Pilpres 2024
Pertemuan Anies Baswedan-Aher Menjelang Pilpres 2024, Begini Analisis Pengamat Politik Unpad
Firman Manan menyampaikan bahwa ada permasalahan, yakni koalisi itu perlu memenuhi threshold 20 persen sehingga tiga partai itu harus berkoalisi.
Penulis: Muhamad Nandri Prilatama | Editor: Hermawan Aksan
"Kalau rumusnya begitu, maka harusnya cawapres memiliki karakter yang berbeda dengan capresnya supaya luas basis pemilihnya," ujarnya.
Menurut Firman, Anies dan Aher mempunyai kecendrungan identik figur Islam, padahal biasanya kelaziman memasangkan figur Islam dengan nasionalis.
"Nah, (Anies-Aher) ada kekurangan di sisi itu. Lalu, masalah pengalaman keduanya mantan gubernur dan biasanya pasangan itu dicari karakter yang berbeda."
"Intinya, ada kelebihan juga dari Aher yang pernah menjabat 10 tahun memimpin Jabar yang merupakan jumlah pemilih terbanyak di Indonesia."
"Namun, apakah Aher bisa mengkonsolidasikan suara di Jabar? Nah, sejauh ini yang belum terukur," ucapnya.
Nama Aher saat ini memang belum muncul dari setiap survei lantaran memang belum dijadikan sebagai kandidat serius.
Ketika disinggung terkait potensi pasangan Anies-Aher, Firman Manan pun menyebut peluang itu tentulah ada karena sejauh ini masih terlihat cair.
"Tapi, apakah bisa tidak terwujud juga kemungkinannya ada, karena ada kemiripan antara Anies dan Aher."
"Dan, kelebihan PKS juga ialah dari mesin partainya, namun kecenderungan sekarang pemilih PKS itu sudah memilih Anies, jadi kehadiran Aher tak terlalu menambah basis suara," katanya.
Di samping itu, Firman menyebut pemilih di Jabar relatif bukanlah pemilih loyal karakternya, melainkan kondisi hari ini suara terdistribusi ada yang ke Prabowo Subianto, Anies Baswedan, bahkan Ridwan Kamil.
"Ini bisa menjadi tantangan untuk membuktikan bahwa Aher mampu mengkonsolidasi suara di Jabar," katanya. (*)