Polisi Dalami Kasus Perundungan yang Sebabkan Bocah 11 Tahun Meninggal, Masih Cari Kejelasan
seorang anak berusia 11 tahun di Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, meninggal karena depresi.
Penulis: Nazmi Abdurrahman | Editor: Ravianto
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Polda Jabar masih mendalami kasus meninggalnya bocah 11 tahun di Tasikmalaya. Bocah itu diduga meninggal akibat perundungan oleh teman-temannya.
Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Pol Ibrahim Tompo mengatakan, saat ini pihaknya belum menetapkan tersangka dari kasus bocah meninggal setelah dibully di tasik tersebut.
Pihaknya masih harus melakukan pendalaman guna memperjelas kronologis terjadinya peristiwa itu.
Baca juga: Misteri Kematian Anggota Polsek Singaparna Polres Tasikmalaya Terkuak, Ternyata Ini Penyebabnya
Baca juga: Anak 11 Tahun di Tasik Meninggal Depresi Dipaksa Berbuat Tak Senonoh dengan Kucing, Videonya Beredar
"Belum (identitas terduga pelaku) karena peristiwanya aja mau diperjelas dulu," ujar Ibrahim, saat dihubungi melalui sambungan telepon, Kamis (21/7/2022).
Setelah peristiwanya jelas, pihaknya akan melihat ada atau tidaknya unsur pidana dalam kasus itu.
Kemudian, kata dia, akan dilakukan pendalaman untuk menentukan siapa pihak yang bertanggung jawab terkait tindak pidana tersebut.
"Kemudian, dari tindak pidana itu nanti kita cek siapa yang bertanggung jawab atas tindak pidananya. Tahapan-tahapannya harus dilalui," katanya.
Sebelumnya, seorang anak berusia 11 tahun di Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, meninggal karena depresi.
Penyebabnya, korban mengalami depresi sehingga tak mau makan karena rekaman video korban dipaksa teman-temannya berbuat tak senonoh dengan kucing menyebar di medsos.
Akibat kejadian itu, korban malu dan tertekan hingga depresi.
Belakangan korban pun tak mau makan hingga kondisinya drop dan akhirnya dibawa ke rumah sakit.
Namun nyawa korban tak tertolong.
Ketua KPAID Kabupaten Tasikmalaya, Ato Rinanto mengatakan, aksi pemaksaan terhadap korban berbuat tak senonoh dengan kucing juga diduga dalam konteks membuli korban.
"Korban tak bisa berbuat banyak. Pada saat yang sama kejadian itu divideo dan kemudian rekamannya menyebar di medsos," ujar Ato.
Hal itulah, tambah Ato, yang membuat korban malu dan akhirnya mengalami depresi.
"Saya sangat prihatin. Kejadian seperti ini baru kali pertama terjadi. Korban sampai depresi dan akhirnya enggan makan hingga akhirnya meninggal dunia," kata Ato.
Pihak KPAID terus memantau kejadian tersebut, termasuk berkoordinasi dengan pihak kepolisian, terkait penanganan kasus hukumnya.(Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nazmi Abdurahman. )