HUT Kemerdekaan RI
KISAH Fatmawati Jahit Bendera Merah Putih di Ruang Makan, Perlu Dua Hari, Teteskan Air Mata
Bendera merah putih hasil jahitan Fatmawati dikibarkan pada saat proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Tidak lama setelah itu, hubungan Ir. Soekarno dan Inggit Ginarsih berakhir.
Hubungan Ir. Soekarno dan Fatmawati saat itu tidak langsung berjalan dengan baik, karena ada peralihan kekuasaan dari penjajah Belanda ke tentara Jepang.
Namun, Ir. Soekarno tetap memberi kabar kepada Fatmawati dan merencanakan pernikahan.
Mereka menikah pada 1 Juni 1943, ketika Fatmawati masih berusia sekitar 20 tahunan.
Baca juga: HUT ke-77 RI, Penyelam TNI AL Kibarkan Bendera Merah Putih di Bawah Perairan Pulau Kunti Sukabumi
Setelah menikah, Fatmawati pindah ke Jakarta bersama Ir. Soekarno.
Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai lima orang putra dan putri, yaitu Guntur Soekarno Putra, Megawati Soekarno Putri, Rachmawati Soekarno Putri, Sukmawati Soekarno Putri, dan Guruh Soekarno Putra.
Peran Fatmawati Sang Penjahit Bendera Merah Putih
Kecerdasan Fatmawati membuatnya terlibat dalam upaya kemerdekaan Indonesia.
Fatmawati berperan untuk menjahit bendera merah putih secara manual untuk dikibarkan saat Upacara Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Gagasan Fatmawati ini mendahului ide agung Ir. Soekarno dan tokoh kemerdekaan lainnya.
Saat itu, Fatmawati tidak sengaja mendengar pembahasan bendera Indonesia belum ada, ketika Ir Soekarno bersama tokoh lainnya sedang berkumpul menyiapkan peralatan untuk pembacaan naskah teks proklamasi.
Tanpa pikir panjang, Fatmawati mencoba untuk menjahit bendera Sang Saka Merah Putih.
Fatmawati yang saat itu sedang mengandung Guntur Soekarnoputra, dengan rela menjahit bendera Merah Putih.
Dengan menggunakan alat jahit tangan, Fatmawati menjahit bendera Merah Putih berukuran 2x3 meter di ruang makan.
Ia berharap hasil jahitannya ini dapat digunakan untuk keperluan bangsanya.