Soal PHK Massal, Pengamat Ekonomi Unpas Perkirakan Resesi Ekonomi Global Bisa Sampai Tahun Depan

Pengamat ekonomi Unpas Acuviarta Kartabi menganalisis kondisi perekonomian Indonesia saat ini di mana banyak perusahaan yang merumahkan karyawannya

Penulis: Muhamad Nandri Prilatama | Editor: Darajat Arianto
Dokumen Pribadi
Pengamat Ekonomi Universitas Pasundan, Acuviarta Kartabi menganalisis kondisi perekonomian Indonesia saat ini di mana banyak perusahaan yang merumahkan karyawannya alias pemutusan hubungan kerja (PHK). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Nandri Prilatama

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Pengamat Ekonomi Universitas Pasundan Acuviarta Kartabi menganalisis kondisi perekonomian Indonesia saat ini di mana banyak perusahaan yang merumahkan karyawannya alias pemutusan hubungan kerja (PHK).

Menurut Acuviarta, biasanya tekanan selama pandemi justru lebih banyak dari domestik, karena permintaan dan mobilitasnya menurun. Dia pun menyebut kondisi secara global ekonomi sedang tak bagus.

"Negara-negara mitra dagang utama Indonesia, seperti Tiongkok, Amerika Serikat, dan Eropa juga alami perlambatan ekonomi bahkan Amerika Serikat alami resesi ekonomi termasuk Eropa. Jadi, perusahaan yang berbasis ekspor, saya kira alami tekanan cukup besar terkait pengangguran, seperti yang dialami Kahatex," ujarnya saat dihubungi, Minggu (9/10/2022).

Selanjutnya, Acuviarta mengatakan menurunnya permintaan pasar luar negeri ditambah perusahaan berbasis kandungan impor, seperti tekstil dan mesin logam merasa tertekan bukan hanya adanya permintaan menurun melainkan nilai tukar melemah, sedangkan harga harus naik dan pembelinya menurun.

Baca juga: Dekopin Dorong Pengesahan RUU Perkoperasian Untuk Perkuat Koperasi Penopang Ekonomi Bangsa

"Di satu sisi biaya meningkat, dan di sisi lain permintaan menurun. Jadi, solusi yang diambil perusahaan dengan lakukan PHK ditambah kondisi domestik ada efek psikologis karena menyambut penetapan upah," ucapnya.

Indonesia saat ini mengalami inflasi di atas lima persen. Acuviarta melihat ada korelasi antara inflasi dengan upah yang tahun ini bakal ditetapkan untuk 2023.

"Jadi, yang alami perlambatan ya pertumbhan ekonomi global dan meningkatnya inflasi sehingga yang menjadi faktor menyulitkan sektor usaha," kata Acu.

Ketika disinggung terkait langkah antisipasi agar tak berlarut kondisi ini, Acuviarta menilai kondisi global cukuplah signifikan yang berarti dalam banyak hal mereka terbentur oleh ekonomi yang sudah berada di titik terendah, tetapi potensi permintaan dalam negeri bisa dioptimalkan asalkan memang pemerintah bisa menjamin tingkat inflasi bisa terkendali terutama pangan.

Baca juga: Pandemi Covid-19 Hampir Sampai Garis Finis di Indonesia, Jokowi Ingatkan Mengenai Kondisi Ekonomi

"Indonesia ini negara keempat dengan jumlah penduduk sangat besar. Artinya, daya serap pasar domestik perlu dimaksimalkan. Tapi, persoalan dalam negeri yang terjadi inflasi utamanya pangan sehingga daya beli mengalami tekanan. Saya memperkirakan paling tidak kondisi ini sampai semester 1 tahun depan. Itu paling cepat. Tapi, ya pemerintah harus serius lakukan stabilitas pangan dan didukung stabilitas politik," ujarnya.(*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved