 21.55 WIT.

Masyarakat kota Jayapura panik dan berlarian keluar bangunan saat terjadi gempa bumi.

Sebelumnya gempa dengan Skala Magnitudo 4,9 juga terjadi di Jayapura, Papua pada Senin (2/1/2023) pukul 03.24 WIT.

Setelah gempa berkekuatan 4,9 SM itu, terjadi banyak gempa susulan yang dirasakan warga Jayapura.

Warga Jayapura merasa panik karena selama dua hari banyak terjadi gempa dan paling besar terjadi pada Selasa malam.

Selain gempa, warga Jayapura juga takut terjadi tsunami karena surutnya air di beberapa tempat.

Gedung DPRD Kabupaten Cianjur di Jalan KH Abdulah bin Nuh yang rusak akibat gempa bumi di Cianjur tengah dilakukan perbaikan, Kamis (22/12/2022).
Gedung DPRD Kabupaten Cianjur di Jalan KH Abdulah bin Nuh yang rusak akibat gempa bumi di Cianjur tengah dilakukan perbaikan, Kamis (22/12/2022). (TRIBUNJABAR.ID/FAUZI NOVIANDI)

Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Dok II Jayapura, Heri Purnomo mengatakan pasang surut air yang terjadi di Jayapura merupakan hal wajar dan bukan pertanda tsunami.

"Berkaitan dengan data pasang surut air laut di Kota Jayapura, sesuai dengan data memang dalam 24 jam normalnya mengalami 2 kali pasang dan 2 kali surut," jelasnya dikutip dari TribunPapua.com.

Ia berharap warga tidak panik karena tsunami terjadi tidak begitu saja namun ada banyak indikatornya.

"Kalau berkaitan dengan gempa atau tsunami yang banyak menjadi pertanyaan, memang dapat diinformasikan tsunami itu tidak terjadi begitu saja atau secara tiba-tiba," terangnya.

Beberapa indikator tersebut yakni, gempa berkekuatan minimal 6,9 magnitudo dan pusat gempa berada di kedalaman laut.

"Kemudian pusat gempa harus terjadi di laut dan kedalaman kurang lebih 10 km, dengan energi besar tersebut baru kemudian berpotensi mengangkat gelombang ke daratan," ungkapnya.

Sementara itu, Kepala BMKG Wilayah V Jayapura, Yustus Rumaikek menyatakan informasi akan terjadi tsunami di Jayapura merupakan informasi yang tidak benar.

Ia menjelaskan belum ada peralatan yang mendeteksi lokasi gempa secara akurat.

“Berdasarkan data dari Stasiun Meteorologi Maritim Jayapura, hasil pengamanan wilayah perairan utara Kota Jayapura pada tanggal 1-2 Januari 2023 terpantau normal,” bebernya pada Selasa (3/1/2023).

Baca juga: Gempa Magnitudo 4,9 di Kota Jayapura, Rumah Sakit, Hotel Hingga Bioskop Alami Kerusakan

Yustus Rumaikek juga menegaskan pasang surut air laut setelah terjadi gempa terpantau normal dan tidak ada perubahan.

Ia berharap masyarakat Jayapura tidak panik dan tidak percaya berita akan adanya tsunami karena berita tersebut tidak ada faktanya.

“Kami imbau kepada warga masyarakat di Kota Jayapura untuk tidak mudah percaya terhadap berita bohong atau informasi yang tidak benar, tetapi selalu memantau informasi resmi dari BMKG Wilayah V Jayapura,” tegasnya.

(Tribunnews.com/Mohay) (TribunPapua.com/Roy Ratumakin) 

Berita Tribunjabar.id lainnya di Google News

Sumber: Tribun Papua
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved