Gempa Bumi di Cianjur
Cianjur Jadi Wisata Bencana, Selfie di Mobil Sampai Turun Cuma Mau Moto Jenazah yang Belum Diangkat
Para pengungsi yang geram akhirnya membuat papan pengumuman dari karton yang mereka pasang persis di depan posko pengungsian di pinggir jalan.
Penulis: Deanza Falevi | Editor: Ravianto
TRIBUNJABAR.ID, CIANJUR - KONDISI wilayah di sekitar Kabupaten Cianjur, Jawa Barat yang porak poranda pasca-gempa bumi Senin lalu, rupanya tak hanya memicu ribuan relawan untuk datang ke sana dan memberikan bantuan.
Ada juga yang datang untuk sekadar melihat-lihat dan berfoto di antara puing reruntuhan gempa Cianjur.
"Sejak hari pertama banyak orang-orang yang melintas berhenti buat memvideokan kondisi di sini bahkan berswafoto sambil ketawa-ketawa dari dalam mobil. Malah ada yang turun mau melihat jenazah yang belum dikuburkan hanya untuk foto-foto," ujar Leka, Koordinator Posko Bencana di Kampung Longkewang, Desa Gasol, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Kamis (24/11).
Selain tak etis, ujar Leka, ulah mereka juga sangat mengganggu upaya evakuasi dan distribusi bantuan.
"Jadi terhambat, bantuan tidak masuk ke desa terdampak. Di sini banyak yang belum mendapat bantuan pada hari pertama dan kedua pascabencana gempa. Baru di hari keempat, pendistribusian bantuan terpenuhi," ujarnya.
Jaka, pengungsi di Posko Kampung Longkewang, juga mengatakan hal senada.

"Mungkin mereka ada tujuannya juga ingin membantu. Tapi kalau bantuannya tidak terlalu banyak, kan bisa disalurkan ke relawan yang memang bertugas untuk mendistribusikan bantuan," ujarnya.
Para pengungsi yang geram akhirnya membuat papan pengumuman dari karton yang mereka pasang persis di depan posko pengungsian di pinggir jalan.
Tulisannya besar-besar. "Ini Bukan Wisata Bencana".
Baca juga: Daftar Kecamatan Terdampak Gempa Cianjur, Kota Cianjur Juga Rusak Parah
Kepala BNPB, Suharyanto, mengatakan banyak lokasi yang terdampak gempa di Cianjur jadi sulit untuk dilalui karena banyak warga yang berbondong-bondong datang ke lokasi bencana.
"Ini bencananya, lokasinya 15 kecamatan, banyak jalannya kecil-kecil, tempatnya terpencil, sehingga kalau masyarakat datang sendiri berbondong-bondong ke sana, tentu saja ini membuat jalanan macet, membuat program-program dan kegiatan penanganan pengungsi, pendistribusian logistik, ini terhambat," katanya.
Ia meminta siapapun yang tidak berkepentingan untuk sementara tidak datang dulu ke lokasi bencana karena akan mengganggu penanganan di sana.
"Kalau datang ke daerah bencana dengan tujuan membantu silakan. Bencana ini bukan untuk dilihat, bukan menjadi tempat wisata, tetapi bencana ini adalah sesuatu yang harus dipecahkan bersama," kata Suharyanto.
Pemberian bantuan, ujar Suharyanto, sebaiknya dilakukan terpusat melalui posko utama. "Jangan sendiri-sendiri ke tempat lokasi," ucap Suharyanto.(deanza falevi/fauzi)