Gempa Bumi di Cianjur
Pengungsi Gempa Cianjur Sudah Boleh Pulang ke Rumah, Namun BMKG Berikan Syarat
BMKG mempersilakan pengungsi gempa Cianjur untuk kembali ke rumahnya masing-masing, menyusul terus melemahnya gempa susulan yang terjadi.
TRIBUNJABAR.ID - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mempersilakan pengungsi gempa Cianjur untuk kembali ke rumahnya masing-masing, menyusul terus melemahnya gempa susulan yang terjadi di Kabupaten Cianjur.
Berdasarkan hasil monitoring selama tujuh hari terakhir, magnitudo aktivitas gempa susulan di Cianjur cenderung semakin mengecil dan frekuensi kejadiannya semakin jarang.
“Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut, maka masyarakat dapat kembali ke rumah masing-masing, dengan catatan kondisi bangunan rumahnya tidak mengalami kerusakan struktur,” imbau BMKG dalam keterangan pers yang diterima Tribun, Senin (28/11).
Warga, ujar BMKG dalam keterangannya, bisa kembali menata perabotan rumah. Namun, diimbau untuk membuat jalur evakuasi keluar yang lapang dan tidak terhalang oleh benda apapun.
Baca juga: Pengungsi Gempa Cianjur Kekurangan Tenda, Terpaksa Tidur di Bawah Plastik Persemaian Sayur
"Warga dianjurkan untuk menjauhkan seluruh benda-benda berat yang berada di atas perabotan (lemari dan lain-lain), atau benda-benda tergantung yang dapat berpotensi jatuh menimpa penghuninya jika terjadi guncangan," jelas BMKG.
Warga diminta tetap tenang dengan terus memonitor perkembangan terkini informasi gempabumi dari aplikasi mobile phone info BMKG (di-install dari play store atau app store). Warga juga bisa mengakses informasi terkini tentang gempa dengan menghubungi call center 196.
Huntara Jannati
Memasuki pekan kedua pasca-gempa, kemarin, pembangunan hunian sementara juga sudah mulai dilakukan, salah satunya oleh Dewa Eka Prayoga Foundation (DeEP-F). Mereka menginisiasi pembangunan Hunian Sementara Rasa Layanan Surgawi (Huntara Jannati).
Satu bangunan tahan gempa ini akan diberikan untuk 80 keluarga. Satu keluarga akan mendapatkan ruangan 10x10 meter.
Lewat Huntara Jannati, para korban gempa Cianjur tidak hanya mendapat hunian sementara, melainkan juga berbagai fasilitas lainnya, mulai makanan siap saji, bimbingan keimanan, bahkan hingga bantuan pemberdayaan ekonomi agar mereka kembali pulih seperti sedia kala.
Dua unit Huntara Jannati yang merupakan hasil kerja sama DeEP-F bersama Muhsinin Club dan Selamatkan Indonesia dengan Al-Quran (SIDAQ) Solidarity itu kini mulai berdiri di Kavling Madani Asri I (Babakan Gasol), Cugenang, Kabupaten Cianjur.
Peresmian Huntara Jannati tahap pertama itu dipimpin langsung oleh Founder DeEP-F, Rendy Saputra dan ditandai dengan pembacaan surat Al Fatihah serta doa bersama.
Rendy Saputra mengatakan, Huntara Jannati merupakan program bantuan DeEP-F bagi korban gempa Cianjur secara holistik.
"Di Huntara ini ada empat fasilitas besar yang kami berikan. Ada hunian, makanan, penguatan keimanan, hingga keilmuan dakwah serta pemberdayaan ekonomi sebagai wujud recovery korban gempa Cianjur," ujar Rendy, kemarin.
Rendy mengatakan, para korban gempa Cianjur akan menempati Huntara Jannati setidaknya selama satu tahun. Selama setahun, mereka akan mendapatkan empat fasilitas besar tadi hingga mampu kembali hidup mandiri dan menata kehidupannya.
"Ketika bencana terjadi semua entitas ini bergerak, maka tidak ada bantuan yang salah, semua benar. Tapi dari semua itu, kami coba memilih yang kira-kira ada ruang yang belum diisi kawan kawan karena makanan atau pakaian berlimpah. Kenapa kami bangun Huntara? Kan konsepnya hunian sementara, konsepnya satu tahun karena kami yakin recovery enggak akan cepat," tutur Rendy.
Karena bakal ditinggali cukup lama, kata Rendy, Huntara Jannati juga dibangun secara permanen menggunakan material yang relatif tahan terhadap gempa susulan seperti penggunaan baja ringan dan papan GRC untuk dindingnya.
"Tanahnya juga kami plester serta atapnya memakai spandek. Sehingga dari sisi kesehatan pun, insya Allah Huntara Jannati menjadi hunian yang sehat," ujarnya.
Nantinya, setiap pengungsi yang akan tinggal di Huntara Jannati akan diverifikasi dan mendapatkan kartu. Lewat kartu tersebut, tim pemberdayaan kemudian akan melakukan verifikasi dalam upaya pemulihan ekonomi.
"Kita cek jalur pekerjaannya. Kalau bertani di mana, misalnya, apakah dia bisa recovery atau ada bantuan pemerintah. Jadi, targetnya itu dia betul-betul bisa mandiri lagi, kembali ke kediamannya dan bisa melanjutkan hidup," jelas Rendy.
Disinggung soal syarat untuk bisa menghuni Huntara Jannati, Rendy menyebutkan salah satu syarat calon penghuni adalah korban gempa Cianjur yang rumahnya rusak berat atau roboh serta tinggal di sekitar lokasi Huntara Jannati.
Rendy mengatakan, salah satu tantangan jika terjadi bencana di Indonesia adalah mengharmonisasikan program. Dia mencontohkan isu kekurangan kain kafan bagi korban gempa Cianjur yang sempat viral baru-baru ini, sedangkan di beberapa posko bantuan justru berlebih.
Menurutnya, hal itu tidak bisa dihindari karena penanganan pengungsi tidak dikelola secara cluster society.
"Seharusnya, pengungsi itu dibagi per klaster. Jadi gini misalnya, DeEP Foundation ditugaskan mengurusi 300 (pengungsi). Berapa warga terdampak? Misalnya 6.000, itu gampang, berarti tinggal bangun 20 kawasan (Huntara Jannati).
"Misalnya lembaga zakat ini satu kawasan, lembaga lain kawasan lain. Kita tanggung jawab bersama, tanggung jawab makanannya, huniannya, pendidikannya hingga tanggung jawab ekonominya sampai dia pulih kembali," ujarnya.(tribunnetwork/rina ayu/ferri amiril mukminin)
Artikel TribunJabar.id lainnya bisa disimak di GoogleNews