Gempa Bumi di Cianjur

Bupati Cianjur Bantah Pengungsi Gempa Cianjur Mengemis di Pinggir Jalan, Sebut Itu Warga Setempat

Bupati mengaku sudah membentuk tim untuk menertibkan warga yang meminta-minta sumbangan di tepian jalan ini.

Penulis: Ferri Amiril Mukminin | Editor: Ravianto
TRIBUNJABAR.ID/ADI RAMADHAN PRATAMA
Korban gempa Cianjur meminta bantuan ala kadarnya di Kampung Panahegan, RT 02/RW 02, Desa Gasol, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Selasa (29/11/2022). 

TRIBUNJABAR.ID, CIANJUR - Bupati Cianjur, Herman Suherman, membantah adanya pengungsi gempa Cianjur yang mulai mengemis dan berburu sumbangan di tepian jalan dari para pengendara yang melintas.

Menurutnya, mereka yang meminta-minta di tepian jalan itu bukanlah para pengungsi korban gempa.

"Itu bukan masyarakat yang terdampak gempa, itu hanya warga setempat dan bukan korban gempa bumi," ujarnya saat ditemui di Pendopo Cianjur, Jumat (2/12).

Bupati mengaku sudah membentuk tim untuk menertibkan warga yang meminta-minta sumbangan di tepian jalan ini.

"Pak Kapolres dan Satpol PP sudah turunkan tim untuk menindaklanjutinya. Kita sudah membentuk tim khusus," ujarnya.

Sebelumnya diberitakan, para pengungsi gempa di Kabupaten Cianjur mulai mengemis untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Berbekal jaring bertangkai yang biasa dipakai menangkap ikan kecil, mereka berdiri di sepanjang jalan utama Gasol, Kecamatan Cugenang, menanti para pengendara melintas.  

Tenda pengungsi di kaki Gunung Gede Pangrango dihuni warga Kampung Pasirmalang, Desa Galudra, Kecamatan Cugenang, Cianjur.
Tenda pengungsi di kaki Gunung Gede Pangrango dihuni warga Kampung Pasirmalang, Desa Galudra, Kecamatan Cugenang, Cianjur. (Tribun Jabar/Ferri Amiril Mukminin)

Puluhan pengungsi yang mengemis juga terlihat di jalan-jalan utama di Desa Mangunkerta, Desa Sarampad, Desa Talaga, dan Desa Cibulakan, Kecamatan Cugenang. Pengungsi yang mengemis juga terlihat di Desa Nagrak di Kecamatan Cianjur. 

Tak hanya bapak-bapak, ibu-ibu, remaja dan anak-anak juga ikut mengemis. Bahkan ada juga seorang ibu yang mengemis sambil menggendong bayinya. 

Selain menggunakan jaring yang bertangkai untuk memudahkan menerima uang dari para pengendara, ada juga yang menggunakan gayung panjang, topi, atau kadus. Bahkan ada pula yang menggunakan panci bertangkai agar mudah menerima uang.

Baca juga: Pengungsi Gempa Cianjur Mulai Banyak yang Mengemis, Bantuan Tak Cukup Penuhi Kebutuhan Sehari-hari

"Buat sembako, Kang," ujar salah seorang pengungsi, sambil menyodorkan gayung kepada pengendara, Rabu (30/11).

Saat mengemis mereka tak pernah terlihat sendiri. Minimal berdua. Tapi ada juga yang berkelompok, tujuh hingga sepuluh orang.

Ujang Wandi (43), Koordinator Posko 2 pengungsian di Kampung Panahegan, Desa Gasol, para pengungsi terpaksa melakukan hal itu untuk mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari.

Hampir semua yang datang, ujarnya,  memberikan mi instan.

"Kami juga harus menjaga pola makan agar tidak gampang sakit. Jika terus memakan mi setiap hari, kami takut akan bermasalah ke depannya," ujarnya, saat ditemui, Selasa (29/11) lalu. 

Ujang mengatakan, mereka bukannya tak bersyukur dengan beragam bantuan tersebut, namun stok yang berlebihan dan tidak terpakai sangat mubazir.

Di sisi lain, untuk mencukupi berbagai kebutuhan yang tak ada dalam bantuan itu, warga Panahegan pun akhirnya mencari sumbangan di pinggir jalan. 

"Uangnya nanti kami belikan gas, dan kalau bisa akan kami gunakan untuk membelokkan pipa air karena sudah kering di sini," ujarnya.

Saat meminta sumbangan di jalan, kata Ujang, mereka tak pernah memaksa.

"Kami hanya meminta seikhlasnya," ujarnya.

Piket

Pantauan Tribun, kemarin, kegiatan para pengungsi yang meminta-minta sumbangan dari para pengendara masih terlihat di sejumlah ruas jalan utama di Cianjur. Mereka berjejer di tepian jalan menanti para pengendara melintas. Seperti terlihat di Kampung Cirumput, Desa Cirumput, Kecamatan Cugenang.

Setiap kali melihat mobil atau sepeda motor berhenti, mereka akan adu cepat berlari menghampiri.

"Saya belum kebagian, Pak. Saya belum kebagian," ujar seorang ibu seraya berlari menghampiri pengendara motor yang baru saja berhenti.

Masuk ke Kampung Padaruum, Desa Cirumput, pemandangan kaum ibu yang berdiri di pinggir jalan "berburu bantuan", juga terlihat. Mereka mengaku terpaksa berdiri di pinggir jalan karena khawatir yang mau memberikan bantuan tak mengetahui keberadaan mereka karena tenda mereka berada di dalam gang.

"Kami harus berdiri bergantian, Pak. Istilahnya piket. Kalau tidak begini, kami sering terlewat. Sedangkan posko lain yang berada di pinggir jalan sering sekali kebagian bantuan," ujar seorang lansia di Kampung Padaruum.

Tak hanya di Desa Cirumput, pemandangan hampir serupa juga terlihat di Desa Sukamaju, Kecamatan Warungkondang. Seorang anak berdiri di tepi jalan sambil membawa dus dan baskom plastik, menanti pengendara memberikan sumbangan.

Kamis (1/12) lalu, usai meninjau gudang logistik bantuan gempa, Bupati Herman Suherman, mengatakan ada yang harus diubah dalam pola penyaluran bantuan yang dilakukan selama ini. Untuk memudahkan para pengungsi menerima bantuan, proses pengambilan bantuan di gudang ini akan ia sederhanakan. 

Selama ini, ujar Bupati, gempa para korban ternyata harus menyertakan tanda tangan ketua RT/RW, kepala desa dan camat agar bisa mengambil bantuan dari gudang logistik ini. Padahal, untuk mengambil bantuan, tanda tangan kepala desa hingga camat itu sama sekali tak diperlukan, melainkan cukup dengan keterangan RT atau RW.

"Kita ingin benar-benar barang [bantuan] ini untuk masyarakat yang membutuhkan. Cukup keterangan RT/RW setempat," ujarnya. "Buat apa disimpan di sini juga, menumpuk," ujarnya.

Hari Terakhir

Kemarin, pencarian 11 korban gempa yang hilang masih terus dilakukan Tim SAR Gabungan di dua titik, yakni di Desa Cijedil dan di sekitar Warung Sate Sinta, Kecamatan Cugenang.

Pencarian hari ke-12 kemarin tak membawa hasil, namun jumlah korban meninggal bertambah dari 329 orang menjadi 331 orang. Bupati Cianjur mengatakan, tambahan dua korban meninggal berdasar informasi yang mereka terima dari RS Hasan Sadikin Bandung.

"Hari ini 11 korban yang hilang masih belum ditemukan, namun ada dua korban luka berat yang menjalani perawatan di RSHS Bandung meninggal dunia, sehingga jumlah korban jiwa bertambah jadi 331 orang," kata Bupati, kemarin.

Rencananya pencarian korban yang hilang akan dilanjutkan, Sabtu (3/12). Ini menjadi hari terakhir Tim SAR Gabungan melakukan pencarian.(fauzi noviandi/ferri amiril mukminin/adi ramadan)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved