Adhikarya
Ini Curhatan Kader TB di Ciamis, Anggota DPRD Jabar Herry Dermawan Minta Pemerintah Lebih Perhatian
Anggota DPRD Jabar Herry Dermawan minta pemerintah lebih perhatian setelah melihat kinierja kader TB di Ciamis
Penulis: Andri M Dani | Editor: Siti Fatimah
“Kader tibi RO hanya ada dua orang di Ciamis. TB RO beresiko tinggi termasuk penularannya,” katanya.
Menurut Ai Dewi, tahun 2022 ini ada 27 penderita TB RO yang didampingi dua kader TB.
“Seorang terlanjur meninggal sebelum sempat didampingi,” ujar Ai Dewi sedih.
Dari 27 penderita TB RO tersebut ungkap Ai Dewi, ia mendampingi 11 pasien TB RO. Masing-masing di Kecamatan Ciamis (1 orang), Imbanagara (3), Baregbeg (1), Sindangkasih (1), Kawali (1), Racah (2) dan Tambaksari (1).
Minimal sebulan sekali pasien tersebut harus dikunjungi ke rumahnya. Kebanyakan rumah penderita berada di pelosok desa dengan kondisi ekonomi sangat memprihatinkan.
“Seperti pasien yang di Rancah, rumahnya dekat perbatasan dengan Kuningan. Jauh di pelosok. Sementara saya tinggal di Cimaragas. Ke lokasi naik sepeda motor, kadang hujan. Seringnya diantar oleh suami atau oleh anakku yang sudah di SMK. Perjalanan yang cukup melelahkan memang, tapi tetap dijalani,” ungkap Ai Dewi.
“Dulu memang ada semacam iinsentif, tepatnya uang transport. Dapat Rp 50.000 sampai Rp 100.000 per tiga bulan (triwulan) tergantung kinerja. Tetapi selama Covid sampai sekarang, sudah 3 tahun tidak dapat lagi uang transportasi tersebut,” katanya.
Menurut Ai Dewi, selama masa pendemi Covid, tugas-tugas kader kesehatan lebih fokus ke Covid.
Sedangkan kunjungan ke pasien TB RO dibatasi, pendampingan dilakukan secara chat/telpon.
Sedangkan untuk pasien TB SO tetap dipantau, Cuma investigasi pelacakan kasus tidak dilaku.
Beruntung sekarang, keberadaan 110 kader TB di Ciamis tersebut mendapat suport dari Penabulu Foundation.
Ada reward yang jelas dari Penabulu Foundation sesuai kinerja.
“Hasil di lapangan sekarang dilaporkan ke Penabulu Foundation . Tetapi untuk puskesmas juga tetap laporan,” jelas Ai Dewi.
Ada perhitungan reward yang jelas untuk setiap kunjungan ke pasien, PMO, pendampingan ke faskes. Bahkan untuk satu sampel dahak saja dapat reward Rp 15.000. Kunjungan ke penderita untuk pendampingan Rp 100.000. Itu bisa diklaim setelah ada laporan.
Namu segala macam reward tersebut menurut Ai Dewi tidak dipakai sendiri.