Dedi Mulyadi Temui Veteran Pejuang Kemerdekaan Berusia 100 Tahun, di Tubuhnya Ada 10 Luka Tembak

Kemerdekaan Republik Indonesia tak bisa lepas dari peran para veteran yang dulu berjuang mati-matian untuk

Editor: Ichsan
dok.dedi mulyadi
Dedi Mulyadi Temui Veteran Pejuang Kemerdekaan Berusia 100 Tahun, di Tubuhnya Ada 10 Luka Tembak 

TRIBUNJABAR.ID - Kemerdekaan Republik Indonesia tak bisa lepas dari peran para veteran yang dulu berjuang mati-matian untuk membela tanah air dari para penjajah.

Seiring berjalannya waktu para veteran itu kini telah wafat dan hanya tersisa beberapa orang. Salah satunya adalah Sersan Mayor (Purnawirawan) Emang yang kini sudah berusia sekitar 100 tahun.

Ia kini hidup bersama istrinya di rumah sederhana yang berada di daerah Cirende, Kabupaten Purwakarta. Setiap bulan ia hidup dari uang pensiun yang didapat sebesar Rp 2,2 juta.

Di bulan kemerdekaan ini anggota DPR RI Dedi Mulyadi kembali menemui Abah Emang. Sebelumnya Dedi sering bertemu bahkan sempat membangunkan rumah yang layak untuk Abah Emang.

"Hari ini saya menemui salah seorang pejuang kemerdekaan yang tersisa, karena sekarang sudah jarang sekali. Termasuk bapak saya yang telah wafat pada tahun ini," ujar Kang Dedi Mulyadi.

Baca juga: Lomba Agustusan, Dedi Mulyadi Pun Meringis Saat Pundaknya Diinjak Warga, Merdekakan Kaum Bawah

Dedi Mulyadi Temui Veteran Pejuang Kemerdekaan Berusia 100 Tahun, di Tubuhnya Ada 10 Luka Tembak
Dedi Mulyadi Temui Veteran Pejuang Kemerdekaan Berusia 100 Tahun, di Tubuhnya Ada 10 Luka Tembak (dok.dedi mulyadi)

Dalam pertemuan itu Abah Emang yang sedang bertelanjang dada memperlihatkan sisa luka-luka yang didapat saat berjuang melawan penjajah.

"Ini luka bekas tembakan, ada 10 lubang," kata Abah Emang sambil menunjukkan sisa-sisa luka tembakan.

Terlihat terdapat luka menyerupai lubang mulai dari lengan, bahu, kaki, pantat hingga kepala. Total ada tujuh luka berukuran besar dan tiga luka kecil akibat tembakan.

Luka tersebut ia dapatkan saat aktif sebagai pejuang seperti peristiwa Sukarno dibawa ke Rengasdengklok. Saat itu ia masuk sebagai pengawal Batalyon 1 Purwakarta dan dibekali senjata jenis bren.

Selain itu ia pun pernah ditugaskan berperang mengusir penjajah Jepang di Bandung. Ada kejadian menarik saat ia bertugas di Bandung. Saat itu pasukan kemerdekaan tiba-tiba dilempar benda mirip bom oleh tentara Jepang. Namun benda tersebut tersangkut di pohon.

Baca juga: Tiga Tahun Tak Impor Beras, Dedi Mulyadi Kibarkan Bendera Merah Putih di Tengah Sawah Bersama Petani

"Dikira bom, tapi kok tersangkut di pohon. Saya panjat ternyata benda itu isinya obat-obatan. Rupanya itu cara Jepang mengolok-olok karena pasukan Indonesia sedang banyak yang terluka. Tapi olok-olok itu kita balas dengan kemenangan," ujarnya.

Tidak hanya itu saat berperang di Cikao Bandung ia sempat terluka cukup parah karena terkena bom. Beruntung nyawanya masih selamat dan bisa tetap berjuang mengusir penjajah.

Abah Emang pun menunjukkan luka di perut sebelah kanannya. Rupanya luka tersebut akibat ditusuk oleh bayonet musuh. Ia terpaksa bertahan dengan bayonet tertusuk di perut untuk mengelabuhi musuh agar disangka telah mati.

"Kalau waktu itu saya cabut bayonetnya pasti disangka masih hidup. Pasti kalau ketahuan masih hidup bakal dibunuh beneran," katanya.

Saat ini Abah Emang mendapat uang pensiun sebesar Rp 2,2 juta. Uang tersebut seharusnya bertambah menjadi Rp 2,7 juta namun harus diurus ke Bandung. "Sudah males ngurusnya ke Bandung. Jadi segini juga sudah bersyukur," ucap Abah Emang.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved