Perjuangan Tukang Sol Sepatu, Rela Tak Makan Demi Anak-Istri, Bikin Dedi Mulyadi Teteskan Air Mata

Perjuangan hidup tukang sol sepatu, Anang (53), membuat Kang Dedi Mulyadi tak kuasa menahan air mata. Betapa tidak

Editor: Ichsan
dok.dedi mulyadi
Perjuangan Tukang Sol Sepatu, Rela Tak Makan Demi Anak-Istri, Bikin Dedi Mulyadi Teteskan Air Mata 

TRIBUNJABAR.ID - Perjuangan hidup tukang sol sepatu, Anang (53), membuat Kang Dedi Mulyadi tak kuasa menahan air mata. Betapa tidak, bapak asal Kabupaten Garut itu merantau dan rela hanya makan satu kali sehari demi mengirim uang untuk anak dan istrinya.

Mulanya Kang Dedi bertemu Anang yang sedang berkeliling di tengah derasnya hujan. Anang terus melangkah mencari nafkah dengan memikul perabot berisi aneka peralatan untuk sol sepatu dan sandal.

Rupanya di hari itu Anang yang sudah berjalan sejak pagi hari hingga menjelang petang hanya mendapat uang Rp 30 ribu. Uang itu ia dapat dari hasil sol dua sepatu dan satu sandal.

Baca juga: Nelayan Belum Sejahtera, Legislator Golkar Dedi Mulyadi Bawa Aspirasi Nelayan ke Pemerintah

“Ini masih keliling sekalian mau pulang ke kontrakan soalnya sudah mau malam,” ujar Anang saat ditanya Kang Dedi mengapa ia terus berjalan di tengah derasnya hujan.

“Sudah makan belum?,” tanya Kang Dedi.

“Belum nanti makan jam 7 malam, dari pagi gak makan. Ini baru dapat Rp 30 ribu kalau dipakai makan nanti habis gak bisa kirim buat anak istri di Garut,” ucap Anang.

Anang mengaku setiap hari terbiasa tidak makan pagi atau siang. Ia hanya makan satu kali dalam sehari saat menjelang malam. Hal itu ia lakukan demi bisa mengirim uang untuk anak dan istrinya.

“Kalau saya makan pagi atau siang nanti gak ada uang buat dikirim. Sekali makan kan kadang Rp 10-15 ribu. Biasanya hasil nabung bisa kirim Rp 300 ribu per bulan ke kampung,” ucapnya.

Melihat Anang yang sudah mulai Lelah ditambah hujan yang semakin deras, Kang Dedi pun mengajaknya untuk naik ke dalam mobil.

“Ah kotor, Pak,” ujar Anang saat diminta masuk ke dalam mobil.

“Gak apa-apa,” timpal Kang Dedi.

Baca juga: Kang Dedi Mulyadi Curhat Kegelisahannya Lewat Lagu Rindu Purnama

Perjuangan Tukang Sol Sepatu, Rela Tak Makan Demi Anak-Istri, Bikin Dedi Mulyadi Teteskan Air Mata
Perjuangan Tukang Sol Sepatu, Rela Tak Makan Demi Anak-Istri, Bikin Dedi Mulyadi Teteskan Air Mata (dok.dedi mulyadi)

Di dalam mobil Anang menceritakan bahwa kini hidup dengan istri dan satu anak sambung. Dulunya ia pernah menikah dan memiliki tiga orang anak. Hanya saja pernikahan pertamanya itu kandas lantaran sang istri selingkuh dan memilih bekerja di Arab bersama selingkuhannya.

Pasca bercerai Anang kembali merajut rumah tangga dengan seorang janda yang memiliki satu anak. Ia menyebut istrinya yang sekarang sangat setia dan sangat bisa menerima dirinya yang berpenghasilan pas-pasan.

“Istri yang sekarang mah baik sekali, pintar simpan uang juga. Jadi sekarang saya kirim uang untuk istri dan anak (tiri),” kata Anang.

Singkat cerita keduanya pun tiba di Rumah Makan Sate Maranggi Cikuda. Rumah makan yang berada di sekitar hutan pinus itu merupakan binaan Kang Dedi dari mulai warung pinggir jalan biasa hingga kini menjadi rumah makan yang berpenghasilan puluhan bahkan ratusan juta rupiah per bulan.

Kepada pemilik rumah makan, Kang Dedi menitipkan pesan jika melihat Anang lewat agar dipersilakan makan. “Setiap hari kasih makan, nanti saya yang bayar. Jadi bapak ini bisa makan sehari dua kali,” ujar Dedi.

Anang yang baru pertama kali makan enak dengan menu sate maranggi, sop daging dan kelapa muda itu tampak lahap. Hal itu kemudian membuat Kang Dedi meneteskan air mata karena teringat perjuangan Anang yang rela tak makan demi keluarganya.

Bagi Kang Dedi ada risiko besar yang harus ‘dibayar’ oleh Anang demi menafkahi anak istrinya. Begitu juga Kang Dedi yang bercerita hidupnya penuh dengan risiko.

“Banyak risiko yang saya lalui sejak jadi politisi mulai anggota DPRD, wakil bupati, bupati, banyak dilalui bahkan nyawa jadi taruhan,” katanya.

Belum tentu, kata Dedi, apa yang telah dilalui tersebut pada akhirnya akan bisa dinikmati. Belum tentu juga apa yang diperbuat akan dihargai oleh semua orang.

“Jangan berharap pada sesuatu yang kita kerjakan pada seseorang, tapi serahkanlah pada Allah karena kebaikan tidak pernah habis dan tidak pernah hilang. Kebaikan akan berbalas kebaikan meski bukan dari orang yang kita bantu kebaikan,” ujar Kang Dedi.

Baca juga: Sapi102 Peternak Pangalengan Mati Akibat PMK, Dedi Mulyadi Minta Kementan Ganti 2 Ekor Per Peternak

Kang Dedi Mulyadi pun berpesan agar istri Anang ingat pada perjuangan suaminya yang rela menahan lapar setiap hari. Ia yakin perjuangan tersebut akan membawa bahagia manakala saat pulang Anang dihargai, dihormati dan disambut wajah semringah istri dan anak.

Sebaliknya, sebagai suami Anang bisa merasa tersayat hatinya jika ia dicampakkan saat pulang atau tak produktif lagi menafkahi keluarga karena faktor usia atau sakit.

“Itulah risiko, makanya banyak orang ketika tua terlantar tidak ada yang mengurus karena tak ada satu pun orang peduli, kadang-kadang anaknya juga. Semoga bapak ini semakin tua ada yang mengurus, ada yang merawat dan ada yang mencintai,” ucapnya.

Setelah makan, Kang Dedi mengantarkan Anang ke rumah kontrakannya. Di perjalanan Anang pun diberi sejumlah uang sebagai tambahan modal dan sebagian dikirim untuk anak istrinya di Garut.

“Sehat istri di rumah, sayang sama bapaknya karena begitu berat perjalanan hidup, semoga kita semua sehat saling menyayangi, saling mencintai, ketika susah bersama, ketika senang pun bersama,” kata Kang Dedi Mulyadi.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved