Ratusan Mahasiswa di Bandung HIV/AIDS, Lebih Tinggi dari Jumlah Pekerja Seks yang Terpapar

Data mengejutkan diungkapkan Komisi Penanggulangan AIDS Kota Bandung, Kamis (25/8). Mereka mencatat, ratusan mahasiswa di Bandung HIV/AIDS.

Editor: Januar Pribadi Hamel

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Data mengejutkan diungkapkan Komisi Penanggulangan AIDS Kota Bandung, Kamis (25/8). Mereka mencatat, ada ratusan  mahasiswa di Bandung  HIV/AIDS di antara ribuan warga Kota Bandung. Jumlah mereka bahkan lebih banyak dari jumlah para pekerja seksual yang terdata terpapar HIV/AIDS.

Kepala Sekretariat Komisi Penanggulangan AIDS Kota Bandung, Sis Silvia Dewi, mengatakan terdapat sekitar 10.800 kasus HIV/AIDS di Kota Bandung sejak 1991 hingga 2021.

"Tapi yang terdeteksi sekitar 5.843 orang. Usianya yang paling banyak itu 20-29 tahun, yakni 44,84 persen, masuk dalam usia produktif. Kedua, usia 30-39 ada di angka 34 persen," ujarnya saat ditemui di Kantor KPA Kota Bandung, kemarin.

Dari 5.800-an orang dengan HIV/AIDS (ODHA), yang terdeteksi, ujar Silvia, mereka yang berstatus mahasiswa hanya 6.96 persen, atau sekitar 400-an orang.

Baca juga: Berikut Gejala HIV/AIDS dari Stadium I sampai IV, di Bandung Ada 400 Kasus HIV/AIDS Selama 2022

Jumlahnya jauh lebih sedikit dibanding pekerja seksual yang hanya 2,53 persen.

Di sisi lain, jumlah ibu rumah tangga yang terpapar justru hampir dua kali lebih banyak, yakni 11,18 atau sekitar 650-an orang.

Silvia mengatakan, HIV/AIDS memang tidak menunjukkan gejala yang mudah dikenali pada orang yang baru terpapar.

Itu sebabnya, banyak mereka tak menyadari dirinya terpapar pada masa-masa awal.

Itu pula yang membuat mereka yang terpapar juga tak menyadari bahwa dirinya telah menularkannya pada orang-orang dekatnya, termasuk pada pasangan mereka di rumah.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, dr. Ira Dewi Jani, mengatakan telah melakukan berbagai upaya untuk mencegah penularan HIV/AIDS ini.

"Mulai dari promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, karena kita tahu pencegahan itu lebih efektif dibandingkan mengobati," ujarnya seperti dikutip dari Kompas.com, kemarin.

Ira mengatakan, mereka telah melakukan penyuluhan kepada masyarakat, termasuk kepada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) melalui program Hebat Sehat Bersama Sahabat.

"Jadi di situ ada materi-materi tentang HIV/AIDS, kesehatan reproduksi, penyalahgunaan napza yang dikenalkan sesuai umur anak-anak yang menjadi sasaran kita," ujarnya.

Ia juga mengatakan, saat ini pun mereka telah mewajibkan ibu hamil yang mengunjungi fasilitas kesehatan (faskes) untuk melakukan pemeriksaan HIV/AIDS.

"Kita tes dari awal. Jika positif, nanti diobati agar tidak menular ke bayinya saat melahirkan dan menyusui," ucap Ira.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved