Bukan Karena Gas Air Mata, Korban Meninggal Tragedi Kanjuruhan Karena Berdesakan dan Terinjak-injak

Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengatakan banyak korban mengalami kekurangan oksigen akibat berdesak-desakan hingga terinjak-injak.

Editor: Ravianto
Kolase Tribunnews/TGPF/Suryamalang.com
kolase foto gas air mata saat tragedi kanjuruhan dan dampkanya pada korban yang selamat, ada yang alami iritasi pada mata hingga sesak napas. (Kolase Tribunnews/TGPF/Suryamalang.com) 

Kronologis kejadian menurut polisi

Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo sebelumnya membeberkan kronologi sebelum hingga terjadinya Tragedi Kanjuruhan.

Awalnya, kata Listyo, panitia pelaksana mengajukan izin terkait pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya pada 1 Oktober 2022 pukul 20.00 sejak 12 September 2022 ke Polres Malang.

Setelah itu, kemudian Polres Malang menanggapi surat dari panitia pelaksana dan mengirmkan surat resmi untuk mengubah jadwal pelaksanaan menjadi pukul 15.30 WIB dengan pertimbangan faktor keamanan.

"Namun demikian permintaan ditolak PT LIB dengan alasan apabila waktunya bergeser tentunya ada pertimbangan terkait masalah penayangan langsung, ekonomi dan sebagainya yang mengakibatkan dampak yang bisa memunculkan pinalti dan ganti rugi," kata Kapolri dalam konferensi pers di Malang, Jawa Timur, Kamis (6/10/2022).

Kemudian, Polres melakukan persiapan untuk melakukan pengamanan dengan melaksanakan berbagai macam rapat koordinasi dan menambah jumlah personel untuk pengamanan.

"Dari yang semula 1.073 personel menjadi 2.034 personel. Kemudian disepakati dalam rapat koordinasi khusus untuk suporter yanh hadir hanya dari suporter Aremania," tuturnya.

Pertandingan pun berjalan lancar hingga selesai.

Namun, saat itu Arema FC menelan kekalahan dari Persebaya Surabaya dengan skor 2-3 hingga sejumlah suporter memasuki lapangan.

Saat itu, polisi yang bertugas melakukan pengamanan terhadap official dan pemain Persebaya dengan menaikan ke kendaraan taktis Barakuda sebanyak 4 unit hingga kiper Arema FC.

Namun, suporter makin banyak yang turun ke lapangan hingga dilakukan penembakan gas air mata agar tidak bertambah.

Tujuh tembakan ke tribun selatan, satu tembakan ke tribun Utara, dan tiga tembakan ke lapangan.

"Ini mengakibatkan para penonton terutama di tribun kemudian panik merasa pedih dan kemudian berusaha segera meninggalkan arena," katanya.

Hasil penyelidikan dan penyidikan terungkap bahwa lima pintu tribun tidak terbuka sebagaimana mestinya saat polisi menembakkan gas air mata.

Masing-masing pintu keluar tribun 3, 11, 12, 13, dan 14.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved